𝐏𝐞𝐫𝐚𝐧𝐠𝐤𝐚𝐩 𝐈𝐫𝐯𝐚𝐧
Seharian Haris menunggu di seberang hotel melati yang disewa Alex dan Edo.
Akhirnya ia melihat Mirna keluar dari hotel melati tersebut.
tapi yang ia lihat kali ini Mirna bersama dua pria yang terlihat mereka sangat akrab.
Haris melihat ponselnya yang di situ ada foto Mirna.
"Benar kok ini memang Mirna.Tapi siapa kedua laki-laki itu?"gumam Haris sosok detektif yang disewa Irfan.
Sepertinya mereka bersahabat.
Dibukanya ponsel dari sakunya, mencari kontak Irfan, lalu menggeser ke tombol hijau.
hingga terdengar suara di sana.
"Halo Pak Aris... Gimana? apa ada berita baru Pak?
"Ada Pak.. Mirna keluar dari kamar hotel melati, setelah seharian di sini. Tapi tidak sendiri pak."
lapor Haris sambil matanya melirik ke arah hotel yang mana Mirna dan teman-temannya sudah di restoran sebelah Hotel.
"Tolong dipantau terus Pak"
"Dilaksanakan Pak" jawab Haris menyudahi percakapan.
Ia ingat, tadi siang, Pak Irfan menelponnya untuk datang ke kantornya.
menugaskannya memantau Mirna, dan memberikan foto Mirna padanya.
Dengan talak yang diberikan istrinya, Riko tidak dapat berkutik.
semua aset ditarik kembali dan memecatnya dari perusahaan orang tua Lia, istri Riko.
Hanya ada satu rumah mungil yang dimiliki Riko yang tersisa, membuatnya ia menelpon Irfan, kerabat kerjaannya yang sudah memberikan wanita sebatas hasrat untuknya.
"Selamat siang Pak Riko, Apa ada yang bisa saya bantu?"
Selamat siang pak, tidak ada hal yang mengenai pekerjaan Pak" jawab Riko."
"Lalu mengenai apa Pak?"
"Begini..." Pak Riko mengubah posisi duduknya.
"Wanita bernama Mirna, apa Bapak mengenalnya lebih dalam lagi?"
"Oh Mirna? Hmmmm.. Saya, mengenal beliau, hanya sebatas kepentingan menemani saja Pak, ada apa ya? Apa dia membuat masalah?" tanya Irfan mengernyitkan keningnya.
"Aah, itu Pak, sejauh ini menjadi masalah besar dalam rumah tangga saya, istri saya menalak saya, semua aset diambilnya kembali, karena ada seseorang memberikan foto saya dan Mirna di sebuah Cafe dan hotel."
"Oh iya?" Irfan menjadi terkejut.
"Ya, begitulah Pak, istri saya membeli foto tersebut dari seseorang seharga 20 juta, Karena saya rasa ini adalah tindak kriminal pemerasan" Riko menjelaskan secara terperinci.
"Baik, kalau begitu Pak Riko, saya akan menyelidiki siapa sebenarnya Mirna, Bapak tidak usah khawatir, detektif saya akan menguak masalah yang Bapak hadapi sekarang ini bersama wanita itu."
"Baik Pak Irvan, Saya mengucapkan banyak-banyak terima kasih"
"Baik Pak Riko, terima kasih kembali. Baik, kalau begitu, saya akan kembali melanjutkan bekerja, selamat siang"
**
Sementara di kos Alex, Mirna dan Edo sedang serius pada sebuah perbincangan
"Drrrrrrt....Drrrrrt...."
Mirna mengangkat ponsel di sakunya.
"Mir.. Apa kamu ada waktu sore ini?"
chat Irfan, membuat Mirna tersenyum bahagia.
yang terlintas di mata dan otak Mirna adalah, di situ ada wajah Irfan, di situ pula ada uang.
"Pasti bisa dong Om"
"Ya sudah, sore ini aku tunggu di tempat biasa. Oke?" Irfan menutup chat wa nya, dan menggeser ke kontak Haris, seorang detektif yang ingin disewanya.
"Selamat siang Pak Irfan, ada yang bisa kami bantu?" terdengar suara Haris di seberang sana.
"Iya Pak, begini, tugas kamu untuk sore ini, mengikuti saya bersama Mirna, kamu pantau sekeliling kami, siapa saja di belakang Mirna.Tolong kamu rekam, kalau ada hal yang ganjil. untuk kelanjutannya, saya tunggu di kantor, pukul 17.00.
dan jangan lupa untuk bawa 3 orang teman kamu yang mahir bela diri.
"Baik Pak, laksanakan."
Sedangkan Mirna masih di kamar Alex. Memasukan kembali ponselnya ke
tas ranselnya, setelah menerima chat Irfan
"Lex.. Aku pergi dulu ya,"
"Mau ke mana Mir?" tanya Alex yang sudah dari tadi sudah curiga dengan senyum-senyum sendiri.
menerima chat dari seseorang.
"Mau ketemu orang dulu" jawab Mirna.
"Ya pasti orang lah, mana ada beruang hutan yang kau temui" Alex tertawa, disusul tertawa Edo.
"Aku mau ketemu Om Irfan?" jawab Mirna polos.
"Siapa lagi Itu om-om?" tanya Edo dengan mata melirik berkedip ke arah Alex.
"Bukan siapa-siapa, dia itu yang sudah bantu aku waktu Alex di rumah sakit."
"Oh, sungguh berjasa sekali, Boleh kita ikutan untuk sekedar mengucapkan terima kasih?" tanya Alex semakin kepo.
"Anu, anu.. Nggak usah, nggak usah, biar aku sendiri saja" Mirna jadi gugup.
"Cie-cie, mau ngapain gerangan?" Edo tertawa meledek.
"Mir, kandunganmu sudah mulai membesar loh, Kamu harus hati-hati, dan kalau bisa suruh tuh Kakak iparmu yang bertanggung jawab" Alex mengingatkan Mirna yang langsung menunduk dengan wajah berubah suram.
"Aaah, sudahlah, aku bisa kok, Urus sendiri bayi ini, Ya sudah, aku siap-siap dulu"
membuat Alex dan Edo melirik mengerdipkan mata mereka masingmasing.
Edo mengambil ponselnya dan menulis chat ke Alex.
"Kita ikuti mirna Do."
"Baik" jawab Edo langsung memasukkan kembali benda Pipih tersebut ke dalam sakunya.
Sebelum Irfan naik ke mobilnya, ia memberi kode ke Haris dan ketiga temannya berpakaian serba hitam untuk mengikutinya.
Irfan pun masuk ke dalam mobil,
di sana ada mobil Haris dan 3 motor yang masing-masing kepunyaan teman-teman Haris.
Mereka mengikuti mobil Irvan menuju sebuah Cafe
Tempat di mana Irfan dan Mirna membuat janji.
Hanya durasi 30 menit mobil mereka tiba.
Di sana sudah menunggu sosok Mirna yang sedang memesan minuman.
"Sudah lama Mir?" Tanya Irfan sambil menarik kursi. Lalu duduk.
"Baru saja Om"
"Gimana kabar kamu Mir?"
"Baik om"
"Ooh iya Mir.. Apakah kamu masih suka ketemu Riko"
"Oh Om Riko, sudah nggak lagi sih Om.. Chat aku juga sudah tidak pernah dibalas."
"Oh iya? kenapa?" Pancing Irfan.
"Aku juga tidak tahu,atau jangan-jangan istrinya mengetahuinya."
Irfan melirikkan mata ke sekelilingnya, dilihat di kejauhan, sosok Haris di sebelah kiri, dan sosok lainnya berpencar sedang mengintai ke sekitarnya.
Sedangkan mata Harus tertuju di satu arah, di mana Di situ sosok pria sedang merekam Irfan dan Mirna duduk.
Haris mengambil ponselnya, dan menggeser ke arah wa, mencari kontak temannya yang berpencar ke tempat lain.
"Perhatikan, lelaki kemeja biru di ujung dekat kasir, dan lelaki kaos putih Di sudut dekat lukisan. Tugas dibagi-bagi, jangan sampai ada Yang Terlewatkan."
"Siap, bos" balas teman Haris.
Dengan cepat Haris duduk di belakang meja Irfan dan Mirna duduk.
Matanya tajam, menatap pada seluruh pergerakan Mirna.
Sambil sesekali mengarah ke kedua pria bermasker, satu di sudut kasir, satu lagi di sudut lukisan.
Memakan waktu 30 menit, Irfan dan minat close bill.
Mereka menuju ke sebelah Cafe, yaitu hotel.
Si Bos mau ngapain ke hotel ya sama perempuan itu pula? Ngapain ya? Kok mau melepaskan hajat saja perlu dikawal? sudahlah, Lebih baik aku turuti saja kemauannya" gumam Haris tidak mengerti.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments