Ding dong…
“Iya sebentar.” Cyra menyahuti bel pintu yang bordering. Bagaimana mungkin penekan bel di luar mendengar suaranya. Rumahnya terlalu besar untuk menampung suaranya.
Ding dong..
“Duuh… Nggak sabaran banget, sih.” Cyra menggerutu sembari tergesa-gesa menuju pintu. Sekilas ia melirik arloji yang melingkar di pergelangan mungilnya. Jam tujuh. Yang kerap bertamu di jam segitu adalah Rere, sahabatnya. Sahabatnya itu pasti akan numpang mkan sebelum mengajaknya pergi ke kampus. Maklumlah, Rere adalah anak kost, semuanya serba ngirit. Numpang makan di rumah Cyra sudah menjadi kebiasaan baginya. “Dasar si pesek! Pasti kumat lagi mau makan sebakul. Nggak bisa agak siangan dikit apa nyamperin kesini?”
Cyra tersenyum saat menerima ide konyol yang menghampiri kepalanya. Ia punya cara untuk ngerjain sahabatnya itu. Cyra menyambar baskom berisi air yang sedang digunakan Bik Mey untuk mengelap kaca jendela yang ia lintasi.
“Eh Non, mau dibawa kemana itu baskom saya?” Bik Mey protes.
“Pst… Cari gantinya aja, Bik. Ini kupakai.” Cyra menyahuti sambil melenggang menuju ke depan.
Sebelumnya, Cyra mengintip dari jendela, melihat siapa yang datang. Takut salah orang. Benar dugaannya, motor bebek milik Rere terparkir di halaman rumah.
Oke, Cyra memulai aksinya. Sekarang ia sudah berdiri di depan pintu sambil memegangi handle.
“Satu… dua… tiga…” bisiknya kemudian membuka pintu lebar-lebar.
Byurrr!
Sosok yang berdiri di ambang pintu basah kuyup oleh siaraman air. Cyra tergelak sampai matanya terpejam, satu tangan memegangi perut akibat terpingkal-pingkal. Rere pasti sudah mirip seperti tikus kecebur got.
“Astaga!”
Hah? Lagi-lagi, Cyra terkejut dan tawanya langsung terhenti. Suara yang ia dengar barusan bukanlah suara Rere, melainkan suara bariton yang sepertinya tidak asing di telinga Cyra. Eh lha suara siapa itu? Cyra menegakkan tubuhnya yang terbungkuk, kelopak matanya mulai terbuka.
Deg!
Yah, salah sasaran. Kok, malah pria galak itu yang kini ada di hadapannya dengan kondisi mengenaskan? Tubuh depannya basah kuyup. Yieeek… itu kan air bekas kain lap? Untuk ekdua kalinya pria ganteng itu menerima siraman air dari Cyra. Kok ya bertamu di saat tidak tepat begini? Eh tunggu, mau apa pria itu datang menemuinya ke rumah? Mau minta pertanggung jawaban atas pencurian ciuman di bioskop malam itu?
Rere yang sedang jongkok memperhatikan bannya yang kempes, hanya melongo memperhatikan interaksi antara Cyra dan si pria basah kuyup.
Zaki mengusap wajahnya yang basah dengan telapak tangan. Ia mengangkat wajah dan menatap Cyra dengan tatapan tajam menusuk. Gadis ini lagi! Zaki jengah dengan kesialan yang kerap menimpanya setiap kali bertemu gadis itu.
“Sial!” geram Zaki sembari menatap tetes-tetes air dari wajah ke dadanya. Pagi-pagi begini, ia mesti disiram air bau apek. Ia sudah mandi tadi. Lalu apakah ia harus mandi lagi?
Brrr…. Suasana dingin pagi hari ditambah sejuknya air yang menempel di tubuhnya, membuatnya jadi kedinginan. Ribuan sumpah serapah ia lantunkan dalam hati. Kalau Tuhan member satu kesempata doa yang pasti dikabulkan, maka Zaki akan memohon supaya Tuhan tidak mempertemukannya dengan gadis konyol yang sekarang memperlihatkan tampang lempeng itu di hadapannya.
“Apa kau nggak bisa…. “ Baru saja Zaki hendak mengeluarkan umpatan pedas, Cyra keburu duluan memotong ucapannya.
“Kamu dateng ke rumahku bawa koper? Mau ngapain? Nginep?” Cyra menatap heran pada koper besar yang ditenteng pria itu.
Entah kenapa Zaki tidak jadi meneruskan kalimat emosinya yang tadi sudah berkelebatan di kepala, siap untuk dimuntahkan. Ia malah ikut memperhatikan koper yang ia pegang.
“Ini rumahmu?” tanya Zaki masih dengan ekspresi kesal.
Nih cowok nggak bisa ya mukanya agak manis dikit? Bawaannya garang mulu. Cyra membatin. Bagaimana mungkin Zaki tidak pasang muka sebal, Cyra sudah dua kali melakukan kesalahan yang sama.
“Iya. Ini rumahku.” Cyra menunjukkan ekspresi meyakinkan, memang benar yang sedang ia pijak itu adalah rumahnya. Pandangan Cyra kini tertuju kepada mobil yang bertengger di luar gerbang rumahnya.
“Itu mobilku,” jelas Zaki mengikuti arah pandang Cyra.
“Ooh…”
Kirain Pria itu datang boncengan bersama Rere. Kok, mereka bisa datang bersamaan. Tentu saja perkiraannya itu salah, karena ternyata Zaki dan Rere menggunakan kendaraan yang berbeda.
“Aku mau tanya alamat ini.” Zaki menunjukkan sebuah kertas yang di sana tertulis sebuah alamat.
“Ooh… itu.. Emangnya kenapa dengan alamat rumah itu?”
Ya ampun, nggak bisa ya nggak usah nanya balik gitu? Kepo amat? Zaki hampir saja *** mulut Cyra kalau saja kesabarannya sudah habis.
“Aku mau kost di alamat itu,” jawab Zaki terpaksa. Sebenarnya ia malas memberikan penjelasan itu, tapi mau bagaimana lagi. Ia sedang butuh. Kalau tidak salah alamat, rumah kost yang dimaksud dalam secarik kertas itu adalah rumah yang sekarang ia pijak.
“Oh eh mm… gitu.” Cyra sekilas memperhatikan penampilan rapi Zaki. Pria berpenampilan style begitu kok mau ngekost? Kenapa tidak tinggal di apartemen, atau vila gitu?
“Ini hanya untuk sementara waktu sebelum proses jual beli rumah yang dibeli orang tuaku deal.” Terpaksa Zaki menjelaskan meski sebenarnya ogah banget mengutarakan hal itu.
“Harus ya ngekost di alamat itu?”
“Kudengar kos-kosan yang dekat dengan rumah yang dibeli orang tuaku di dekat sini. Itulah alasannya. Ah, ya sudahlah kalau kau nggak tahu alamat itu. percuma!” Zaki balik badan.
“Eh tunggu, kamu datneg ke alamat yang tepat. Inilah rumah kost yang kamu cari.”
Zaki kembali balik badan.
“Ya udah, ayo masuk!” Cyra mempersilakan dengan senyum lebar, berusaha melenyapkan ekspresi masam di muka pria itu. Tapi sampai detik ini, muka tuh cowok tetap asem. Nggak ada manis-manisnya.
Zaki melenggang masuk menarik kopernya.
Rere yang sejak tadi jongkok di depan ban motor sembari memeperhatikan obrolan antara Cyra dan Zaki pun melongo kayak kena sambet jin. Setelah tersadar dari melongo, Rere menghambur mendekati Cyra.
“Rumah lo kan bukan tempat kost, kok lo ajakin tuh cowok ngekos di rumah lo, sih?” tanya Rere polos. Kayak nggak kenal Cyra aja, paling jahil dan suka ngerjain orang.
“Sssst, jangan sampe kedengeran tuh cowok. Lo nggak usah banyak tanya. Jangan protes dan jangan bongkar rahasia.”
“Kebiasaan lo, ngerjain orang mulu. Mau lo apain tuh cowok ganteng? Mau lo ajak ena-ena?”
“Ngawur! Jeplak aja kalo ngomong! Lo pikir gue cewek apaan?”
“Hehee… Canda. Gitu aja ngambek.” Rere menggeret lengan Cyra memasuki rumah.
“Loh loh, mau ngapain lo main geret aja?”
“Biasa, makan.” Rere nyengir lebar tanpa tahu malu.
“Ya udah ke belakang sono!”
Mendapat titah tuan rumah, Rere langsung menghambur ke dapur.
Tbc
Jangan lupa masukin favorit dan like yaak
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 347 Episodes
Comments
ꭱⷽᴀᷡꭲᷡⲙⷽ ͽ֟֯͜᷍ꮴ🔰π¹¹™
Emang kalo kena jin melongo ya?🤣
2023-02-18
3
ꭱⷽᴀᷡꭲᷡⲙⷽ ͽ֟֯͜᷍ꮴ🔰π¹¹™
Dan aku pun tertawa seraya memegangi perut
2023-02-18
2
ꭱⷽᴀᷡꭲᷡⲙⷽ ͽ֟֯͜᷍ꮴ🔰π¹¹™
demi apa gw udah ngakak duluan bayangin Zaki yang kena air itu.
2023-02-18
2