Zaki keluar dari kamar mandi, tubuhnya segar setelah mandi pagi. Air menetes-netes dari rambutnya yang masih basah setelah keramas. Mengenakan handuk yang melilit pinggang, memperlihatkan tubuhnya yang six pack. Ia memilih baju santai di lemari. Hari ini adalah hari libur, saatnya menenangkan otak dengan bersantai ria.
Zaki keluar kamar dengan penampilan yang benar-benar terlihat santai. Sebuah jaket menggantung di bahu kanannya. Ia menuruni anak tangga dengan pandangan fokus ke layar ponsel. Ia sedang mencari sebuah nama di daftar kontak. Nama siapa lagi kalau bukan nama Cyra. Huh, ya ampun, kok bolak-bail dicari itu nama kagak muncul juga? Ia sudah menscroll ke bawah dan balik ke atas lagi. Tapi kok nama Cyra jadi hilang? Apa dia tanpa sengaja mendelete nomer itu?
Dues!
Nah kan, dinding di depan muka pun diseruduk. Lagi-lagi Zaki memukul dinding yang tega-teganya mencium jidatnya. Tapa sadar sekarang ia sudah berada di lantai satu dan pijakan kakinya juga sudah meninggalkan anak tangga. Ponsel di tangannya terjatuh. Ini nih korban mainin ponsel ngak liat-liat jalan, akhirnya nabrak-nabrak mulu. Sepertinya Zaki belum kapok setelah insiden tadi malam yang membuat jidatnya kejedot pintu. Ia menoleh ke kiri kanan, memastikan apakah ada yang melihatnya kejedot dinding atau tidak. Peristiwa itu malu-maluin banget.
Ah ya ampun, ia melihat asisten rumah tangganya yang sedang mengepel lantai, tertawa cekikikan di sudut ruangan. Ternyata ada juga yang memergokinya. Zaki buru-buru mengambil ponsel yang jatuh dan meninggalkan ruangan itu menuju ke teras. Untung saja Cuma asisten rumah tangga yang memergoki, kalau Cyra bagaimana? Kan malu.
Zaki duduk di kursi sambil mengingat-ingat kemana hilangnya nomer Cyra. Aha… Mendadak punya ide. Di kepalanya seperti ada bola lampu kartun yang menyala dan menimbulkan bunyi ‘ting’.
Zaki mencari mamanya di dapur, dan ia menemukan wanita paruh baya yang suka berpenampilan gaul dan kekinian itu. jangankan penampilan, gaya bicaranya saja anak muda banget.
“Ma, lagi ngapain?” Zaki berbasa-basi. Jelas-jelas ia melihat mamanya sedang memasak.
“Ini nih, bikin rendang. Nanti kamu anterin ke rumah Tante Andini, ya! Itu loh rumahnya Cyra, yang kemarin nganterin semur jengkol ke sini. Sekalian ngebalikin rantang yang kemarin dia isi semur jengkol itu. kan malu kalau balikin rantang nggak ada isinya.” Alya mencicipi masakannya. “Hmm…. Nyami banget deh pokoknya.”
Nah, kebetulan banget. Itulah yang Zaki harapkan sejak tadi. Dewi fortuna berpihak padanya.
Namun detik berikutnya kemenangan yang Zaki rasakan mendadak lenyap saat asisten rumah tangga melintas.
“Ah ya udahlah Zak, kamu nggak usah nganterin rantangnya ke rumah Tante Andini. Biar bibik aja yang nganterin.” Alya memasukkan rendang ke dalam rantang. “Biiik, sini dulu! Ini anterin ke rumah depan, ya!”
Asisten rumah tangga meletakkan tongkat pel beserta ember ke teras luar lalu menghampiri Alya. Ia menyambut rantang yang diberikan oleh Alya.
“Tau kan rumah yang berada persis di depan rumah kita?” tanya Alya.
“Iya, saya tahu, Bu.”
“Nah, anterin ke sana, ya! Bilang makasih, semur jengkolnya enak banget.”
“Siap, Bu!”
Netra Zaki mengamati rantang yang dibawa oleh pembantunya hingga pembantunya itu hilang dari pandangan meninggalkan dapur. Astaga, ingin rasanya Zaki merebut rantang itu dari tangan pembantunya itu. dosa nggak sih ngedoain pembantu biar sakit? Kalau sakit kan pembantunya itu tidak bekerja. Otomatis tugas Zaki mengantar rantang tidak akan gagal. Oh ya ampun, doa kok jelek banget. Ampuni Zaki ya Rabb.
Ingin jujur dan bilang pada mamanya meminta supaya dia saja yang mengantar rantang, tapi gengsi. Bukankah anak laki-laki biasanya anti banget sama yang namanya rantang? Lalu alasan apa yang membuat Zaki ngebet kepengen nenteng-nenteng rantang? Yang Zaki tahu adalah ranjang, bukan rantang. Ups…
Zaki balik badan lalu meninggalkan dapur, mengejar asisten rumah tangganya yang sudah sampai di teras.
“Bik Pay!”
“Ya, Mas?” Asisten rumah tangga menoleh mendengar majikannya memanggil.
“Sini rantangnya biar aku aja yang nganterin ke sana!”
“Eh enggaklah, Mas. Biar Bibik saja. Masak sih malah Mas Zaki yang nagnetrin, kan ini tugas Bibik.” Bik Pay merasa tak enak hati.
“Aku ada perlu ke rumah depan. Biar sekalian aku bawa rantangnya. Sini!” Zaki mengambil rantang dari tangan Bik Pay sebelum wanita paruh baya itu menolaknya, segera ia menenteng rantang ke rumah yang dituju.
Sesampainya di teras rumah Cyra, ia celingak-celinguk. Agak gengsi, laki-laki kok menenteng rantang.
Zaki memencet bel pintu. Tepat sasaran, yang membuka pintu adalah Cyra. Gadis itu trebelalak kaget melihat makhluk ganteng pagi-pagi begini sudah muncul di depan rumahnya.
* * * * * * * * * * * * *
T o b e c o n t i n u e d
K a l i a n s u k a n g g a k sama ceritanya?
K a l a u s u ka k l i k like dwongs.
T e n g s b u a t k a l i a n yang udah sedekahin koin.
L o v e ,
E m m a S h u
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 347 Episodes
Comments
𝐬𝐚𝐟𝐫𝐢𝐚𝐭𝐢
Udah ngeBUCIN tuh Dosen
2022-01-01
0
Suliah Priyanti
ditunggu visualx
2021-12-28
0
Galuh Ajeng Candra Kirana
klu bisa jodoh jgn cari rmh berhadapan itu tak baik .klu nurut adat Jawa .pasti ada yg kalah salah satu diantaranya .istilahny tdk kuat .
2021-11-11
0