POV: Deni Miharja Part 1

Misteri hati lelaki ibarat lautan dengan kedalaman samudera, terlihat tidak begitu luas namun kenyataannya tidak memiliki batas. Hatiku pun demikian, siapa yang tahu. Aku memang dapat menerima takdirku berjodoh dengan Tari, namun harapanku sebenarnya bukanlah dia yang kuinginkan untuk kuperistri.

Aku menyukai Aruni. Perasaan aneh itu muncul jauh hari sebelum Arif mengenalnya. Image cupu yang melekat pada Aruni membuatku sangat penasaran terhadap sosoknya, namun jalan nasib belum berpihak pada keberuntunganku. Aku mengetahui Arif telah berpacaran dengannya tepat saat ingin menyatakan perasaanku. Apalah dayaku, menikung teman sendiri bukanlah prinsip yang baik. Meskipun aku berandal, langganan distrap saat SMA karena berkelakuan nakal, aku bukan pengkhianat. Lagi pula jika aku berlaku curang, Aruni belum tentu menerimaku semudah membalas perasaan Arif. Aku hanya bisa mendukung hubungan mereka dan mengagumi gadis itu secara diam-diam sambil berharap semoga mereka segera putus.

Sakit hati bertubi-tubi kualami saat menghadapi keromantisan Arif dan Aruni. Seringkali aku menangis di kamar setelah pulang ke rumah, meratapi kebodohanku yang begitu lambat mengambil langkah untuk mendekati Aruni. Aku begitu gengsi terhadapnya karena dia terkenal sebagai siswi aneh dan tidak populer, apalagi wajahnya yang polos tanpa make up menambah kesan kucel dan kampungan. Sedangkan aku adalah siswa dengan wajah yang lumayan tampan dan populer di sekolah meskipun reputasiku masih kalah jauh di bawah Arif.

Aku pernah benar-benar menjadi pembrontak kesetiakawanan antara aku dan Arif di tahun 2010, kala itu aku sangat marah. Gadis yang selalu kukagumi direnggut olehnya begitu saja, lalu dengan tampang polos dan bodoh dia mengatakan tidak sengaja menyuruh Aruni untuk menggugurkan kehamilan itu. Bedebah!!

Statusku dengan Tari memang sedang berpacaran bahkan kami telah melakukan persetubuhan lebih dari sekali, namun hatiku masih untuk Aruni. Aku tidak dapat membangunkan logika dan kesadaran bahwa tubuhku telah membuat noda pada Tari karena nama Aruni tetap menjadi impian terdalamku. Saat aku meniduri Tari, bayangan wajah lugu Arunilah yang menutupi wajah Tari sepenuhnya. Dalam khayalan kelelakianku, aku tidak pernah melakukan itu dengan gadis manapun kecuali Aruni. Aku menjadikan Tari sebatas pelampiasan impianku yang gagal terwujud. Bagaimana lagi, sekuat itulah aku menginginkan Aruni untuk kumiliki.

Arif memang jauh lebih banyak memberikan effort daripada aku. Dibandingkan aku yang menye-menye dan cenderung menjaga image popularitas diri di sekolah, Arif rela mendapat berbagai cibiran dan hinaan saat menjadikan Aruni sebagai pacarnya. Dia sangat sabar dan tegar memperjuangkan perasaan agar hubungannya dengan Aruni tidak goyah. Aku memilih Tari yang adalah teman sekelas dengan Aruni sebagai pacarku agar tidak sepenuhnya mendapatkan kekecewaan. Setidaknya jika Aruni gagal kumiliki, ada Tari yang dapat kujadikan tempat pembuangan unek-unek sekaligus media penyaluran hasrat setelah merasakan debaran yang sangat menyiksa saat melihat kebersamaan Aruni dengan Arif.

Tiada hujan tiada petir, tiba-tiba Arif mengajak aku dan Aksa untuk bertemu di taman Dirgantara lalu mengatakan bahwa Aruni telah hamil oleh ulahnya....

Hatiku jelas sangat sakit. Aku merasa ada ratusan benda tajam menghujam tepat di dada lalu berbagai jenis luka tersemat di seluruh tubuhku secara bersamaan. Ingin rasanya berteriak keras dan menghantam hingga babak belur tubuh temanku. Aku yang masih sangat berharap mereka putus hubungan agar mendapat kesempatan untuk bersama Aruni, berubah menjadi kenyataan yang sangat menyakitkan. Langit Majalengka seperti runtuh menghantam kepala, otakku tidak dapat berpikir jernih lagi. Alangkah menyeramkan membayangkan bagaimana Arif menjelajahi tubuh Aruni centi demi centi. Aaaaakkkkhhhh.... Sialan!!!!

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***