Aku bergegas pulang setelah merapikan barang-barang kantor yang akan aku bawa pulang.
"selesai sudah pekerjaanku sore ini.Aaaah...waktunya pulang" Aku tersenyum.
"Drrrrt.....Drrrrt..."
Aku ambil ponsel yang masih di dalam tas. satu pesan dari Mirna.
"Mas Bagas...ke sini ya sekarang"
"ke mana?"
"Kantin yang ada di seberang ke salon kak Eli"
"Ada apa?" tanya aku heran.
"Ada Om Irfan di salon kak Eli"
"Lantas?"
"Iya, Mas Bagas ke sini saja,nanti juga Mas tahu"
"Oke.Aku kesana sekarang"
Langsung kuraih tas dan barang-barang kantor menuju ke halaman parkir.
Aku starter motorku secepatnya hingga aku sampai di kantin seberang salon tempat Eli bekerja.
Terlihat di sana Eli sedang melayani rambut seorang pria setengah baya yang terlihat masih menampakkan ketampanannya.
Aku langsung masuk ke kantin di mana Mirna sudah menunggu di meja kantin. Mirna langsung berdiri dan menggandeng lenganku.
Mengajakku duduk.
"Sini Mas, mau minum apa?"
"tidak usah Mir, nanti saja, itu yang namanya Om Irfan?"
"Iya Mas"
Aku melirik ke arah salon.
"Biasa-biasa saja dia melayani pelanggan" gumamku.
"Iya, nanti lama-lama biasanya beda Mas..Karena tadi aku lihat dia mesra loh"
Kembali aku melirik ke seberang.
Aku lihat Eli selesai melayani tamunya bernama Om Irfan itu.
Mereka duduk berhadapan dengan sesekali tertawa.
Tidak lama Mereka berdiri dan berjalan ke arah luar.
"Sepertinya mereka ke arah sini"ucapanku membuat Mirna terkejut.
"I...i...iya...Ayo kita ke sudut sana"
Secepatnya aku dan Mirna berpindah tempat duduk di sudut yang terhalang dari penglihatan.
Langkah mereka memasuki kantin ini.
Dan duduk di tempat di mana tadi aku dan Mirna duduk.
Setelah mereka memesan makanan dan minuman.
sedikitnya masih terdengar percakapan mereka berdua.
"Jadi sekarang kamu tinggal bertiga saja dengan adik-adikmu El?" tanya pria itu sambil menatap istriku.
"Iya Om, karena hubunganku dengan suami sedang tidak baik-baik saja.dia belum pulang sampai sekarang"
"Ada masalah apa?" tanya Irfan.
"Sebenarnya kami tidak ada masalah, tapi ada yang memfitnah aku berselingkuh dengan pria lain"
"Tapi kamu tidak melakukannya bukan?"
"Tidak Om, sama sekali tidak, aku berani sumpah, tapi suamiku tidak percaya ucapan aku."
"Ya semua harus diselesaikan dengan baik"
"Om sendiri kenapa belum nikah?"
Ala Mak!! istriku kok kepo dengan pria yang bukan suaminya?
Aku kembali menguping.
"Belum dapatkan yang seperti kamu El" Om Irfan tersenyum .
"Lah kok?Apa hubungannya sama aku?" tanya istriku menunjuk ke dirinya sendiri.
"Almarhum istriku mirip banget sama kamu El"wajah Om Irfan berubah muram.
"Kalau saja kamu belum menikah,aku akan menikahimu El"
Mendadak darahku berdesir naik.
Beraninya Dia berkata seperti itu.
Aku melihat dari matanya ada yang beda. cara menatap istriku.
"Istriku cantik mirip kamu El"
Aduuuuh... Darahku semakin mendesir naik. Mirna menatap ke arahku.
Langsung aku berjalan menuju ke arah mereka.
"Ooooh... Ternyata seperti ini kelakuan istriku"
Suaraku lantang membuat mereka terkejut.
"Mas Ba... Bagas... kok ada disini?"
Eli ingin memegang tanganku langsung kutepiskan.
"Halo Mas... Kenalkan saya Irfan"
Pria itu mencoba menyalamiku.
"Diam!!!"
Aku membentaknya lantang.
"kau ya El...!!! ternyata benar kamu memang selingkuh! Begini kelakuanmu!"
"Mas!" Eli mulai menangis.
Aku langsung melangkah pergi menuju halaman parkir.
Entah bagaimana dengan Mirna.
Aku tidak peduli.
Ku starter motorku sekencang-kencangnya.
Sebenarnya siapa yang salah ?
Pikiranku berkecamuk melayang kemana-mana.
Ternyata benar ucapan Mirna Kalau istriku berselingkuh.
Dia berani berduaan dengan pria lain yang bukan suaminya.
Sedangkan pria itu seakan ada maksud tertentu.
Terlihat dari matanya dan ucapannya selalu menjurus.
Aku langsung menuju rumah Haikal temanku dengan maksud bertukar pikiran dengannya.
Setelah sampai di rumahnya aku langsung mengetuk pintu.
Tak lama pintu pun dibuka Haikal.
"Bagas? Tumben kau ke sini sob?" tidak aku jawab sapaan temanku.
Aku langsung menerobos masuk.
"Hei.... Bagas... Ada apa ini?"
Haikal menutup pintu dan mengikuti langkahku yang langsung duduk di sampingnya.
"Ada apa Gas?" tanyanya penasaran.
Aku tidak menjawab.
Sedangkan Haikal berdiri dan berjalan ke arah dapur.
Sepertinya ia menyeduhkan kopi untukku. tidak lama ia keluar dapur dengan membawa sebotol air mineral di tangan kirinya, dan secangkir kopi di tangan kanannya.
Meletakkan di meja.
Langsung aku sambut botol air mineral dan meminumnya hingga tersisa setengahnya
"Istriku"
Aku mulai dapat pernafasan setelah meminum air dari Haikal.
Aku mulai dapat bernafas lega.
Lalu aku mulai bercerita dari awal pertengkaran aku dan Eli istriku.
Juga hingga aku bersenggama dengan adiknya Mirna.
Dan sampai pada akhir cerita, di hotel sebelah Cafe shangrila dan kejadian di kantin tadi.
"Maaf ya Sob yang aku dengar dari ceritamu itu sepertinya kesalahan ada pada dirimu Sob" suara Haikal datar.
"Lah? Kok Aku?" Dahiku mengernyit dalam mendengar penuturan temanku ini.
"Yaaaah... Untuk saat ini yang kau nikahi itu Eli atau Mirna?"Haikal diam lalu melanjutkan perkataannya kembali.
"Seberapa besar pengetahuanmu tentang istrimu?dan seberapa besar pengetahuanmu tentang karakter Mirna?selama ini kau mengenal dan menjalani rumah tangga dengan siapa?saling mengenal,saling mendalami,apa dengan Mirna? seberapa dalam kau mengenal Mirna?"
Haikal mengucapkan kata-katanya dengan berhati-hati.
Aku masih merenung menyimak lebih dalam perkataannya.
Tidak ada sepatah pun yang keluar dari bibirku
Membuat Haikal melanjutkan ucapannya.
"hanya karena mendengar pengaduan Mirna, lalu kau mengadakan pembalasan bersetubuh dengan adik iparmu?apa yang ada di pikiranmu Bagas?kau sudah menodai pernikahan yang kau bangun? dan kau sudah membangun sendiri suatu masalah besar. suatu saat ini akan menjadi masalah besar atau bumerang yang menghancurkan rumah tanggamu Bagas..Apa kau tidak berpikir kedepannya?"
Aku mencerna setiap ucapan Haikal.
yang menurutku memang benar adanya.
"Tapi sekarang mataku sendiri yang menyaksikan istriku bersama pria itu" jawabku membuat pembelaan diriku sendiri.
"Bagas...Kau hanya melihat istrimu makan bersama pria lain di kantin, itu wajar, karena dia melayani customernya dengan sebaik-baiknya, dan yang terpenting, tidak melanggar etika. aku pikir wajar wajar saja."
Haikal menepuk-nepuk pundakku.
"Oke, Sob, semangat! dan minumlah dulu kopinya. hahaha."
ada benarnya ucapan temanku ini.
"Drrrrt....Drrrrt...Drrrrt..."
Rupanya ponselku di dalam tas bergetar dengan suara nada panggil.
Langsung kusambut dan menggeser notifikasinya ke arah panggilan wa.
"rupanya Eli mau apalagi dia"
Dengan ragu Aku geser tombol hijau.
terdengar suara gugup di sana.
tapi bukan suara istriku melainkan suara lain.
"Halo siapa ini?"
"Maaf Mas...Apa benar ini dengan suami Eli? ini aku Mey temannya!"
Aku memicingkan sebelah mataku.
"Terus?" hanya itu jawabanku.
Terdengar kembali suara Mey memberitahukan, kalau Eli istriku sekarang ini ada di ruang IGD.
"Apa?!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments