Tetapi baru saja jari-jarinya meraih batang mawar itu, Sundari merasakan Seperti ada yang menusuk jari-jarinya, “aw... Astaga mengapa mawar ini masih berduri?.” Sundari menarik tangannya lalu menghisap jari yang tertusuk duri
Mawar memang melambangkan cinta, keindahan, kecantikan tetapi mengapa mengirimkan yang masih berduri?
“Siapa yang mengirim mawar ini untuk ku?.”
Sundari segera mengambil kartu yang terikat di mawar itu lalu segera membaca pesan yang tertulis di sana dia berharap pengirim mawar ini menuliskan namanya di sana.
“Aku sangat yakin kalau jarimu tertusuk duri ketika kamu hendak meraih mawar ini dengan penuh semangat. Fredy adalah mawar berduri jadi aku peringatkan kamu untuk menjauhinya atau kamu akan merasakan sakit yang lebih dasyat dari ini.”
Sundari mengkeryitkan dahinya dia tidak mengerti maksud dari tulisan itu, “ aneh bagaimana aku bisa menjauhi Tuan Fredy sedangkan aku adalah seketarisnya kemanapun Tuan Fredy pergi dia selalu membawaku kalau aku menolak aku bisa di pecat nanti. Dasar orang aneh.”
Sundari meremas kertas itu lalu membuangnya di tempat sampah bersama dengan mawar berduri itu.
Dia tidak menceritakan perihal mawar berduri itu kepada siapapun termasuk kepada Tuan Fredy karena dia yakin ini hanyalah orang iseng.
Hari ini berlalu seperti biasa tidak ada hal yang mengejutkan terjadi bahkan Sundari sudah melupakan kejadian mawar berduri tadi pagi.
Sore hari, Sundari merapikan meja kerjanya dia bersiap untuk pulang, tetapi Tuan Fredy menghampirinya,
“Sundari nanti malam temani aku makan malam dengan salah satu investor kita,” ucap Tuan Fredy.
“Apakah ada data atau berkas yang perlu saya siapkan Tuan?,” Tanya Sundari memastikan.
“Tidak perlu karena ini adalah makan malam ulang tahun jadi jangan lupa membawa hadiah, investor kita adalah seorang wanita paruh baya.”
Sundari menganggukan kepalanya tanda mengerti. Sundari mengambil kartu kredit yang memang dikhususkan untuk pengeluaran perusahaan karena dia mengira kado yang harus dia siapkan atas nama perusahaan.
Sundari pergi ke sebuah toko perhiasan untuk membeli perhiasan sebagai kado ulang tahun, setelah berpikir dan melihat-lihat koleksi perhiasan di sana, dia memutuskan untuk membeli sebuah gelang tangan yang cantik.
Kakinya baru saja melangkah keluar dari toko perhiasan ketika tiba-tiba HP nya berdering, belum sempat Sundari memberi salam Tuan Fredy sudah langsung berbicara,
“Bersiaplah satu jam lagi aku akan menjemputmu.”
Tuan Fredy hanya berbicara singkat lalu segera memutus panggilannya, Sundari hanya berdiri terpaku berusaha mencerna apa yang baru saja dia dengar.
“Mengapa Tuan Fredy repot-repot menjemput ku?.”
Tidak ada waktu untuk berpikir, Sundari segera bergegas pulang lalu bersiap. Tepat satu jam kemudian tuan Fredy benar-benar datang ke apartemen Sundari. Sundari segera keluar dengan bungkusan hadiah yang cantik.
Tuan Fredy memperhatikan penampilan Sundari dari ujung kepala hingga ujung kaki lalu dia menggelengkan kepala sambil berkata,
“Angela, mengapa kamu berpakaian formal seperti itu cepat ganti pakaian mu. Ingat ini makan malam ulang tahun bukan pertemuan bisnis.”
Sundari segera masuk ke dalam kamar memakai long dres hitam, Kalung sebagai pemanis serta anting-anting yang indah.
“Nah...ini baru mantap, kamu terlihat cantik,” Tuan Fredy memuji kecantikan Sundari.
“Tuan tadi aku membeli gelang yang sangat indah, aku juga sudah menempelkan kartu ucapan atas nama perusahaan.”
“Cabut kartu itu, hadiah itu bukan dari perusahaan tetapi dari mu,” ucap tuan Fredy tegas.
“Oh...maafkan aku Tuan, nanti biar aku yang membayar tagihannya.”
“Tidak perlu, sudah biarkan saja. Oh..ya nanti panggil nama ku saja jangan panggil aku dengan sebutan Tuan. Oke!.”
“Baik Tuan, ehh...baik Fredy,” Sundari benar-benar tidak mengerti mengapa Tuan Fredy bersikap aneh.
Tuan Fredy menghentikan kendaraannya di sebuah restoran mewah. Sundari tahu kalau restoran ini adalah milik keluarga Tuan Fredy.
Tiba-tiba tangan Tuan Fredy meraih tangan Sundari, “bersikaplah seolah kita sepasang kekasih dan ingat panggil aku Fredy atau bila perlu sayang.”
Sundari berpikir mungkin saja di dalam sana ada teman lama Tuan Fredy atau ada mantan kekasihnya sehingga dia tidak ingin terlihat masih jomblo.
Sundari mengikuti arahan Tuan Fredy dia berjalan dengan santai mengandeng tangan pimpinannya itu seolah dia adalah kekasihnya.
Semua karyawan dari mulai pintu masuk, kasir, pramusaji memberi salam dengan sopan kepada Tuan Fredy ada beberapa yang terdengar sedang kasak-kusuk.
Tuan Fredy membawa Sundari masuk ke dalam sebuah ruangan. Ruangan itu telah di dekorasi dengan sangat elegan tetapi tetap meriah menandakan kalau orang yang berulang tahun adalah orang yang dihormati dan disayangi.
Jantung Sundari serasa mau copot ketika dia melihat dekorasi yang bertuliskan”Selamat Ulang Tahun Mami tercinta.”
“Jangan-jangan yang sedang berulang tahun adalah maminya Tuhan Fredy, bagaimana aku menghadapi keluarga besar Tuan Fredy?,” Sundari sangat kuatir.
Semua mata langsung tertuju kepada Fredy dan Sundari saat mereka berdua masuk ke dalam ruangan itu.
“Siapa wanita ini? Mami kira kamu menjemput Pricilia, dimana Pricilia?,” Wanita setengah baya itu terlihat sangat marah ketika melihat Fredy membawa wanita lain ke dalam ruangan itu.
“Mami, bukankah tadi mami bilang aku harus menjemput wanita idaman ku?, dialah wanita idaman ku bukan Pricilia. Pricilia adalah wanita idaman mami bukan wanita idamanku,” Fredy menjawab maminya dengan santai.
Situasi menjadi sangat cangung bagi Sundari ingin rasanya dia melepaskan genggaman tangannya tetapi Tuan Fredy menggenggam begitu erat.
“Happy...birthday Tante cantik.”
Suara seorang wanita memecah kecanggungan di dalam ruangan itu. Wanita itu adalah Pricilia dia masuk ke dalam ruangan Sambil meniup terompet ulang tahun. Sebenarnya itu sedikit norak tetapi cukup membuat suasana meriah.
Pricilia langsung menghampiri mami Tresya memeluknya dan memberi kecupan manis di pipinya.
“Pricilia sayang kamu ke sini dengan siapa? Maafkan Fredy ya dia tidak menjemput mu. Malah dia menjemput wanita yang tidak mami kenal.”
“Tidak apa-apa Tante santai saja, aku ke sini bersama papi dia sedang parkirin mobil, Tante tahu kan Papi gak akan pernah percaya sama petugas valet.”
Kedatangan Pricilia di sambut hangat oleh semua orang yang ada di dalam ruangan itu.
“Fredy perlu kamu ketahui kalau kursi di dalam ruangan ini sudah pas dengan jumlah orang yang mami undang hadir ke pesta ini, jadi tidak ada tempat bagi wanita yang tidak di kenal itu karena mami tidak akan menambah kursi lagi,” ucap mami Tresya dengan penuh kesombongan.
“Oh...tidak masalah karena Angela akan duduk di pangkuan ku. Benarkan sayang?,” Tuan Fredy tersenyum memberi isyarat kalau Sundari harus menjawab iya.
Sundari hanya tersenyum sambil membelalakkan matanya ke arah Tuan Fredy, “apakah bos ku sudah gila?,” Pikirnya dalam hati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments