𝐄𝐋𝐈 𝐏𝐄𝐍𝐃𝐀𝐑𝐀𝐇𝐀𝐍
Eli menangis dengan ucapan Bagas di kantin itu.
Bagas melangkah pergi, namun Eli menarik tangan Bagas yang langsung ditepis Bagas dan pergi meninggalkannya.
"Mas, aku tidak melakukan apa-apa" Eli berlari hendak menyusul suaminya. namun ia menabrak sudut meja.
Membuat meja terbalik dan menumpahkan isinya.
"PRAANK"
Membuat Eli terjatuh mengenai lantai.
Dan seisi meja tepat mengenai perutnya. dengan sigap Om Irfan meraih tubuh Eli.
Ada darah yang menetes dari dalam roknya.
Mengalir ke arah kaki.
Hal ini membuat Om Irfan menjadi panik. orang yang berada di dalam kantin pun mencoba menolong.
Membantu mengangkat tubuh Eli.
Mirna pun keluar dari persembunyiannya." Kak, kak Eli"
Mata Eli perlahan terpejam.
Namun telinganya masih bisa mendengar suara panggilan Mirna.
Walaupun samar karena semakin lama matanya semakin mengantuk hingga tak sadarkan diri.
"Maaf anda siapa?" Om Irfan mengangkat tubuh Eli menggendongnya.
"Aku adiknya Kak Eli"
"Oh iya kebetulan Kalau begitu, mari ikut ke mobilku"
Sedangkan Mey yang mendengar ada keributan,langsung berlari ke arah kantin.
"Astaga? kenapa sama Eli Om?"
"Mari ikut aku ke rumah sakit" Om Irfan setengah berlari menggendong Eli masuk ke dalam mobil.
diikuti Mirna, dan Mey. dengan cepat Mey masuk ke dalam mobil.
Duduk di kursi belakang di mana Di situ ada Eli.
Ia pun memangku kepala Elis.
Sedangkan Mirna duduk di samping kursi sopir.bersama Om Irfan.
Mobil melaju dengan cepat.
Tak sampai 15 menit, telah tiba di depan rumah sakit terdekat.
Om Irfan memarkir mobil dengan sembarang tempat.
Di depan ruang IGD.
ia memanggil perawat yang berdiri di luar ruangan IGD.
Dengan cepat, perawat mengambil brankar.
Mendorong mendekati mobil.
Om Irfan menarik dan menaikkan tubuh Eli ke atas brankar.
didorong ke ruang IGD.
Masih ada beberapa ruang kosong.
Mey, aku ke kasir dulu, tolong jaga Eli."
"Baik-Om."
Om Irfan melangkah keluar ruangan.
Di mana Di situ sesosok Mirna sedang menunggu
"Om Irfan, bisa minta nomor wa nya? siapa tahu nanti ada hal yang penting mengenai kakakku" Mirna menyerahkan ponsel ke tangan Om Irfan,yang langsung mengetik nomor ponselnya.
Dan menyerahkan kembali.
"Di miscall saja ya"
"Oke om, Terima kasih."
Mirna masuk ke dalam menghampiri Mey.
"Kak Mey, Aku pulang dulu ya, masih ada kerjaan di rumah."
"Oke Mir, aku yang jaga kakakmu di sini, kamu pulang saja." Sambil Mei merapikan selimut ke tubuh Eli.
Mirna pun melangkah keluar dan menghubungi nomor Mamanya.
"Iya Mirna.. Ada apa?"
"Mama datang yah,ke rumah sakit, Harapan, kak Eli pendarahan"
"Apa Mir? Kenapa bisa pendarahan?" terdengar suara Mama agak keras
"Enggak tahu, Mama datang saja ya, di ruang IGD"
"Sebentar lagi mama ke sana."
Mirna menutup ponselnya dan melanjutkan perjalanannya.
Selesai menyelesaikan administrasi,
Om Irfan bermaksud kembali ke ruang IGD.
Melihat dokter melewatinya,ia menghalanginya.
"Dok,apa yang terjadi dengan pasien bernama Eliana?"
"Oh iya... Eliana ya... Pasien hanya butuh istirahat total.karena Pendarahan yang cukup banyak. maka janinnya mengalami keguguran.maaf kami tidak dapat membantu lebih banyak lagi pada janinnya.apa anda suaminya?"
"Saya suaminya" Tiba-tiba terdengar suara dari arah belakang Om Irfan.
Dia adalah Bagas, dengan menatap Irfan sinis.
Membuat lawannya bergegas pergi.
"Baik, anda suami pasien Eliana.akan kami Jelaskan kondisi pasien saat ini hanya butuh istirahat.dan untuk janin di rahimnya, kami tidak bisa berbuat lebih banyak lagi.karena pendarahan dan benturan keras yang dialami istri bapak.maka istri bapak mengalami keguguran."
"Keguguran? keguguran dok?"
"Iya pak, kami tidak bisa berbuat apa-apa. Sesampai istri bapak ke sini, janinnya sudah tidak dapat diselamatkan"
Perlahan butir bening menetes dari pelupuk mata Bagas.
Bagas melangkah masuk ke ruang di mana Di sana sudah terlihat orang tua Eli dan Mey juga Erin.
"Bagas Apa kata dokter?Bagaimana dengan kandungannya ?" Tanya Mama Eli.
"Eli mengalami keguguran Ma"
semua tersontak kaget.
Terlebih Eli yang merasa Terpukul.
"Sudah puas Mas?" Eli menangis.
Bagas hanya tertunduk dan akhirnya pamit keluar.
"Bagas keluar dulu Ma... Pa... sampai hati Eli merasa tenang"
Terasa tubuhnya melemas,seakan Tanpa Tulang yang menyangga tubuhnya.
Tak henti menyalakan dirinya sendiri.bahkan mengutuknya.
Apa ini salahku? dosa aku sendiri?
seperti yang dikatakan Haikal temanku.
Aku menanam masalah di atas masalah.
Menumpuk beban di atas beban.
Tak ada lagi bayi yang aku idamkan selama ini.
Mungkin Eli terlalu banyak beban pikiran. dan aku menumpuk beban di atas beban istriku.
Bagas pun tiba di kantin yang terletak di belakang rumah sakit.
Duduk seakan tak bersendi sambil mengela nafas berat.
"Om... Tante... Mey ke kantin dulu ya"
"Oh iya,Silakan" Papa Eli mempersilakan Mey pergi.
"Terima kasih Mey... Sudah mengantar Eli ke sini"
"Sama-sama Om"
Kini hanya ada mama yang mengambilkan air untuk minum Eli.
Dan Erin yang duduk di samping ranjang. juga Papa yang menatap erat ke mata anaknya yang terbaring lemah.
"Kalau kamu berat dengan keberadaan Mirna,kamu Jangan memaksakan diri Nak.. Karena Papa tahu persis seperti apa Mirna. Biar nanti papa bawa Mirna pulang "
"Kenapa Pa? Eli nggak keberatan kok pa.. Biar saja, biar Mirna di rumah Elly, nggak masalah Pa" suara Eli masih terdengar lemah, tangan papanya masih mengusap rambutnya.
"Papa sudah dengar semuanya dari Erin Nak... Papa tidak ingin rumah tanggamu hancur karena Mirna"
"Nggak apa-apa... Biar Mirna di rumah Eli saja sampai dia menikah. karena Eli nggak tahu, apa tujuan hidup Mirna "
"Aah.. kak Eli ngalah terus Ma. Padahal Kak Mira sudah ambil U...."
Eli langsung menutup mulut Erin.
"Uuuuuuts.... Jangan ngadu macam-macam kamu Rin"
"Ada apa ini Eli?tanya Mama penasaran.
"Tidak Ma..Tidak ada apa-apa.Erin saja yang berlebihan.sudah Ma..Mama Papa pasti capek." Eli mengalihkan.
"Iya nak, kalau ada apa-apa menyangkut Mirna, kamu harus bilang ke mama ya, besok mama papa ke sini lagi, sambil menunggu kamu dipindahkan ke ruang rawat"
Mama Eli meraih tangannya dan mengusapnya dan terus menghibur anaknya.
Hingga malam tiba. Mereka pun pulang meninggalkan Eli bersama Mei.
yang kini Eli dipindahkan ke kamar rawat
"Kamu pulang saja, Mey, nanti malah kamu yang sakit kecapekan" Eli menyuruh Mey agar istirahat.
"Aku di sini saja El, biar aku tetap jaga kamu" Mey tetap dengan pendiriannya.
karena selama ini Eli sudah terlalu membantunya dalam pekerjaan.
Maupun melepaskan curhatnya.
Eli yang selalu terzalimi dengan Adiknya sendiri.
Tidak rela kalau sahabatnya selalu menderita.
"Tapi Mey..?'
"Sudahlah El..kamu nggak usah khawatirkan aku, lihat nih.. Aku sehat-sehat saja. Toh besok kamu sudah pulang kok"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments