Motor Nmax yang kukendarai memasuki halaman rumah bercat putih dengan sebuah bangunan toko kelontong yang menempel di samping kanannya. Itulah rumahku dengan Tari. Rumah itu kami bangun sejak 2013 lalu, tepatnya setahun setelah sah menikah. Kulihat Tari sedang menutup toko sedangkan kedua anakku asyik melihat smartphone di teras.
"Horeee papa pulaaaaang...." Teriak anak sulungku disusul celotehan riang adiknya yang belum fasih berbicara.
"Papp au ueee, au ueee...." Teriak anak keduaku dengan maksud menginginkan kue yang kubawa.
"Aa atuh lami pisan??" Tanya Tari membuatku sedikit gugup karena bayang-bayang wajah Aruni masih melekat di mataku.
"Ehhh.... Muhun, antri neng. Hehehehehe...."
"Teu bohong eta teh??"
"Atuh jang naon bohong, nyaan."
"Biasanya kan aa mah sok nongkrong tidak jelas kalau dimintai tolong teh."
"Atuh udah tua gini, neng. Aa oge ya berubah jadi pribadi yang lebih baik atuh."
"Bagus kalau begitu. Leres teu pesenana??"
"Leres atuh, sok tah dicek."
Tari mengecek kue pesanannya lalu memberikan kepada kedua anakku secara adil. Kedua bocah itu begitu bahagia menyambut pemberian dari ibu mereka. Langkah kecilnya yang lincah membawa mereka masuk ke dalam rumah. Kami duduk berdua di kursi teras menikmati lalu lalang kendaraan karena posisi rumahku menghadap jalan raya. Kini aku pun kebagian jatah, meskipun kue untukku tentu saja yang tidak dipilih oleh Tari dan kedua anakku. Beginilah nasib jadi bapak, harus mau mengalah sama anak istri. Di sela memakan kue dan sesekali menyeruput kopi, pikiranku melayang mengingat obrolan dengan Aruni di La Reina barusan tentang Julia.
"Neng...."
"Iya, a?"
"Masih inget sama Julia??"
"Julia??"
"Rencang SMA tea...."
"Ooohhhh.... Nya inget. Temannya Aruni??"
"Nah."
"Aya naon kitu, a??"
"Hhhmm.... Anu...."
"Aa pendak sareng Julia? Oge masih naroskeun Aruni??"
"Issshhh henteu atuh, neng. Pirengkeun...."
"Nya sok."
"Barusan aa ketemu Aruni...."
"Ooohhhh...."
"Ooohhh??"
"Aa teh masih mengharapkan Aruni??"
"Idih ari neng teh kumaha? Pirengkeun atuh."
"Nya sok kumaha?!!"
"Aruni udah nikah sama Arif."
"Nya bagus atuh, terus hubungannya sama Julia??"
"Neng kan pernah dekat dengan Aksa, mantannya Julia."
"Ah si aa mah rek ngabahas deui masa lalu, teu kaur ah neng mah!!"
"Isshhh.... Pirengkeun atuuuhhhh!"
"Heeuh sok!!"
"Julia sedang sakit sekarang, itu kata Aruni. Kebetulan Aruni yang mengobati Julia karena dia kerja sebagai psikolog."
"Nya intina mah rek memberikan info bahwa Aruni teh tos jadi jelema, sukses. Euh atuh da ari neng mah eleh sagalana ku Aruni ti dulu oge, aa!!"
"Duuuuhhh aing maaahhhh.... Pirengkeun heula atuh neng!"
"Euh sok!!"
"Naon atuh bedanya Aruni sama neng Tari? Neng juga kan mantan Aksa. Ari Aksa tuh saha? Babaturan aa oge. Naha atuh aa tidak cemburu sama Aksa, naha aa bet mau jadian sama neng terus nikah, sampe punya anak dua?? Aa tuh ya memang takdirnya sama neng Tari. Udah atuh jangan bahas kisah masa lalu, ini mah da tidak ada kaitannya atuh neng."
"Nya atuh maaf, a.... Neng kan khawatir aa teh masih ngarep sama Aruni. Nya neng mah kalah dari segi apapun juga kalau disandingin sama Aruni sih, aa."
"Euh nya moal atuh, neng. Sawios Aruni pernah dipikabogoh ku aa, eta mah dulu. Sekarang kan aa bogoh bleg-blegannya teh cuma sama neng Tari seorang."
"Nya atuh.... Terus kumaha soal Julia tadi??"
"Tah kitu, ulah ambek heula. Pirengkeun. Julia sakit, hilang ingatan, pokona mah kejiwaan lah. Teu eling ka dirina sorangan."
"Edan, gelo??"
"Bisa dikatakan kehilangan jati diri, da diagnosa medis mah pasti bahasanya bukan edan jeung gelo tapi gangguan kejiwaan."
"Atuuuuhhh.... Bisa kitu, aa??"
"Teuing tah. Aruni tadi tuh minta bantuan aa buat nyari keberadaan Aksa. Soalnya nama Aksa yang masih diingat sampai sekarang. Kali aja bisa membantu terapi pengobatan untuk Julia. Sebelumnya Julia tuh masih ingat sama Aruni juga, tapi berjalannya waktu tersisa Aksa dan anak perempuannya saja yang mampu dia ingat. Itu kata Aruni."
"Duuuhhh karunya teuing...."
"Nah eta, barangkali neng masih ada komunikasi sama Aksa. Sok atuh bejakeun ka aa, nanti aa kasih tahu Aruni. Soalnya aa mah udah lama tidak berkomunikasi dengan Aksa."
"Paling facebook, a. Eta ge sudah lama tidak kontek-kontekan via inbox, teuing masih aktif tah henteuna. Semenjak nikah neng udah tidak pernah lagi ngontek a Aksa, khawatir aa cemburu, mikir nu macem-macem."
"Moal aa mah percaya ka neng. Sok atuh pilarian facebook nu Aksa."
"Ulah cemburu pedahnya."
"Moal."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments
💞Amie🍂🍃
ku tebak ini bahasa Sunda😁
2023-11-22
0
Decy Ra
Laki-laki dan misteri masa lalunya
2023-11-18
0