Akad pernikahanku dengan kak Arif dilakukan di rumah ini kurang dari sebulan setelah aku kembali ke Majalengka. Acara resepsi kemudian dilangsungkan sehari setelahnya secara privat di sebuah gedung dengan hanya mengundang keluarga dekat dan rekan kerja saja. Kepulanganku ke Majalengka mengubah statusku, lebih tepatnya mengesahkan hubunganku dengan kak Arif yang terhalang konflik salah paham selama 12 tahun lamanya. Aku menjadi pengantin baru di usiaku yang tidak lagi muda namun kebahagiaan tentu tidak dapat diukur dengan usia ataupun lamanya hubungan bukan?
"Kak...." Kataku pada suatu malam setelah kami melakukan hal yang intim sebagai suami istri.
"Iya, neng. Ada apa?"
"Apa sebenarnya yang membuat kak Arif berjuang menungguku selama itu?"
"Ish, masih mau membahas itu??"
"Iya, kan kakak belum cerita."
"Kita pernah ngobrol di labkom SMA kan dulu soal kemampuan lain pada penglihatanku?"
"Iya, lalu??"
"Sebenarnya saat malam sebelum kita melakukan itu, aku melihat masa depan kita, neng."
"Maksud kakak?"
"Aku menyuruh neng segera pergi dari rumah kos itu karena aku melihat hal buruk yang akan kita alami."
"Apa itu, kak?"
"Aku melihat neng berbaring kesakitan dan tubuh neng bersimbah darah. Aku juga melihat sebuah pulau yang kemudian kuketahui itu adalah pulau Merampit di Sulawesi Utara. Hal terakhir dari penglihatanku, aku seperti orang gila mencari keberadaanmu neng."
"Sebentar, pulau Merampit??"
"Iya."
"Itu tempat kerjaku, kak. Aku ditugaskan sesekali kunjungan ke pulau itu dari kantorku di pusat kota."
"Lah, beneran??"
"Iya, cuma sesekali sih. Dalam sebulan mungkin tiga atau empat kali kunjungan."
"Andai saja aku menuruti penglihatan itu, mungkin aku bisa menemukanmu waktu masih di Sulut, neng."
"Hihihi... iya juga ya kak. Ya tidak apa-apa, kan dengan begini jadi ada efort lebih untuk memperjuangkan aku, cieee...."
"Iya, efort full energy... aku seperti orang gila dihantui wajahmu, neng."
"Lah masa??"
"Efek malam itu juga. Harusnya aku melarangmu untuk datang ke kosanku, namun aku malah mengabaikan penglihatanku. Ya terjadilah...."
"Aku sudah ikhlas, kak...."
"Maaf ya, neng. Aku sangat menyesali kejadian itu, bahkan hingga sekarang...."
"Yang berlalu biarkan saja berlalu, kak. Toh sekarang aku tetap menjadi milikmu juga kan? Sekarang tubuhku milik kakak sepenuhnya."
"Iya, tidak berubah. Neng tetap menjadi milikku dari dulu."
"Kakak tahu kabar terbaru dari Julia??"
"Tidak. Lama sekali sudah tidak ada komunikasi dengannya, mungkin sejak neng salah paham. Terakhir bertemu waktu dia menikah dan menanyakan neng. Sakit apa sebenarnya dia, neng?"
"Dia sakit kejiwaan, kak. Bahkan sudah lupa denganku."
"Serius? Separah itu??"
"Iya."
"Kasihan sekali dia...."
"Sebulan yang lalu dia dirawat di klinikku, kak. Dia sudah kehilangan hampir seluruh jati dirinya. Satu-satunya yang masih dia ingat hanya anak perempuannya. Sepertinya Julia sangat menyayangi anaknya. Aku ingin membantunya mendapatkan hak dari suaminya. Kakak bisa bantu?"
"Tentu saja, apa sih yang tidak bisa untuk istriku tercinta??"
"Ish, udah tua masih saja gombal."
"Hehehehehe.... Lantas, apa yang harus kakak lakukan untuk membantu neng?"
"Aku pernah ke rumahnya, menemui ayah dan pamannya. Dari mereka aku mendapat keterangan jika suaminya telah lama tidak datang menemui Julia lagi. Suaminya tinggal di Tasikmalaya, Julia dipulangkan bersama anak itu oleh suaminya sudah dalam keadaan tidak sehat."
"Lalu??"
"Ini KDRT yang menyebabkan trauma, kak. Pelaku seharusnya dijerat pidana KDRT dan penelantaran istri sekaligus anak."
"Lalu??"
"Aku telah mengetahui fakta dari beberapa orang yang dulu pernah menjadi teman manggung Julia saat masih aktif menjadi penari Jaipong. Aku tidak sengaja bertemu mereka di rumah Julia, saat itu aku yang mengantar Julia pulang dari klinik. Mereka sedang bertamu dan meminjam beberapa pakaian pentas untuk penari pengganti Julia."
"Faktanya??"
"Aku menemui teman pentas Julia secara pribadi, aku mendapat keterangan bahwa keluarga Julia telah menerima sejumlah uang sangat banyak dari laki-laki itu. Itu yang menyebabkan mereka justru menutup mulut rapat-rapat dan mengalihkan isu dengan cara mengaitkan sakitnya Julia adalah kiriman ilmu hitam dari orang yang iri. Satu-satunya saksi yang bisa kita andalkan hanya anak perempuan Julia sendiri. Masalahnya dia masih di bawah umur, tidak cukup valid untuk menjadi seorang saksi di persidangan. Jikapun bisa, anak itu pasti dalam bahaya yang besar nantinya."
"Kakak pikirkan caranya ya, sayang. Sekarang kamu istirahat saja dulu dan fokus dengan pekerjaan di klinik. Soal Julia nanti kakak cari jalan keluarnya."
"Dia sahabatku, kak. Satu-satunya teman yang selalu ada sejak aku SD hingga lulus kuliah di Yogyakarta. Aku yang salah paham dan meninggalkannya sendirian di sini, padahal kami memiliki basic keluarga yang sama. Ayahnya Julia yang sekarang itu adalah ayah tiri, sedangkan ibunya telah meninggal saat Julia baru masuk kuliah seni tari di Bandung. Sejak menjadi yatim piatu dia jarang pulang ke rumah karena kurang akur dengan ayah tirinya. Dia tidak memiliki siapapun selain aku sebagai teman curhatnya, kak. Jahatnya aku malah salah paham terhadapnya...."
"Sudah, jangan dibahas soal itu lagi. Yang telah berlalu bukankah biarlah berlalu, neng??"
"Maafkan aku... semua menjadi berantakan karena emosiku. Kalian ikut menderita...."
"Sudah, sudah. Kita pasti bisa menolong Julia. Oke??"
"Iya, kak. Kita harus menolongnya. Dia harus sembuh dan mendapatkan haknya."
"Insya Allah.... Kita usahakan sesuai kemampuan kita, sayang. Sekarang tidur ya, besok kita harus kerja lagi. Atau...."
"Atau??"
"Atau mau nambah, seperti yang tadi?"
"Mau...."
"Yuuukkk...."
Kak Arif begitu lembut memperlakukanku. Dia memang tidak pernah berubah, selalu seperti itu sejak pertama kali menjalin hubungan saat SMA denganku. Saat cinta pertama bertemu cinta pertama, lalu sama-sama melangkah pada zona pernikahan, lantas nikmat Tuhan yang manakah yang pantas untuk didustakan?
Di bawah selimut, tubuh kami saling merealisasikan keindahan dan perasaan surgawi secara nyata. Apa yang kami lakukan memang benar-benar pengalaman indah tiada tanding, mungkin inilah yang menjadi alasan istilah surga-dunia untuk hal itu. Romantisme maupun syahwat setelah sah menikah adalah getaran dua jiwa yang disatukan dalam ikatan. Saling berbagi, memberi, dan menyempurnakan. Aku memejamkan mata dalam dekapan kak Arif. Hembusan angin malam menelisik masuk lewat celah di atas jendela kamar, seakan membelai wajah dua insan yang kini terlelap oleh rasa lelah selepas pertukaran energi dan kenikmatan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments
💞Amie🍂🍃
Lololohhh, pie toh
2023-11-21
0
who i am ?
kenapa ada kak Yusuf disini Thor🙈
2023-11-17
0