"Aku mau ke warung kak ada yang mau aku beli buat isi kulkas" Mirna mengadakan tangannya ke Eli.
"mau beli apa saja Mir?" sambil Eli mengambil beberapa lembar uang di sakunya, memberikannya ke tangan Mirna.
"Ya banyaklah Kak" Mirna pun melangkah pergi, dibukanya pintu teras
Di sana ia melihat seorang wanita tua yang sedari tadi memperhatikan dirinya.
Kening Mirna mengernyit.
"Siapa wanita tua itu? kenapa dia memperhatikan aku seperti itu?apa aku hampiri saja ya? Aaaah... Palingan cuma pengemis jalanan?"
Mirna pun melanjutkan langkahnya menuju arah dimana warung Bu Indun banyak menjual sayuran, dan aneka bumbu dapur, yang letaknya tak jauh dari rumahnya.
Hanya melewati 3 rumah lainnya,Mirna sudah sampai.
Bu, aku mau masak sayur asem."
Tangan Mirna sibuk memegang-megang beberapa sayuran.
"Oh iya neng, Ibu siapkan ya.. sekalian sama bumbunya"
"sekalian sama ini Bu"
Sebuah terong ditujukan pada Bu Indun.
'ini yang besar Neng?Tanya ibu Indun tertawa.
"Iya Bu, aku suka yang besar-besar" Mirna pun balas tertawa
"Emang mau dimasak apa Neng?" aduh Bu, aku nggak bisa masak, yang masak, adik aku Si Erin." namun Mirna dikejutkan oleh suara perempuan tua tadi dari belakang
"Mir, bagi ibu uang" perempuan itu menadahkan tangannya.
Mirna mengingat-ingat perempuan ini yang tadi memperhatikannya di depan rumah.
"Siapa dia? Kok tahu nama aku?" gumam Mirna.
"Dari mana Ibu tahu nama saya?" tanya Mirna penuh selidik dengan menatap curiga wanita itu di hadapannya
Membuat wanita itu tertunduk.
"Ibu tahu saja, Mir, Tolong berikan Ibu uang"
kembali wanita tua itu menengadahkan tangannya ke arah Mirna.
"Ya Sudahlah, ini."
Mirna memberikan dua lembar seribuan, tapi wanita tua itu meninggalkannya tanpa ucapan terima kasih sambil menggerutu.
"Huuuuuuu... Anak kurang ajar, Masa cuma dua ribu"
Sempat telinga Mirna mendengar selentingan ucapan Ibu tadi.
"Dasar tidak tahu diri, dikasih, malah menggerutu, dia pikir aku anaknya, dibilang kurang ajar"
Mirna pun ikut menggerutu, sambil tangannya pilah-pilih sayur mayur Ibu Indun.
Sedangkan wanita tua itu terus menggerutu sepanjang jalannya.
"Cuma cukup beli rokok sebatang.lumayanlah. Dasar anak gak tau di untung.Dia pikir uang segini bisa buat beli makan?Apa lagi beli minuman.mana cukup"
Selesai berbelanja, Mirna meninggalkan warung Bu Indun dan Masih sempat melirik wanita itu.
"Siapa sebenarnya dia?Kenapa kenal Nama aku? Aaaah sudahlah. Gak penting juga buatku"
Sesampainya di dalam rumah,di letakkan nya barang belanjaan ke meja makan.
"Ini, Kakak yang masukin ke dalam kulkas yah"
"Kenapa bukan kamu saja yang masukin Mir?Aku lagi cuci baju ini" Teriak Eli dari dapur.
"Aaaah... Kakak sajalah.. Lagian kenapa sih Aku terus yang di suruh.Aku masih banyak kerjaan di kamar" Jawab Mirna ketus masuk ke kamarnya.
Eli hanya bisa menggelengkan kepala di sela helaan nafas panjang.
**
𝐁𝐀𝐆𝐀𝐒 𝐊𝐄𝐌𝐁𝐀𝐋𝐈 𝐊𝐇𝐈𝐋𝐀𝐅
Seminggu setelah Eli pulang dari rumah sakit, Eli ijin ke rumah orang tuanya.
"Mas...besok ku ijin ke rumah Mama yah"
"Kamu kan butuh istirahat El... "
Tiba-tiba Mirna muncul di hadapan kami.
"Biar saja Kak Eli ke rumah Mama.Kak bisa istirahat di sana Kak"
"Ada benarnya juga sih.. Yah sudah, Mas ijinin."
Ucapanku membuat Mirna tersenyum.
Keesokan harinya pukul 7 malam Aku sampai rumah.
Erin sedang nonton TV. Sedangkan Mirna mengutak-atik ponselnya.
Melihat kedatanganku,Mirna tersenyum dengan mata nakalnya.
Tidak aku hiraukan,langsung aku masuk kamar.
Aku langsung menuju kamar mandi membersihkan seluruh tubuhku yang terasa amat melelahkan.
Siraman air hangat melepaskan kepenatan dan kelelahanku.
Hanya 20 menit untuk menyelesaikan mandi.
"Drrrrrrt...Drrrrrrt....."
Aku ambil ponsel yang masih tersimpan di dalam tas kantor.
Ternyata Mirna.
"Kak... Sudah mandi belum?"
"Memangnya kenapa kalau Aku sudah mandi atau belum?"
"Yah gak apa-apa... Maksudnya kalau sudah mandi kan lebih terasa harum di mulut"
"Astaga!" Gumamku sambil membelalak kan mataku.
"Apanya?" Tanyaku pura-pura tidak tau.
"Terasa kenyal-kenyal gitu kalau di makan"
"Aduuuh... Apanya nih?" Pertanyaan ku membuat di dedek bangun dari tidurnya.
"Aku kepingin Mas... Pingin kulum si dedek"
"Tidurlah Mir... Mas capek"
"Mas ke kamar Aku yah"
"Tidak bisa Mir.. Jangan lakukan itu lagi. Ingat dosa"
Tak sampai semenit balasan dari Mirna datang lagi.
"Abis dosa enak Mas, Ayo dong Mas kesini"
"Maaf!! Gak bisa"
Langsung Aku tutup ponsel dan meletakkannya di atas nakas.
Tapi untuk masalah si dedek yang terlanjur terbangun masih sulit di nina bobokan lagi.
kepala pun menjadi pening.
Lampu aku matikan ganti dengan lampu tidur 2 watt. Karena Aku tidak suka tidur dengan lampu terang.
Aku coba rebahkan tubuhku sambil menatap langit-langit kamar.
Mencoba memejamkan mata walau sulit.
Si dedek nakal tidak mau di tidurkan.
Otakku berkecamuk kian kesana kemari.
Terus saja ku pejamkan mataku.
Semakin lama Aku semakin mengantuk.
Sampai pada akhirnya Aku merasakan kepunyaanku seperti di dalam sumur yang terhisap.
Perlahan aku lirik ke bawah. Membuat mataku mendelik tapi hanya sebentar.
Karena nikmat yang aku rasakan lebih besar di bendung terkejutnya.
Kepala Mirna sudah ada di bawahku bersama si dedek.
Ternyata ia menerobos masuk kamarku.
karena aku lupa kunci.
Untuk kesekian kalinya aku khilaf
karena nikmat yang diberikan Mirna begitu besar.
membuatku lagi dan lagi.
Ranjang pun berderit dengan irama merdu.
membuat Mirna bergelinjang dengan teriak de-sahannya membuat aku semakin menggebu.
Tak sadar sesosok wanita berdiri di pintu sambil mengarahkan ponsel kamera videonya.
yang makin ganas dan liar.
dua sosok saling menggila dengan teriakan kenikmatannya saling membalas dan melu-mat.
Saling Mendayung ke Samudra hasrat nafsu yang semakin menggila.
Sosok itu pun Kembali keluar menyimpan ponsel ke sakunya dengan langkah kakinya yang tanpa suara.
Erin masuk ke kamarnya menyalin hasil videonya pada ponsel satunya.
Masih dengan pikirannya.
Kejadian beberapa menit yang lalu di kamar Bagas bersama Mirna.
Begitu jijiknya melihat Mirna dan Bagas dengan hasratnya yang menggila.
"Apa yang harus aku lakukan dengan video ini? Apa aku kasihkan ke Papa atau Mama saja ya? Atau aku kasih tahu ke kak Eli ? Aah nggak mungkin, kasihan Kak Eli habis Kehilangan janinnya. Pasti Kak Eli masih sakit.. Atau Aku simpan saja? Siapa tau suatu saat diperlukan buat bukti... Kalau aku kasih lihat ke Papa pasti Papa marah besar.. Kalau aku kasih lihat ke Mama pasti Mama kepikiran, dan pasti Mama bilang lagi ke papa... Ya sudah, aku simpan saja. Sewaktu-waktu buat bukti."
Erin meletakkan ponselnya ke atas nakas.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
Edwin Halim
kesel sama si mirna.ayo thor.di tunggu kelanjutannya
2023-11-22
1