𝐒𝐢𝐚𝐩𝐚 𝐖𝐚𝐧𝐢𝐭𝐚 𝐩𝐞𝐧𝐠𝐞𝐦𝐢𝐬 𝐢𝐭𝐮?
Pemuda tampan berambut ala Korea tekstur hair dengan kulit bening memasuki salon Me𝐲.
"Selamat sore" sapa Eli
"Sore Mbak"
"Ada yang dapat kami bantu?" Eli tersenyum.
Baru kali ini ia melihat pria setampan seperti artis korea.
"Mungkin usianya sekitar 35 tahun" gumam Eli.
"Iya mbak, bantu diganti model rambutnya menjadi Top undercut. Bisa kan Mbak ?"
"Oh bisa-bisa... Silakan duduk." Eli mempersilakan pria itu duduk.
Dan mengambil gunting cut yang selalu disiapkan di tasnya.
Dengan tangannya yang mahir, dia mencukur rambut pria tersebut.
karena memang Eli lulusan salon yang cukup ternama hingga ke kelas Mahir.
Hanya 10 menit Eli menyelesaikan cutternya.
Membuat pria itu tersenyum puas.
"Siapa namamu Mbak" tanya pria itu.
"Aku Eli" Tangan Eli menyalami Pria itu.
"Kenalkan, aku Indra." Indra sambil duduk di kursi tamu yang sudah disiapkan minuman untuknya.
Eli menemaninya
"Sudah lama kerja di sini, El?" tanya Indra sambil melirik Eli dengan mata tersanjung.
"Ya lumayanlah Mas, Silakan diminum Mas"
"Terima kasih" Indra mengambil minuman dan menyeruputnya.
"Boleh aku menjadi langganan di sini? karena aku suka cara cut Kamu"
"Kenapa tidak boleh? dengan senang hati Mas, hehehe"
"Boleh aku menyimpan nomor WA mu?"
"Oh, ini" jawab Eli menyodorkan ponselnya ke Indra.
Indra mengetiknya.
"Di missed call ya?"
"Oke Mas"
"Baiklah kalau begitu, aku pulang dulu. Minggu depan ke sini lagi. Semoga nanti aku ada kesempatan" Indra berdiri, menyalami Elli, memberikan tips beberapa lembar ratusan ribu.
Saat Indra sudah keluar dari salon,
Mey menghampiri Eli.
"Cie cie...." Mey tersenyum sambil mencolek Eli.
"Ganteng amat, nggak pakai Si-Amat, Korea, coy, hihihi"
"Apaan sih, buat kamu aja deh, aku sudah ada Mas Bagas"
"Dia kan maunya sama kamu"
"Apaan sih?" Elly menusuk perut Mey.
Walaupun Eli mengakuinya kalau Indra memang super duper ganteng ala Korea.
Hari Senin saatnya Eli libur, dari Kerja yang melelahkan, namun menyenangkan di salon Mey.
Hari ini ia akan memasak beef teriyaki ditambah egg roll dan juga salad.
Dibantu Erin yang sudah sejak tadi pagi belanja kebutuhan memasak di pasar tradisional.
Semua bahan sudah dikumpulkan Erin di dapur.
Mereka berdua sibuk dengan daging dan sayuran yang akan mereka rajang dan masak.
TOK TOK TOK
"Siapa?" Tanya Erin sambil melangkah ke ruang tamu membuka pintu.
"Hai Papa Mama " Erin langsung memeluk mama dan Papanya, melepas kangennya.
"Ayo Ma,Pa,masuk"
Bu Anom dan suaminya Pak Karsa mengikuti Erin masuk ke dalam.
"Siapa Rin" teriak Eli dari dapur
"Papa Mama, Kak" teriakan Erin membuat Eli tergopoh-gopoh lari keluar dapur menuju ruang tamu.
" Hai Pa..Ma" Eli memeluk Papa Mamanya.
"Gimana kabar kamu, El?" tanya papa Eli
Pria setengah baya ini sejak lama bekerja sebagai sopir pribadi di suatu pertokoan furniture.
dengan gaji yang minim, namun tetap bekerja untuk keluarganya.
Walau sekarang Eli tidak mengijinkan Papanya bekerja. Ia sanggup memberi kehidupan untuk Erin dan Mirna.
Elly bekerja di salon Mei, untuk menggantikan Papanya yang sudah menjurus lansia.
"Aku baik-baik saja Pa.. Gimana kabar Papa? Mama? sehat?"
Eli tanya balik sambil duduk berdampingan dengan Papa Mamanya.
"Alhamdulillah, Papa Mama sehat Nak, kamu lagi ngapain?"
" Ini Mah, kita berdua lagi masak" jawab Erin nyerocos.
"Masak apa sih? mama jadi penasaran, Oh iya, Mirna kemana?"
"Nggak tahu Tuh.. Dari kemarin belum pulang, diteleponin Malah jawabnya nanti-nanti aja" Erin mencibir.
"Ya sudahlah papa sendiri tidak bisa mengubah hidup Mirna. Papa nggak mampu mendidik Mirna.
Elly menundukkan kepalanya.
"Ya sudah... Yang terpenting kalian berdua baik-baik saja.. Oh iya, kalian masak masih ada bumbu yang kurang nggak? mama mau ke warung sebelah. Mau beli kopi." Bu Anom alias Mama Eli langsung berjalan menuju keluar halaman rumah.
Belum sempat Bu Anom membuka pintu pagar, ia melihat sosok wanita yang tak asing lagi.
"Dewi?" wanita setengah baya yang diantar ke rumah sakit yang mana Bu Anom mengaku ke Mirna, kalau Dewi adalah temannya.
Bu Anom keluar halaman menghampiri Dewi.
"Dewi!! Sedang apa kamu di sini?"
"Eh Nyonya, Saya di sini sedang lewat saja." Dewi agak gugup.
Pikiran Bu Anom menelusuri ke masa lampau.
puluhan tahun lalu di saat Eli masih berusia 2 tahun.
Dimana pada saat itu Bu Anom melihat asisten rumah tangganya berpakaian tidak senonoh di depan suami yang sedang duduk di kursi tamu menonton televisi.
Asisten itu berjongkok di bawah kaki pak Karsa sambil mengepel lantai dengan tangannya.
sambil membungkukkan tubuh yang seksi. Mata Majikan pria itu sempat mendelik melihat sebagian Gunung kembarnya. setengah tersembunyi keluar.
"Dewi!!!! Panggil Bu Anom membuat Dewi tersontak kaget.
"Iya Nyonya"
"Ngapain kamu di situ cepat masuk! ganti pakaianmu!!!"
Langsung saja Dewi berdiri mengambil ember pel,
dan setengah berlari ke dalam.
Bukan hanya sekali Bu Anom melihat pemandangan ini.
Membuatnya menjadi khawatir.
Pada akhirnya Dewi pun dipecat dari pekerjaannya di rumah Bu Anom.
Sejak saat itu tidak ada lagi kabar Dewi kemana.
Hingga Setahun kemudian Dewi datang dengan membawa bayi yang masih berusia 2 bulan.
"Maaf Nyonya, saya ke sini ingin menyerahkan bayi ini ke Nyonya."
"Apa?" mata Bu Anom terbelalak kaget.
"Anak siapa ini Dew?"
"Anak saya Nyonya. Saya tidak mampu Lagi mengurus anak ini" jawab Dewi sambil menyerahkan selimut berisi sosok bayi perempuan.
Namun Bu Anom tidak langsung menerimanya.
"Kemana ayahnya?" tanya Bu Anom masih dengan mata terbeliak.
"Saya tidak tahu Nyonya. Saya tidak tahu yang mana ayahnya."
"Astaga Dewi"
"Kasihan anak ini, kalau sampai saya buang Nyonya"
"Kenapa harus dibuang? Ya sudah sini, tapi ingat ya, kamu tidak boleh ketemu sama anak ini, hingga dia dewasa, kamu tidak boleh mengatakan apapun sama anak ini!"
"Iya Nyonya, Saya mengerti"
"Apa kamu tidak bisa kerja untuk kebutuhan anak ini?"
"Maaf, nyonya... Saya memang sudah bekerja, tapi saya kecanduan minum, jadi semua uang saya untuk makan,dan juga minuman" jawab Dewi masih dengan kepala tertunduk.
"Astaga Dewi, ya sudah, saya akan mengurus surat-surat anak ini masuk ke dalam kartu keluarga kami, dengan syarat, saya akan tetap memberimu uang jajan tiap bulan, asal kamu mematuhi peraturan saya tadi!"
"Baik nyonya, Saya permisi, ini alamat saya Nyonya, kalau sewaktu-waktu dibutuhkan"
"Nyonya.... Nyonya.... !" Panggil Dewi sambil mengibaskan tangannya di mata Bu Anom.
Membuat Bu Anom terkejut.
"A-iya, Ngapain kamu di sini?"
"Iya, Nyonya, Saya sudah jawab tadi, cuma lewat sini saja"
"Kamu tahu kalau Mirna ada di sini? Dari siapa?"
"Ah, Saya tidak tahu, cuma waktu beberapa bulan lalu, sempat melihat Mirna di rumah ini"
"Jadi kamu sudah tahu ya?" tanya Bu Anom curiga.
"Ingat perjanjian kita yah Dew!"
"Iya Nyonya, Saya pasti Ingat."
"Saya tidak mau Mirna sampai stress melihat kondisi kamu seperti pengemis ini" Bu Anom melanjutkan perjalanannya ke warung Bu Indun.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments