TKP

Kepala detektif dan Marina sangat terkejut karena mereka di larang masuk oleh petugas yang menjaga TKP.

“Mohon maaf kami tidak dapat mengijinkan kalian masuk ke dalam rumah ini tanpa seijin detektif Jefry.”

“Telepon detektif Jefry sekarang juga! Katakan kepadanya kalau kepala Detektif Gio ingin masuk ke TKP!.” Teriak kepala Detektif kesal.

“Oh...maaf pak,kalau begitu tunggu sebentar saya akan menghubungi detektif Jefry.”

“Pak Gio, sepertinya ada aneh, mengapa detektif Jefry menyuruh petugas menjaga rumah orang tua Laras.” Marina berbisik.

“Jangan-jangan ada yang dia sembunyikan.”

“Pak Gio, silahkan anda masuk.”

Kepala detektif dan Marina bergegas masuk, mereka segera melihat sekeliling. Memang benar apa yang dikatakan detektif Jefry keadaan rumah sangat porak poranda. Perabot dapur berserakan, dan bekas tali dan selotif tidak ada yang aneh dengan semua itu.

Namun bekas peluru yang di tembakan sangatlah aneh terlebih tidak ada selongsong peluru.

“Siapa yang melepas tembakan? Para penculik atau orang tua Laras?.”

Kepala detektif berjalan berkeliling rumah memeriksa semua ruangan dan sudut di rumah itu.

Marina memeriksa setiap perabot yang berserakan dan berusaha menyisir ruangan mencari selongsong peluru.

“Aku yakin orang tua laras tidak punya senjata api, berarti lubang ini berasal dari senjata api si penculik, tetapi untuk apa? Siapa yang ingin di tembak penculik?.” Gumam kepala detektif.

Tiba-tiba Marina memanggil kepala detektif untuk melihat sesuatu.

“Pak, lihat ini beberapa peluru mengenai perabot dapur ini, sepertinya seseorang menyerang perabot dapur ini. Sebagian besar peluru di arahkan ke perabot ini lalu pintu gudang juga rusak.”

“Apakah orang tua laras melawan penculik dengan perabot dapur ini?.”

Detektif Jefry telah merubah TKP dia sengaja menyerakkan perabot dapur supaya terlihat seperti ada perlawanan dari kedua orang tua Laras.

Tetapi kepala detektif melihat jejak perlawanan di ruang keluarga.

“Mariana coba lihat ini, sofa yang telah bergeser, karpet yang bergeser sepertinya di sinilah orang tua Laras melakukan perlawanan bukan di dapur. Ada yang aneh dengan TKP ini.”

“Marina tetaplah di sini aku akan mencoba bertanya kepada tetangga mungkin ada yang melihat kejadian ini.

Sangat sulit mendapatkan saksi mata karena jarak antar rumah terlalu jauh. Tetangga hanya melihat ada mobil yang berhenti di depan rumah lalu dua orang pria turun dengan terburu-buru.

Setelah itu tidak ada apa-apa, tetangga mengira kalau mereka itu adalah kerabat dari tuan rumah, namun beberapa jam kemudian tetangga mendengar suara tembakan. Suara tembakan sempat berhenti beberapa detik namun terdengar lagi.

Tidak beberapa lama kemudian tetangga melihat orang tua Laras pergi dengan mobil tua mereka, tetapi kedua pria yang tadi datang tidak keluar rumah. Mereka baru keluar rumah ketika ada petugas yang datang.

Kepala detektif menunjukan foto detektif Jefry lalu tetangga itu mengiyakan bahwa memang benar petugas yang ada di foto itu yang datang lalu kedua orang yang mencurigakan itu barulah keluar rumah.

Penjelasan yang diberikan para tetangga membuat kepala detektif pusing. Kini dia harus mencurigai detektif jefry.

Kepala detektif meminta Marina merahasiakan penemuan mereka hari ini.

Mereka akhirnya kembali ke kantor. Kepala detektif langsung menuju laboratorium untuk melihat hasil dari darah yang dia temukan di lorong.

Seorang petugas laboratorium bernama Gina memberikan hasil laboratorium kepada kepala detektif.

“Pak Gio ini adalah hasilnya.” Sambil menyerahkan berkas itu mata Gina melirik detektif Jefry yang berdiri tidak jauh dari tempatnya berdiri.

Kepala detektif membuka amplop coklat lalu mengeluarkan kertas yang berisi hasil tes laboratorium.

“Oh...jadi darah yang aku temukan di lorong bukan darah Sundari ya?.”

“Yup, sampel mu salah.” Gina memberikan jempol mengarah ke bawah kepada kepala detektif.

Kepala detektif hanya tersenyum tipis. Dia lalu memanggil detektif Jefry untuk datang ke ruangannya.

“Apa-apaan kamu Jef? Mengapa kamu meminta polisi untuk menjaga TKP bukan kan biasanya cukup garis polisi saja, lalu kamu melakukan itu tanpa sepengetahuan ku sebagai atasanmu?.”

“Oh...maaf pak, saya hanya mengikuti insting saya. Saya kuatir kalau nanti ada orang yang akan mengacaukan TKP.”

“Aku tidak menemukan satupun peluru di TKP padahal ada banyak lubang bekas tembakan, apakah kamu yang mengumpulkan peluru itu?.”

“Tidak pak, saat saya tiba di TKP semua peluru memang sudah tidak ada. Itulah sebabnya saya meminta polisi menjaga TKP karena menduga ada orang yang datang ingin membersihkan TKP.”

“Lalu apakah kamu memperhatikan pintu gudang yang rusak?.”

“Ya, itu memang cukup aneh. Saya punya teori mungkin orang tua Laras bersembunyi di gudang lalu para penculik membuka paksa pintu gudang.”

“Kamu memang pintar mengarang cerita, tetapi kamu kurang teliti. Kalau memang benar orang tua Laras bersembunyi di dalam gudang pastilah mereka melakukan perlawanan dengan cara melempar barang di dalam gudang. Barang-barang di gudang masih rapi.” Batin kepala Detektif

“Hmm...teorimu ada benarnya juga. Semoga kita bisa menemukan penculiknya dengan demikian kita akan tahu siapa dalang di balik ini semua.”

“Ya, itu pasti pak. Apakah masih ada yang perlu di bahas lagi pak? Kalau tidak ada saya ijin kelapangan ada beberapa hal yang perlu saya selidiki.”

“Saya rasa sudah cukup, silahkan kalau kamu mau ke lapangan.”

Dengan santai detektif Jefry berjalan kiar ruangan. Sebenarnya kepala detektif tahu kalau detektif Jefry telah merubah TKP dan berdasarkan keterangan saksi mata detektif Je

Kepala detektif merenggangkan ototnya yang sudah lelah karena sejak pagi hari tadi dia sudah berkeliling mencari fakta.

“Oke Gio...tenangkan diri mu berpikirlah secara logis.” Ucapnya lirih sambil memejamkan mata dan menyandarkan tubuhnya pada sandaran sofa.

Kepala detektif mulai mengevalusi fakta yang dia dapatkan,

“Fakta bahwa dahulu Sundari adalah seorang cleaning servis yang lalu menjadi seketaris Tuan Flip Baskoro adalah benar. Hal ini juga tertulis di novel hanya saja di novel Sundari menjadi seketaris Tuan Fredy... Berarti kisah di dalam novel ini adalah kejadian nyata. Indra mengunakan nama samaran.”

Kepala detektif mulai membaca ulang novel yang di tulis Indra secara perlahan bahkan dia mencatat setiap nama yang muncul di dalam novel.

Sampai akhirnya dia mendapatkan kesimpulan yang sangat mengejutkan dirinya.

“Ini benar-benar kisah nyata!” kepala detektif sampai berdiri dari kursinya membanting HP nya di atas meja.

“Apakah mungkin Detektif Heru tahu akan hal ini? Sepertinya dia sudah tahu, itulah sebabnya dia melindungi Laras, tetapi dari mana Indra tahu setiap detail kejadian yang dia tulis ini?.”

Tiba-tiba seseorang mengetuk pintu

TOK...TOK...TOK...

“Masuklah.”

“Permisi pak kepala.”

“Oh...ternyata kamu Clay, ada apa Clay?.”

“Saya hanya ingin memberikan laporan ini pak.” Clay menaruh amplop coklat di atas meja.

“Hah...ini?.”

Clay mengedipkan matanya lalu pamit keluar.

Detektif Clay adalah sahabat karib detektif Heru, jadi ketika Clay mengedipkan mata kepala detektif segera paham kalau amplop coklat yang dia serahkan ada hubungannya dengan detektif Heru.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!