Cyra duduk di hadapan kedua orang tuanya. Ia sedang disidang. Ya, mirip sidang pleno gitu deh, atau lebih mendekati siding DPR. Suasananya harus formal. Yang dibahas tak lain adalah perkara Zaki.
“Cyra, siapa lelaki yang kamu suruh ngebersihin gudang?” tanya Andini, mamanya Cyra.
Ya ampun, jadi pulang-pulang dari kampus gini suruh duduk menghadap Cuma mau disidang? Cyra nyengir menatap mamanya yang berdiri menjulang tinggi di hadapannya dengan tatapan penuh selidik.
Cyra melirik Farhan, untung papanya itu tampak tak perduli dengan sidang unik yang dilakukan istrinya. Ia terlihat fokus membaca Koran.
“Namanya Zaki,” jawab Cyra meras atak berdosa.
“Kok, kamu suruh bersihin gudang? Bisa-bisanya kamu bilang ke dia kalau ini adalah kos-kosan. Kamu jangan macem-macem ya, cari kesempatan pas nggak ada mama di rumah. Bawa-bawa lelaki biar bisa nginep di rumah ini.”
Weeh… Mamanya malah salah paham. Dikira Cyra sudah mulai demen mepetin cowok. Padahal tidak begitu yang sebenarnya terjadi.
Entah harus dari mana Cyra menjelaskan kepada mamanya tentang kejadain yang sebenarnya, kalau ia jujur sedang ngerjain cowok itu, pasti tambah panjang urusannya. Bisa-bisa Cyra disuruh berlutut di hadapan cowok itu sambil bilang ‘maaf’. Wah nggak lucu!
“Mama tu main tuduh aja, deh. Cyra nggak segenit itu juga kali, Ma. Mana berani Cyra bawa cowok masuk ke rumah kalau nggak ada alasan jelas. Cyra Cuma nggak mau disuruh ngebersihin gudang sama Mama, jadi Cyra suruh aja cowok itu yang bersihin. Salah dia sendiri nyasar ke rumah ini,” jelas Cyra panjang lebar.
“Cyra, kamu kelewatan. Badan cowok itu sampai jadi kusam dan kotor gara-gara ngebersihin gudang.”
“Jadi mama lebih tega kalau anak mama yang cantik dan mulus itu yang jadi kusam dan kotor?”
“Itu resikomu. Hukuman untuk anak yang ngak taat sama orang tua memang harus dibikin seperti itu, paham?”
“Iya iya. Tapi hukuman kan udah diberesin, ya udah urusan hukuman kelar, Ma. Cyra ke kamar dulu mau ngerjain tugas. Kalau nggak kelar tugas kuliah, mama juga yang ngomel.” Cyra buru-buru meninggalkan mamanya sebelum mendapat ceramah yang lebih panjang. Ia lari ngacir naik ke lantai atas.
***
Dengan langkah anggun, Cyra melenggang menuju gedung kampus setelah memarkirkan mobil. Tas kecil menggantung di bahu kiri. Tangan kanannya membawa buku besar yang diletakkan di depan dada.
“Ra!” panggil Rere yang baru saja memarkirkan motornya.
Cyra menoleh ke sumber suara, menatap Rere yang berlari ke arahnya sambil memegangi perut. Nggak heran, pasti kekenyangan gara-gara melibas makanan di rumah Cyra sebelum pergi ke kampus. Ucapan mamanya Cyra yang mengatakan agar Rere menganggap rumah Cyra sebagai rumah sendiri benar-benar dimanfaatkan habis-habisan oleh Rere. Mau makan tinggal ambil, mau tidur tinggal molor, dan mau mandi pun tinggal nyosorin kamar mandi Cyra.
“Helm lo ditarok dulu ngapa! Takut kemalingan apa? Helm jelek pun dibawa-bawa.” Cyra menoyong kepala Rere yang amsih mengenakan helm.
“Eh ya ampun, nggak sadar helm masih nyangkut aja di pala gue. Tauk nih helm ngekor mulu.” Rere ngeles meski kemudian kebali ke parkiran untuk meletakkan helm ke motornya. Kemudian ia kembali pada Cyra yang menunggu di koridor kampus.
Mereka beriringan menuju ke arah kelas.
“Tugas udah selesai?” tanya Rere.
“Udah.”
Tiba-tiba… Bruk!
“Hei.. Sialan lo! Main tabrak tabrak aja!” Cyra berteriak kesal, detik berikutnya mengernyit melihat lawan senggolannya dari arah samping adalah Zaki.
Jiah, nih cowok mau ngapain coba di kampus? Cyra membatin. Kalau orang bilang dunia itu Cuma selebar daun kelor, kayaknya ini momen yang pas untuk mengatakannya. Masak sih dari ujung sono ke ujung sini ketemunya sama nih cowok mulu? Apa nggak ada makhluk laen selaen dia ya?
“Lihat-lihat kalau jalan!” tegas Zaki dengan intonasi penuh penekanan.
“Kamu tuh yang jalan nggak pakai mata! malah nyalahin orang!” ketus Cyra membalas kemarahan Zaki. Kampus adalah wilayahnya, ia bisa bertindak semaunya pada pria yang ia yakini adalah mahasiswa baru. Orang baru memang harus dibuli. Sudah menjadi trend.
Zaki malas berdebat. Ia memilih memungut kertas yang jatuh dan membiarkan Cyra pergi bersama Rere.
“Tuh cowok ganteng ngapain ada di sini? Nyariin lo kali,” bisik Rere sembari melirik Zaki yang berjalan di belakang.
“Tauk.” Cyra mengedikkan bahu.
“E eh… Tumben penampilan lo kece badai?” Rere memperhatikan penampilan Cyra mulai dari ujung kaki ke ujung kepala. Celana lejing dipadu baju sepanjang paha. Cyra memang terlihat sedikit berbda mengenakan pakaian agak longgar, lebih kalem. Entah bagaimana baru sekarang Rere merasa kagum pada penampilan Cyra, sejak tadi ia kurang memperdulikan penampilan sahabatnya itu.
“Biasa aja kali, bukannya emang tiap hari kece badai, ya?” sahut Cyra percaya diri. Namanya juga Cyra Nadira, tingkat kepercayaan dirinya tinggi sekali. kalau tidak begitu, mana mungkin ia terpilih menjadi model kampus yang memang harus memiliki kepercayaan diri tingkat tinggi.
“Lah, kumat ge ernya. Jangan-jangan lo berpenampilan beda gini karena ada dosen baru, ya?”
“Masa bodo sama dosen baru? Apa untungnya sama gue?”
“Kali aja mau cari muka!”
“Bukan gue yang bakalan cari muka, tapi sebaliknya, justru tuh dosen yang cari muka sama gue.”
“Yaah.. penyakit lama kambuh lagi.”
Cyra dan Rere melewati pintu, lalu duduk bersisian di kursi masing-masing. cyra tidak sadar jika Zaki ikut masuk ke ruangan yang sama.
“Selamat pagi! Perkenalkan saya Zaki Salman. Dosen baru kalian.”
Cyra sontak mengangkat wajah saat mendengar suara bariton itu. siapa tadi? Zaki? Dosen baru? Cyra membelalak, mukanya yang lantas memerah seperti kepiting rebus. Ya ampun, apa yang sudah ia lakukan pada dosennya itu? Bertubi-tubi Cyra membuat Zaki bernasib sial. Yang paling parah, soal ciuman itu, ditambah persoalan ngebersihin gudang. Dan terakhir, baru saja ia memaki Zaki.
Elah, gini amat nasib Cyra. Lalu bagaimana dong perjalanan mata kuliah yang dibimding Zaki nantinya? Akankah Cyra dipermudahkan dalam segala urusan, atau dipersulit oleh dosennya itu? gawat darurat kalau Zaki balas dendam dan akan mempersulit Cyra, atau bahkan membuat anjlok nilainya. Atau mungkin kelak tidak akan membuatnya lulus di mata kuliah bimbingan Zaki.
Kok, pikiran Cyra jadi ruwet dan penuh dengan terka-terkaan begini?
Sementara di sudut kelas, para cewek kasak-kusuk membisikkan ketampanan Zaki, dosan muda yang dijamin akan menjadi idola kampus.
Dengan penuh kewibawaan dan gaya yang sangat bijaksana, Zaki memperkenalkan diri, serta memulai kelas dengan pembukaan ringan. Ia juga meminta seisi kelas untuk memperkenalkan diri.
Amazing! Gaya bicara Zaki benar-benar luwes dan patut diacungi jempol. Beda jauh dengan Zaki yang Cyra kenal saat disuruh membersihkan gudang, lempeng dan seperti tidak punya dosa.
Tbc
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 347 Episodes
Comments
Lia Rochmatuz
Santai Cyra,, Khusus untuk cewek Glowing biasany sih aman2 bae
2023-01-09
1
Isyeu Lismaya
pernah baca novel ini kyknya dliu , tp baca lg karena PGN novel komedi yg menghibur
2022-11-08
0
Cici_sleman
ada yg kelewatan, ps liat penampakan di kmr cyra🤣🤣🤣
2022-08-05
0