13. Terulang Lagi

Bukannya meluntur, emosi Zaki malah semakin naik. Tatapan penuh emosi ditambah dengan nafas yang memburu kuat, menandakan pria itu sedang ingin meremukkan Cyra seketika itu juga. Rahangnya mengeras dan lehernya yang berotot itu juga mengeras.

Ya ampun, sebenarnya Zaki kenapa sih? Kok, bisa semarah ini sama aku? Plis, jangan bikin aku bingung gini, bisa-bisa aku stress dibikin jantungan mulu sama si dosen galak, yang Cyra akui sebenarnya ganteng banget, postur tubuhnya juga menawan. Bikin cewek gemes.

Mendapat sorot mata semengerikan itu, Cyra melangkah mundur. Dari sudut mata, ia melirik pintu. Ancang-ancang mau lari ngibrit kalau-kalau Zaki melakukan tindakan criminal seperti yang dilakukan para criminal yang sering diberitakan di televisi.

Sudah banyak judul mengerikan yang menghias Koran dan media masa, itu cukup membuat Cyra gemetaran. Cyra pernah membaca judul berita hot tentang dunia kampus, Mahasiswi dihantam kursi oleh dosennya, mahasiswi digantung di pohon duren belakang kampus yang ternyata pelakunya adalah dosennya, mahasiswi diperkosa dosennya setelah kepalanya dijedotin ke tembok. Dan masih banyak berita lainnya tentang mahasiswi yang berujung mengenaskan. Huh, sadis banget. Cyra takut salah satu peristiwa buruk itu terjadi padanya. Kali aja Zaki adalah mantan buronan yang belum ketangkep. Halah, pikiran Cyra kok jadi sembrono begitu? Suudzon.

Glek!

Tepat saat punggung Cyra membentur dinding, tertelan saliva segede jengkol. Ya ampun, sakit banget di leher.

Kini muka garang nan galak Zaki sudah berada sejengkal dari wajah Cyra.

Dari pada berabe, mending kabur. Cyra melirik pintu kemudian menghambur, lari ngibrit meninggalkan Zaki. Tapi aneh, setelah berlari beberapa detik, tangan Cyra tak juga bisa meraih pintu. Seharusnya hanya dengan melangkah lima langkah saja, Cyra sudah bisa melintasi pintu. Tapi yang terjadi sekarang, tubuh Cyra lari di tempat. Cyra berhenti lari saat menyadari kerah belakangnya dicengkeram erat oleh Zaki.

“Jangan ditarik gini bajuku, leherku kecekik!” Cyra terpaksa mundur supaya baju lehernya tidak mencekiknya.

Zaki memutar tubuh Cyra hingga tubuh gadis itu menghadap ke arahnya. “Jangan pergi sebelum aku menyuruhmu pergi. Aku belum selesai bicara.”

“Iya iya, tapi lepasin bajuku.”

Zaki melepas baju belakang Cyra.

“Sebenarnya apa yang kamu bahas?” Cyra mengerutkan dahi.

“Tingkah lakumu.”

“Bisa nggak jangan galak-galak banget sama aku?” Cyra kembali menelan saliva melihat tatapan Zaki yang semakin tajam. Salah ngomong lagi.

“Jangan pernah memancing emosiku.”

“Iya, maaf. Kamu marah soal yang mana? Gara-gara aku bawa jengkol ke rumahmu, ya? Apa kamu nggak suka kalau aku akrab sama mamamu? Takut mamamu memintaku jadi calon mantu apa gimana?”

“Kamu harus berubah.”

“Berubah gimana maksudnya?”

“Whatever.” Zaki bersungut.

Kejadian beberapa menit yang lalu terulang lagi. Cyra kembali melangkah mundur saat Zaki melangkah maju. Dan berhenti saat punggungnya membentur dinding.

Jarak tatapan mereka hanya beberapa centi saja. Membuat Cyra merasakan sapuan hangat nafas Zaki di wajahnya.

“Cyra, kamu udah membuat aku kacau.”

“Kan aku tadi udah minta maaf. Nggak akan kuulangi lagi. Kamu…”

Ucapan Cyra terhenti saat bibir Zaki membungkamnya. Yassalam, kali ini Zaki yang main sosor. Aksi balas dendam Zaki tertuntaskan.

Jantung Cyra berdegup kencang sekali. jika sebelumnya dialah pelakunya, kali ini dia korbannya. Saat menjadi pelaku, Cyra tenang-tenang saja. Tapi saat menjadi korban begini, dia gugup bukan main.

Satu menit.

Dua menit.

Tiga menit.

Semuanya masih berlalu. Hanya keramaian di luar ruangan yang terdengar.

Empat menit.

Zaki menahan kedua tangan Cyra saat gadis itu hendak mendorong dadanya. Dalam genggaman tangan Zaki, tangan Cyra kini tak bisa berkutik.

Lima menit.

Zaki memundurkan wajah. Keduanya saling pandang.

Beberapa detik jeda kosong. Keduanya diam membisu, tak ada yang angkat bicara. Seakan-akan mata mereka yang bicara. Atau bahkan tatapan itu seperti saling sahut mengungkap apa yang baru saja sama-sama mereka rasakan.