Cyra diam saja. Malas menanggapi. Pikirannya sedang kacau gara-gara kepergok kancing kemejanya kebuka oleh pacar sendiri. Wuih, Cyra bahkan masih belum percaya kalau sekarang ia sudah tidak jomblo lagi. Apa begini senengnya orang pacaran ya? Bawaannya hepi mulu. Iya, kasmaran itu indah. Hati damai dan dunia rasanya indah banget. Nggak makan pun rasnaya kenyang. Atau Cyra saja yang berlebihan? Atau jangan-jangan memang Cyra yang telat jatuh cinta. Di bangku kuliah baru mengenal pacaran. Sedangkan teman-temannya, masa SMP pun sudah punya stok pacar tiga atau empat. Sampai kuliah, jumlah mantan sudah ada sebelas. Nah, Cyra? Baru kali pertama pacaran, makanya baru tahu bagaimana rasanya memiliki tambatan hati.
Tapi yang ia raskaan ini aneh, masak sih Cyra malah nggak ingin ketemu Zaki? Lebih baik nggak ketemu dulu.
“Cyra!” Rere kembali menepuk pundak Cyra.
“Apaan sih? Main tabok aja, sakit tauk!”
“Abisnya lo ditanyain malah mesem-mesem nggak jelas.”
“Gue lagi pusng.”
“Pusing tuh nggak gitu ekspresinya. Orang pusing tuh manyun, mewek, atau melet-melet. Nah, ini malah senyam-senyum. Jangan-jangan lo udah mulai gila.”
“Sembarangan!” Cyra mengangkat kepalanya. “Gue mikirin tugas dari Zaki.”
“Eeh, kok Zaki? Dia dosen kita sekarang. Panggil Pak Zaki, dong.”
“Bodo amat. Gue kenal Zaki sebelum dia jadi dosen. Enakan manggil Zaki, lebih akrab. Lo nggak inget dia pernah dateng ke rumah gue jadi anak kos?”
“Ya jelas ingetlah. Tap kan itu masa lalu. Tapi terserah lo, deh. Ngomong-ngomong Pak Zaki ganteng ya?” Hidung pesek Rere kembang kempis membayangkan wajah tampan Zaki.
“Kenapa? Lo suka?” Cyra mengangkat alis.
“Banget. Anak-anak pada ngegosipin dia. Ngepoin akun social medianya Pak Zaki. Sebentar aja, cewek-cewek kampus udah pada jadi followernya Pak Zaki. Gila kan gimana terkenalnya Pak Zaki sekarang?”
“Kayak nggak tau cewek-cewek alay kampus kita aja. Ya memang gitu kerjaannya. Nggak bisa banget ngeliat cowok ganteng.”
“Ha ha haaa… Termasuk gue.” Ucap Rere dengan bangganya.
“Lo mah udah punya jodoh, nggak usah macem-macem.”
“Jodoh? Jodoh apaan? Pacar aja belum punya.”
“Noh, itu si Kiwol. Sejak orok, lo juga udah ditakdirin bakalan jodoh sama tuh orang.”
“Hah? Sinting! Amit-amit!”
Cyra tergelak. Rere kayak kebakaran jenggot setiap kali diledekin bakalan jodoh sama Kiwol.
Ting!
Suara itu menjadi suara yang ditunggu-tunggu oleh Cyra. Pesan masuk ke ponselnya. Kali aja dari Zaki. Buru-buru Cyra membuka pesan. Benar dugaannya, Zaki yang mengirimnya pesan. Isinya tentang perubahan tugas. Zaki mengirimkannya tidak lagi melalui email, melainkan melalui pesan WA.
Cyra tersenyum puas. Akhirnya Zaki berbaik hati juga terhadapnya. Syukurlah. Cyra lega sekali. ia kemudian mengetik pesan dan membalas pesan untuk Zaki.
***Cyra
Tengs.
Tugas akan kukerjakan dengan baik
Zaki
Ok***
Cyra mendengus. Ok doang? Nggak ada kata-kata lain gitu? Romantis dikit kek. Lagi-lagi Cyra nyengir menyadari sudah berharap lebih. Jujur saja, hanya dengan Zaki mengirim satu kata ‘ok’ saja, Cyra sudah sangat senang. Lama-lama Zaki ngegemesin juga. Nggak rugi punya kekasih seganteng Zaki.
Anak-anak sudah mengisi kursi masing-masing. Kelas segera dimulai. Cyra bakalan ketemu sama Zaki lagi.
Suara sepatu yang mengetuk lantai dan memasuki ruangan, mmebuat jantung Cyra ketar-ketir. Dia melirik Zaki yang berjalan dari pintu menuju mejanya.
“Selamat pagi!” Zaki meletakkan buku yang ia tenteng ke mejanya.
Serentak anak-anak menjawab.
Jantung! Masih aman kan di posisinya? Kok, dag dig dug nya rame banget? Cyra stress sendiri merasakan jantungnya yang berdegup tak karuan.
Zaki memulai materi, langsung pada topik pembahasan. Seluruh anak-anak menyimak.
“Ada yang mau ditanyakan?” Zaki mengedarkan pandangan ke seisi kelas.
Cyra mengakui betapa Zaki sangat pintar menyembunyikan rasa, lihatlah pria itu tampak tenang dan tak sedikitpun terlihat kikuk saat menyampaikan materi seakan-akan tidak ada kekasih yang nyempil di salah satu kursi mahasiswa.
Salah seorang mahasiswa mengangkat tangan ingin menyampaikan pertanyaan.
“Silahkan!” Zaki mengangguk.
“Pak, jadi jarak antara satu siku dengan siku lainnya minimal harus 80 centi meter?”
“Ya, benar.”
“Tapi saya lihat jarak siku di bioskop waktu itu lebih dari 80 centi meter? Iya, bioskop di jalan Angga, saya nonton sama temen rame-rame pas tanggal dua puluh September kemarin, waktu itu mau nonton film action holywood yang perdana tayang, lagi booming itu filmnya.”
Zaki mengerti kemana mahasiswa itu mengarahkan pembicaraan. Dia pasti sedang menyindir kejadian yang terjadi waktu itu, membuat Zaki sekilas mengenang pertemuan pertamanya dengan Cyra. Zaki juga tahu kalau kejadian itu sudah tersebar di seantero kampus mengingat anak-anak tertawa menanggapi ucapan pria si penanya barusan.
“Kamu mengerti arti minimal bukan? Berarti lebih dari itu tidak masalah.” Zaki menanggapi dengan bijak dan penuh wibawa. Luar biasa, Zaki tetap tenang, sedikitpun tidak menunjukkan sikap berbeda.
Malah Cyra yang cengar-cengir menyadari dirinya menjadi bahan sindiran.
* * * * * * * * * * * * *
T o b e c o n t i n u e d
L o v e ,
E m m a S h u
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 347 Episodes
Comments
Dyah Oktina
emang iya thor... kla pusing melet2... bukan nya cacingan ya yg melet2... 🤭😁😁😁😁
2023-05-28
0
Suliah Priyanti
keren ceritax
2021-12-28
0
Winda Nurmayani
suka thor
2021-11-15
0