"Drrrrrt...Drrrrrt... "
Mirna mengambil ponselnya di atas nakas.
Satu pesan tertera di notifikasi yang melayang di layarnya
"Dari Edo.. Ada apa?" gumam Mirna.
Lalu menggeser ke bagian WA.
"Mir, Alex kecelakaan, sekarang di IGD.
Di Rumah Sakit Harapan.
kamu ke sini ya."
Tangan Mirna langsung mengetik balasan.
"Iya Do, Habis ini aku ke sana"
Mirna menggeser pindah aplikasi ojek online
selesai menekan pesan, ia langsung ganti pakaian dan mengambil tasnya.
Berlari kecil keluar menemui Mas ojek yang sudah menunggu.
Beberapa detik, lalu motor melaju dengan kecepatan sedang.
Karena Mas ojek tidak mau melanggar peraturan lalu lintas atau peraturan di dalam undang-undang ojek online, yang akan berakibat suspend.
Hanya 15 menit, motor online tiba di rumah sakit.
"Sesuai aplikasi ya Mas"
"Baik Kak"
Mirna melangkah di kebagian ruang IGD, dengan langkah setengah berlari, tanpa sengaja ia menabrak brankar yang berisi pasien wanita setengah baya.
Mata Mirna spontan menoleh ke arah suara tersebut, yang ternyata Papa Mamahnya.
"Papa? Mama? kok ada di sini? Terus ini siapa?"
Mirna coba mengingat-ngingat kembali, kejadian di warung, yang mana wanita seperti pengemis, memaksa minta uang.
"Ini... Ini kan pengemis yang waktu itu." Ujar Mirna menjadikan wajah Papa Mama Mirna berubah warna menjadi merah dalam keadaan gugup.
"Ii... Iii.. Ini teman Mama Mir.." jawab Mama.
"Teman Mama? Seperti ini? Mirna menunjuk pasien yang terbaring di atas brankar.
"I... Iya.. Ini teman Mama" jawab Mama Mirna, atau biasa dipanggil Bu Anom yang masih agak gugup
"Kenapa dia mah?"
"Tadi dia diserempet mobil.. Ya sudah, Mama antar ke dalam dulu"
Brankar kembali didorong perawat menuju ruang IGD.
Di iringi mama dan papa Mirna.
Juga Mirna bertujuan sama melanjutkan ke ruang IGD.
Papa yang sejak tadi hanya diam kini mulai membuka ucapannya
"Kamu sendiri? Ngapain di sini mir?"
"Teman Mirna kecelakaan Pa" jawab Mirna sedikit Acu.
Masih menyimpan pertanyaan, Sejak kapan orang tuanya mempunyai teman pengemis.
"Ah... sudahlah, urusan orang tua, bukan urusanku" gumam hatinya.
Mereka pun sampai di ruangan IGD yang masih ada beberapa ruang kosong dan Beberapa pasien sudah terbaring di sana. Edo menghampiri Mirna, menarik tangannya keluar ruangan.
"Mir... Begini Mir... Kita butuh uang buat perawatan Alex.. gue cuma bisa bantu dikit. bisa nggak luh Bantuin. mungkin biayanya 4 sampai 5 juta.
Karena tadi Dokter bilang ada tindakan serius di kaki Alex. Please bantu Gue Mir... Please..." Edo memohon-mohon membuat hati Mirna meleleh.
"Gimana ya Do? Gue uang dari mana? kerja juga kagak" kepala Mirna merunduk.
"Tapi gue coba usahakan ya Do.. Siapa tahu ada rezeki nomplok"
"Yes... Oke Mir.. Gue tunggu. Urgent ini.
"Baik Do... gue pikir-pikir lagi ya, uang dari mananya?"
Edo dan Mirna kembali masuk ke ruangan di mana Alex mendapatkan perawatan. karena masih belum sadarkan diri.
Sesekali mata Mirna melirik ke sebelah.
Di mana Di situ terbaring wanita setengah baya ditemani orang tuanya.
Wanita itu sudah siuman, bahkan matanya kini menatap Mirna secara misterius.
membuat Mirna salah tingkah dan bergumam sendiri
"Iiiiih, Ada apa sih, lihatin aku terus sampai segitunya?"
**
𝐌𝐢𝐫𝐧𝐚 𝐝𝐢 𝐨𝐩𝐞𝐫 𝐤𝐞 𝐎𝐦 𝐑𝐢𝐤𝐨
Ruang "Irvan Efendy" tertulis di pintu kantor Irfan.
"Akhirnya selesai juga pekerjaan ini" Senyum Irfan merekah di bibirnya.
Sambil tangannya mengangkat telepon yang berdering.
"Halo, Pak Irfan, Apa kabar?" terdengar suara di seberang sana.
Seorang pria lansia kepala 6.
Tapi mempunyai Ambisi yang cukup besar. kerabat Irfan, yang sudah beberapa kali di servisnya di luar kantor, dengan gadis-gadis belia.
"Baik Pak Riko, alhamdulillah, hahaha, Terima kasih Pak Riko, sudah menyelesaikan proyek kami dengan sebaik-baiknya, bahkan sampai gol" Irfan melanjutkan tawanya
Di balas tawa Riko di sana.
"Sama-sama Pak Irfan, hahaha"
"Ah... Yah.. Sebagai tanda terima kasih saya, Pak Riko minta yang seperti apa nih?"
Semakin keras tawa Pak Riko.
"Aduh Pak Irfan, jangan repot-repot.. Apa sajalah yang penting mengkel hahaha"
"Baik, Pak Riko, akan kami siapkan besok, sudah disiapkan staminanya? biar lebih hot, nggak malu-maluin. Hahaha" mereka tertawa terbahak-bahak.
Sampai akhirnya Irfan menutup gagang telepon.
Bersiap untuk pulang, sambil memikirkan Siapa yang bisa disuguhkan untuk kerabatnya.
**
Selesai mandi, Mirna mengotak-atik ponselnya
"Mau minta uang ke Mas Bagas? enggak enak... Apa aku minta sama Om Irfan saja ya?" tangannya menulis sesuatu, chat ke Om Irfan.
"Malam Om... Lagi apa?"
"Malam juga sayangku Mirna.. Om lagi ngelamunin kamu nih..."
"Ngelamunin apa Om" Tanya Mirna dengan hati berbunga-bunga.
"Ngelamunin waktu kita berdua"
"Hmmmmm... Om genit, hehehe.."
"Om mau lagi?"
"Mau banget Mir... Tapi sayangnya kerjaan banyak yang numpuk..."
"Habis? kapan dong Om?" Mirna, seakan merengek meminta sesuatu.
"Memangnya Mirna sudah nggak tahan?" tanya om Irfan memancing, karena akan diarahkan ke lain sisi.
"Iya Om, Mirna nggak tahan" pancing Mirna.
Namun di hatinya, harus dapatkan uang untuk mengambil kesempatan melalui tubuh mulusnya.
"Om benar-benar sibuk saat ini Mir.. Gimana ya? beneran kamu sudah nggak tahan?"
"Iya Om... Mirna kepingin banget Om." senyuman Mirna melebar mengucap kecil. "Gua kepingin uang luh dodol"
Baru semenit ponsel bergetar lagi.
Balasan Wa Om Irfan membuat Mirna bingung.
"Gini Mir, gimana kalau sama teman Om saja..orangnya baik loh. Jangan khawatir.. nanti semua Om yang jamin. Yang penting kamu temani Dia.."
"Temannya Om gigit nggak?" Irfan spontan saja tertawa geli.
"Pasti gigit lah Mir.. Gigit itunya kamu"
"Iiiiih si Om mah"
"Gimana Mir? Apa kamu mau? nanti Om kasih uang jajan 2 kali lipat dari kemarin."
Mirna langsung bangun dari ranjangnya, menulis pesan balasan.
"Baik kalau begitu Om, Siapa Takut?"
"Dasar anak nakal"
Irfan tersenyum lega, membuat lesung pipitnya semakin masuk ke dalam pipinya. ternyata buah mengkel sudah tersedia untuk disajikan ke Pak Riko besok.
"Ya sudah Mir, kamu bobok dulu ya, Ingat, jangan nakal, harus bikin lebih puas lagi ke teman Om, namanya Om Riko, nanti juga dia pasti kasih kamu uang jajan lebih, apalagi kalau kamu sanggup membuatnya lebih puas, pasti kamu dapat lebih lagi."
"Iya Om, jadi kapan Om?"
"Besok sayang, besok Om telepon lagi, kalau sudah dapat tempat yang sesuai besok.'
"Mirna sama teman Om, terus sama Omnya, kapan dong?" Mirna mencoba merayu
Dan langsung mendapat balasan.
"Nanti ya Sayang, kalau pekerjaan Om sudah selesai, pasti Om kabari ke kamu"
"Iya Om, aku tunggu ya"
"Baik Mirna, Kamu bobok ya, Om juga sudah mulai ngantuk.. Mungkin tadi di kantor kelelahan"
"Iya Om... Nigth
"Nigth...."
Irfan tertawa. "Mirna... Mirna... Kamu sekandung dengan Eli, tapi kok beda karakter ya? hahaha"
sedangkan Mirna langsung menggeser dari kontak Om Irfan ke kontak Edo.
"Edo, besok mungkin gua sudah dapatkan uangnya"
5 menit Edo membalas
"Baguslah kalau begitu Mir. karena harus secepatnya"
Mirna pun menutup ponselnya.
Membaringkan tubuhnya ke atas ranjang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
Yusuo Yusup
Ceritanya sangat kreatif dan menantang imajinasi. Semangat terus, thor!
2023-11-17
3