Cyra sudah berdiri di depan pintu seelah melewati pintu gerbang yang tidak dikunci. Ia mulai resah, apa yang harus ia katakan jika yang membuak pintu adalah Zaki? Pasti tuh cowok kepedean melihatnya mengantar makanan begini. Dikira Cyra sedang cari muka sama pak dosen. Duh… Ini gara-gara si mama, pake nyuruh-nyuruh nganterin makanan segala ke rumah Zaki. Cyra jadi seperti orang tolol mondar-mandir di depan pintu.
Tiba-tiba ada ide buruk mengelebat di pikirannya. Mendingn ia buang saja makanan itu dan mengatakan ke mamanya kalau rantang sudah diberikan. Cyra melangkah kembali menuju gerbang.
Eh tunggu dulu, urusan bisa panjang jika mamanya yang rempong itu menanyakan pertanyaan basi kepada TAnte Alya. Salah satunya pertanyaan begini, ‘gimana jeng, semur jengkol kirimanku enak nggak?’. Nah kan bisa berabe urusannya, setelah itu ketahuan deh kalau semur jengkol tidak sampai pada sasaran.
Terpaksa Cyra kembali lagi ke teras dan menghadap pintu. Ia memencet bel, tapi sepertinya bel rusak dan sudah tidak berfungsi lagi. Buktinya dipencet berulang kali tapi tidak menimbulkan bunyi.
Cyra mengesah, untuk mengetuk pintu yang terbuat dari kayu sekeras itu, tentu saja ia butuh tenaga ekstra. Sayang banget kalau buku-buku jarinya jadi menghitam akibat terkikis saat mengetuk pintu sekeras itu. ta pi ya sudahlah, Cyra mengerahkan tenanga dan mengayunkan kepalan tangan sekuat tenaga supaya menghasilkan suara ketukan pintu yang keras.
Plak!
Eh, lho kok bunyi ketokan pintu berbeda ya? Lazimnya bunyi ketukan pintu itu kan tok tok… Lah, ini kok, plak?
Cyra mengangkat wajah yang sejak tadi menunduk menatap rantang di tangannya.
Ya ampun, jadi yang ia ketok tadi adalah jidat Zaki yang kini berdiri di ambang pintu? Pria itu membuka pintu di saat yang tidak tepat. Begitu kepalan tangan Cyra terayun, tepat saat itu Zaki membuka pintu dan… Akhirnya malah jidat yang kena tonjok.
Oh God! Bisakah menjauhkan gadis ceroboh ini dari hadapanku? Zaki menatap sebal pada Cyra yang nyengir lebar dan menurunkan kepalan tangannya pelan-pelan dari udara.
“Eh, kamu tinggal di sini?” Cyra mengalihkan perhatian, berharap Zaki akan langsung move on dari tonjokan yang tanpa sengaja barusan. Pandangan Cyra pura-pura mengedar ke sisi rumah. Cyra bingung harus mengubah pangilannya pada Zaki seperti apa, sebab di awal pertemuan, ia sudah menggunakan panggilan aku-kamu. Lidahnya terasa berat meamnggil Pak. Bar saja begitu, biar lebih akrab dan serasa tidak ada dinidng pembatas.
“Mau apa kamu ke sini?” sewot Zaki.
“Mau nganterin makanan ini untuk mamamu.”
Zaki menatap heran pada rantang di tangan Cyra. Untuk apa Cyra memberikan makanan itu kepada mamanya? Cari perhatian atau bagaimana?
“Eh jangan salah sangka, mamaku tuh temen lama mamamu. Mereka baru aja ngobrol hangat banget. Dan sekarang mamaku punya inisiatif nganterin makanan ini buat temen lamanya. Ini, ambilah!” Cyra menyodorkan rantang itu, berusaha menampilkan ekspresi ramah, seramah mungkin.
Kalau bukan karena demi mengharap nilai mata kuliah bagus, Cyra tidak akan rela membuat giginya kering gara-gara kelamaan tersenyum lebar begini. Dih, nih cowok dingin banget lagi.
Zaki mengendus mendekati rantang, ia mencium aroma khas.
“Heheee… Ini semur jengkol. Katanya mamamu paling suka sama semur jengkol.” Cyra semakin mencoba untuk bersikap ramah. Tapi hasilnya sama saja, muka Zaki tetap lempeng dan sadis.
“Bawa aja masuk ke dalem!” titah Zaki sembari menyingkirkan tubuhnya, member akses jalan kepada Cyra untuk lewat.
“Oke, deh. Aku masuk, ya!” Lain di bibir, lain pula di hati. Sesungguhnya Cyra merutuk, kenapa bukan Zaki saja yang membawanya masuk ke dalam? Seakan-akan Zaki tak sudi membawa makanan yang dikirim mamanya itu. rasanya Cyra ingin menjewer kuping Zaki dan mengantungnya di jemuran baju.
Cyra menoleh dan menatap Zaki. “Ini aku bawa kemana rantangnya ya? Aku nggak paham sama rumah ini.”
“Nggak mungkin ke kamar, kan? Tentu ke ruang makan,” sadis Zaki malas menjawab. “Belok kanan dan lurus terus.”
Giliran deh sekarang aku yang nggak dianterin ke ruangan yang dibutuhkan. Bales dendam banget sih tuh cowok. Cyra menuruti perintah, menuju ruangan sesuai yang ditunjuk. Tepat, ia sampai di ruang makan. Cyra meletakkan rantang di meja.
“Cyra? Apa itu?” Alya yang tengah mengiris sosis di dapur, langsung menghampiri Cyra. Ruangan dapur dan ruang makan yang tanpa pembatas, membuat Alya melihat kedatangan Cyra.
“Ini ayam kentaki sama semur jengkol, Tan.”
“Wow… Amzing!” Alya bertepuk tangan kecil kemudian mengelus lengan Cyra. Gembira sekali mendapat kiriman jengkol. “Yang masak mamamu, ya?”
“Kok, tante tahu?”
“Waktu kuliah dulu, kami tinggal satu kosan. Mamamu hobi banget masak semur jengkol, hasilnya hmmm…” Alya menunjukkan jempolnya. “Kalau gini caranya, tante batalin deh masak nasi gorengnya. Tadi baru aja mau masak nasi goreng.”
Zaki yang berdiri nyender di ambang pintu, hanya menatap perbincangan antara mamanya dan Cyra dengan tangan menyilang di dada.
“Ya udah, kita makan sama-sama di sini!” Alya menekan pundak Cyra, memaksa gadis itu duduk satu meja makan bersamanya.
“Tapi, tan…”
“Eh jangan menolak! Mumpung kamu ada di sini, kita makan bareng aja.” Alya memaksa. Ia langsung mengambil piring, menyiduk nasi ke dalam tiga piring.
“Zaki! Ayo, sini kita makan bareng!” Alya melambaikan tangan memanggil Zaki yang sejak tadi hanya mematung.
“Mama makan aja duluan!”
“Loh, kamu bilang tadi laper mau cepet-cepet sarapan, ya ayo sini kita makan. Nasi udah ada. Besok aja lagi kita bikin nasi goreng. Ajak Cyra makan di sini, biar dia ngerasain seperti apa enaknya masakan kamu, Zaki! Ayo, buruan sini! Kita makan sama-sama!”
Ajakan Alya yang penuh paksaan, membuat Zaki melangkah menuju meja makan dan terpaksa ikut duduk di sana. Berhadapan dengan Cyra. Alya duduk di samping Cyra.
Buset dah, nggak bisa ya tuh muka dibikin sedikit rileks, jangan tegang dan sadis mulu! Cyra membatin saat menatap muka Zaki.
Zaki memperhatikan interaksi antara Cyra dan Alya yang terlihat begitu akrab. Wajar saja hubungan sedekat itu terjalin dalam waktu singkat, penyebabnya tak lain karena Cyra yang berstatus sebagai putri dari sahabat lama mamanya. Tapi kenapa harus Cyra? Sarapan pagi itu benar-benar tidak enak. Nasi yang melewati kerongkongan rasanya seperti bongkahan batu. Seret mulu jadinya. Perut Zaki mulas-mulas gara-gara duduk semeja dengan Cyra, cewek yang dengan beraninya nyosor menciumnya di pertemuan pertema.
Yang lebih menyebalkan, Cyra membalas sikap hangat Alya dengan sikap yang tak kalah hangatnya. Keduanya terlihat cocok. Sama-sama rempong.
***
To be continued
Love,
Emma Shu
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 347 Episodes
Comments
Dyah Oktina
enak ketawa nih... author bisa aja
2023-05-28
0
Dyah Oktina
😁😁😆😆😆😆😆😂😂😂😂😂😂😂😂😂😂😂😂😂😂😂😂😂😂😂😂😂
2023-05-28
0
Isyeu Lismaya
Cyra yg ceroboh buat Zaky jd sial mulu, tp hidup makin berwarna ya zak
2022-11-08
0