Zaki memasuki kamar dan meletakkan koper.
“Ini nggak salah kamar lagi, kan?” tegas Zaki dengan sorot tajam, penuh ancaman. Awas saja kalau salah lagi, Zaki tidaka kan membiarkan Cyra bernafas lega.
“Enggak. Ya udah sekarang kamu ikut aku!”
“Ikut kamu? Kenapa aku harus ikut kamu? Aku lelah, mau istirahat.”
“Ini adalah ketentuan pemilik kos untuk setiap penguni kos baru di sini.”
“Ketentuan apa?” geram Zaki ingin menyembur gadis itu dengan seluruh saliva yang ada di mulutnya. Tak bisakah gadis itu membuat hidupnya tenang, satu menit saja?
“Sorry, jangan bête gitu, dong! Peraturannya anak kos memang harus patuh. Ayo ikut aku!” ajak Cyra sambil balik badan.
Zaki terpaksa mengikuti Cyra. Mereka menuju ke lantai bawah. Cyra membawa Zaki ke sebuah gudang, tepatnya di belakang rumah.
Begitu pintu gudang dibuka, hamburan debu dan bau apek langung menyengat hidung. Zaki bersin dan terbatuk-batuk saat debu beterbangan merungsek masuk ke rongga pernafasannya. Semua itu gara-gara Cyra menepuk kursi hingga debu yang tebal menempel di kursi beterbangan. Cyra sih nyantai aja karena dia sudah mengenakan masker, persis menutupi hidung dan mulutnya. Bebas polusi.
“Beresin gudang ini! Bersihin debunya, dan susuk barang-barangnya! Pokoknya gimana caranya biar gudang keliatan rapi dan enak diliat. Ini nih pakai clemek ini! Pakai masker ini juga!” Cyra memasangkan clemek ke tubuh Zaki, juga menyerahkan masker. “Trus ini buat ngebersihin debu.” Cyra memberikan bulu pembersih.
“Kenapa harus aku?”
“Karena kamu penghuni kos baru. Harus tau aturan, okey?” Cyra kemudian melenggang pergi.
Tiga hari yang lalu, Mamanya menyuruhnya membersihkan gudang dan menyusun barang-barang di gudang sebagai hukuman atas ketidak patuhan Cyra pada perintah Mamanya. Di malam ketika Cyra tidak boleh keluar rumah, Cyra diam-diam pergi nonton ke bioskop. Tindakannya itu diketahui mamanya. Hingga akhirnya ia mendapat hukuman yang harus sudah selesai saat mamanya kembali dari luar kota. Ya, mama dan papanya sedang keluar kota untuk menghadiri acara keluarga. Cyra tidak bisa ikut karena banyak tugas kampus yang harus diselesaikan.
Cyra kemudian mandi dan pergi ke kampus bersama-sama dengan Rere menggunakan mobil pribadinya.
***
Zaki merutuk dalam hati, kenapa ia harus menyelesaikan tugas aneh itu? meski merutuk, namun ia tetap mengerjakannya. Selama ini, ia belum pernah hidup sebagai anak kos, jadi ia tidak tahu aturan main orang kos harus bagaimana. Keringat di sekujur tubuh Zaki mengucur deras, membasahi kaos dan sekujr tubuhnya. Pekerjaan itu benar-benar menyita waktu, meguras tenaga.
Setelah ia selesai membersihkan debu tebal yang menempel pada barang-barang yang teronggok di gudang, ia menyusun barang-barang itu dengan rapi. Beberapa kali ia harus terbatuk dan bersin. Masker yang ia kenakan tidak sepenuhnya menyelamatkannya dari dari debu. Pakaian yang ia kenakan juga kotor terkena gesekan debu.
Kalau begini caranya, Zaki bisa mandi tiga kali hanya untuk satu pagi.
“Loh, kamu siapa, ya?”
Suara merdu barusan mengalihkan perhatian Zaki. Pria berusia dua puluh tujuh tahun itu menoleh dan menatap wanita paruh baya yang berdiri di ambang pintu. Wanita itu memandangi Zaki dengan tatapan heran.
“Saya Zaki, penghuni kos baru di sini.” Zaki mendekati wanta paruh baya itu dengan sopan. Ia memiliki tata karma, bahwa berbicara dengan orang yang lebih tua itu harus sopan.
“Kos? Di sini bukan kos-kosan.”
“Loh?” Zaki hampir terlihat seperti orang bodoh di hadapan wanita paruh baya itu.
“Saya pemilik rumah ini. Dan saya nggak pernah menerima kos. Di rumah sebelah itu tuh yang menerima kosan, bukan di sini,” terang wanita paruh baya yang dipastikan adalah mamanya Cyra, wajahnya saja duah copyan Cyra. Ia tersenyum ramah saat menjelaskan.
“Oh…” Zaki mengangguk meski giginya mneggemeletuk kuat. Cyraaa…. Batinnya berteriak keras ingin menggunduli gadis itu. ngerjain kok sampai separah ini? Awas kamu!
***
Zaki membaringkan tubuhnya di ranjang empuk dengan nyaman. Meski kamar tidak semewah di kamar yang Cyra tunjukkan, namun kamar itu membawa ketenangan untuknya. Pemilik kosnya juga ramah tamah. Ia bisa tidur nyaman tanpa gangguan makhluk seperti Cyra, yang sengaja menjebaknya dengan kegiatan konyol. Bahkan gudang itu sudah selesai ia bereskan.
Mengingat itu, Zaki ingin sekali membotaki Cyra. Ya ampun. Ia ingat kata-kata seorang pria yang juga menjadi penghuni kos di sana. Namanya Norman.
“Si Cyra itu memang suka banget ngerjain orang. Gue juga sering dikerjain sama dia. Meski begitu, dia nyenengin banget. Supel dan mudah akrab. Tuh cewek idola gue. udah cantik, body gitar spanyol, lincah lagi. Denger-denger paling populer di kampusnya.”
Itulah keterangan Norman yang berapi-api saat pertama kali mendengar curhatan Zaki tentang Cyra yang tega-teganya mengerjainya membersihkan gudang. Norman adalah salah seorang karyawan perusahaan tak jauh dari komplek perumahan itu yang bekerja ship. Sudah enam bulan kos di rumah itu.
Malas mengingat-ingat sosok Cyra, Zaki meraih ponsel dan menscroll daftar kontak. Yaps, akhirnya yang dicari ketemu juga. My Mom, tak lain mamanya.
Cukup lama menunggu, beberapa detik ia mendengarkan nada dering lagu syantik yang dipopulerkan oleh penyanyi dangdut. Ya ampun, sejak kapan mamanya jadi hobi dengan dangdut? Biasanya mamanya itu lebih suka lagu khasidah, ini kenapa beralih ke dangdut? Aneh.
“Halo, Ma!” sapa Zaki saat telepon sudah dijawab.
“Assalamu’alaikum. Biasakan salam dulu dong, bujangan Mama.” Suara renyah mamanya menyahut di seberang.
Senyum Zaki mengembang. Memang selalu begitu, mamanya adalah wanita hebat yang selalu mengingatkannya kepada hal-hal positif. Dan anehnya, Zaki selalu lupa dengan salam setiap kali menelepon. Kebiasaan yang diucapkan pertama kali adalah kata ‘halo’. Jadi salamnya lewat.
“Maaf, Ma. Lupa.”
“Ada apa telepon Mama? Mau *****?”
Nah, ini nih, disamping religiuose, mamanya itu juga nyablak. Suka ngomong sekenanya, suka ngelawak lagi. Paket komplit deh pokoknya.
“Ya ampun, mama. Aku Cuma mau nanya, rumah yang mau kita beli tuh posisinya di dekat mana? Aku nggak betah kalau ngekos gini lama-lama.”
“Susah ngejelasinnya kalau di telepon gini, mau pakai google maps juga repot kan. Heheee… Ya udahlah kamu tunggu di situ aja dulu. Rumah lama kita kan udah dijual dan kita belum punya tempat tinggal yang baru. Tunggu pembayaran dulu baru kita bisa pindahan ke rumha baru. Sabar, dong. Mama sama papa lagi di Bandung ngurus proyek baru. Beberapa hari lagi balik, kok.”
“Tapi rumah barunya jadi dibeli, kan?”
“Jadi, dong.”
“Jangan lama-lama, Ma.”
“Iya.”
“Ya udah, aku tutup teleponnya.”
“Salam dulu.”
“Oh eh iya, assalamu’alaikum.”
“Waalaikumussalam.”
Zaki menatap durasi telepon penuh harap. Semoga saja urusan jual beli rumah secepatnya clear. Lagian, kenapa mama dan papanya main jual rumah sebelum mendapat rumah baru? Akibatnya anak jadi terlantar begini.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 347 Episodes
Comments
Say Yang ,sama2
oohh ini ceritanya zaki pak ustad zaki ayahnya nBila,,,,memang jitu novel keluarga nyaa
2022-05-04
0
☠ᵏᵋᶜᶟ༄༅⃟𝐐𝐌ɪ𝐌ɪ🧡ɪᴍᴏᴇᴛᴛ𝐀⃝🥀
mampir di sini kitah
Ngadi-ngadi bet aturannya, hihihi 😁😁 chyra...
dan ternyata memang bukan kos-kosan, tuh cowok gampang amat dibohongin dan mau aja dikerjain
2022-01-26
0
Rizkha Nelvida
cyra gesrek😂😂
2022-01-22
0