Cyra berbaring sejenak untuk menghilangkan penat di raganya. Setelah duduk berjam-jam hanya untuk mengerjakan tugas kuliah, ia ingin istirahat sejenak.
Thung.
Email masuk.
Cyra membuka ponselnya. Mengecek email masuk.
Nggak salah, nih? Dari Zaki? Cyra membelalak. Zaki mengirim email berisi tugas perencanaan yang akan disetor untuk minggu depan.
“What? Segini banyaknya tugas yang mesti gue selesein? Ini tugas apa hukuman, sih? Bener-bener ini mah. Zaki kelewatan.” Cyra duduk di atas kasur sambil meremas-remas sprei. Kaki kelojotan.
Cyra kemudian menanyakan teman-temannya apakah menerima email berisi tugas dari Zaki atau tidak. Jawabannya, iya benar mereka memang menerima email dari Zaki yang isinya berupa tugas. Anehnya, mereka mendapat tugas yang ringan dan tidak sebanyak yang Cyra terima. Kalau diukur, initinya tugas Cyra dua kali lipat dari tugas teman-temannya. Mana Cyra harus mengerjakannya sendirian lagi, sementara teman-temannya memiliki kelompok yang bisa dibagi-bagi dalam mengerjakan tugas.
“Iiiiiih… Zaki kenapa sih sensi banget sama gue? Plis dong jangan sekejam ini!” Cyra hampir menangis saat menggeser-geser layar ponsel menatap tugas yang harus ia kerjakan. Bisa mabuk bila mengejakannya sendirian.
Cyra kemudian mencari-cari akun social media milik Zaki, ia ingin bicara via chat pada Zaki. Dan yaps, ia menemukan nomer whatsapp Zaki melalui akun Twitter cowok itu.
Cepat-cepat Cyra memasukkan nomer Zaki ke daftar kontak, mulailah dia mengetik pesan untuk Zaki tanpa harus memperkenalkan diri terlebih dahulu. Zaki pasti akan langsung mengenalinya melalui foto profil miliknya.
Zaki, kok tugas untukku banyak banget?
Maaf sebelumnya kalau aku udah bikin banyak kesalahan sama kamu
Tapi kan nggak gini juga cara kamu ngebales ke aku
Kalau lewat tugas begini, jujur aku nggak bisa berkutik
Mau nggak mau, aku harus mengerjakannya bukan?
Tapi itu sama aja membunuhku
Kamu nggak kasian kalau jari lentikku jadi
segede tales bogor gara-gara kebanyakan nulis?
Pesan terkirim. Sudah di-read, tapi tidak dibalas. Cyra menunggu sampai lima belas menit. Sepi, tetap tidak ada balasan dari Zaki.
Duuuh. Nih cowok mesti diapain ya supaya hatinya meluntur? Cyra bingung sendiri. Ia kembali mengetik pesan dan mengirimkannya kepada Zaki.
Zaki, plis dong jangan kejem gini sama gue
Gue kan udah minta maaf.
Kurangin tugasnya, ya
Pliiiiis…
Hasilnya sama saja, pesan sudah dibaca namun tidak dibalas.
Cyra tidak jera. Ia kembali mengetik pesan.
Zaki, kalau kayak gini caranya, kamu nggak professional banget jadi dosen
Masalah pribadi jangan dibawa-bawa ke masalah kuliah dong
Aku mesti gimana sih biar kamu maafin aku?
Bilang aja, aku pasti lakukan kok
Ting!
Cyra langsung girang membuka pesan. Zaki membalas.
KERJAKAN TUGASMU!
Astaga, masih aja beku hati nih cowok, kirain udah mencair. Cyra menghentak-hentakkan kaki ke kasur. Gemes banget.
Merasa geram, Cyra menghambur keluar kamar. Ia berlari menuruni anak tangga.
“Cyra, mau kemana?” Suara Andini melengking saat melihat putrinya berlari menuju pintu depan. “Malem-malem begini nggak boleh keluar.”
“Aku mau ke rumah depan bentar, Ma. Itu loh, ke rumah Tante Alya,” sahut Cyra sambil terus berlari ngeloyor keluar rumah. Ia yakin mamanya pasti mengijinkan kalau hanya ke rumah Alya. Bahkan mamanya itu malah senang sekali kalau ia akrab dengan Alya.
Cyra mendorong pintu gerbang, lalu masuk begitu saja. Zaki yang sedang duduk santai di kursi teras, langsung mendongak melihat kedangan Cyra yang seperti dikejar anjing gila. Ia terlihat rileks mengenakan celana selutut dipadu kaos oblong.
Cyra berdiri di hadapan Zaki, dan Zaki mengangkat alis menatap gadis di hadapannya.
“Zaki, aku mau ngomongin masalah tugas yang kamu kasih ke aku.”
“Bisa nggak agak sopan dikit kalau bertamu?” Bukannya menanggapi ucapan Cyra, Zaki malah membahas hal lain.
“Sori, aku terburu-buru. Ya udah, aku mesti slam dulu apa gimana ini?”
Zaki diam saja.
“Zaki, plis deh jangan hukum aku kayak gini. Aku bisa gila kalau kamu suruh aku ngerjain tugas sebanyak ini.”
“Biar kamu pinter. Itu harga spesial buatmu bukan? Seharusnya kamu bersyukur mendapat perhatian lebih dari dosenmu ini.”
“Gue bisa ngebedain mana perhatian dan mana hukuman.” Cyra memperlihatkan tampang memelas. “Bukannya makin pinter, yang ada pal ague malah bisa jadi botak. Ada yang bilang kalau Negara kita belum punya system pendidikan yang mampu mengembangkan sumber daya manusia secara optimal. Bukankah pendidikan formal itu seharusnya mampu membuat generasi penerus bnagsa untuk kemudian dikembangkan supaya menghasilkan manusia professional di bidangnya. Soalnya setiap minat dan bakat anak berbeda-beda, udah seharusnya pelajaran di sekolah itu tujuannya mengarahkan muridnya untuk mengikuti pelajaran sesuai potensi dan bidangnya masing-masing. Juara matematika sekalipun belum tentu keahliannya itu berguna dalam kehidupan sehari-hari selama itu bukanlah potensi sesungguhnya dalam dirinya.”
* * * * * * * * * * * * *
T o b e c o n t i n u e d
A k u n g g a k b o s e n i n g e t i n
j a n g a n l u p a k l i k t o m b o l like.
D u k u n g p e n u l i s y a h.
T h a n k s s o b a t ,
L o v e ,
E m m a S h u
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 347 Episodes
Comments
Susilawati
/Drool/
2023-11-16
0
Aruna arfiana
ternyata cyra pintar ya..
2022-02-04
0
Suliah Priyanti
ngakak thoor
2021-12-28
0