Benih kebencian

Tuan Fredy sudah mengambil posisi duduk di sebuah kursi, dia menarik tangan Sundari lalu hendak menarik tubuh Sundari untuk duduk di pangkuannya.

“Stop! Pelayan bawakan satu kursi tambahan!.” Teriak Nyonya Tresya dengan geram.

Seorang pelayan segera bergegas keluar ruangan untuk mengambil kursi tambahan.

“Taruh kursi itu di sana!.”

Nyonya Tresya menunjuk salah satu sudut ruangan untuk meletakkan kursi yang telah di bawa oleh pelayan.

“No...no...tidak akan aku biarkan kekasihku duduk di sana, lebih baik dia duduk di pangkuan ku. Ayo sini sayang,”

Tangan Tuan Fredy telah melingkar di pinggang Sundari untuk menariknya duduk di pangkuannya.

“ Arrghhh....taruh kursi itu di sebelah Tuan Fredy!.” Ucap Nyonya Tresya geram.

Tuan Fredy tersenyum puas dia merasa menang melawan maminya yang keras kepala, sementara itu papi dan Kaka perempuannya hanya terdiam menyaksikan semua kejadian ini.

“Sekarang waktunya kita memberikan hadiah kepada mami tercinta,” Teriak kakak perempuan Tuan Fredy, Tamara dengan penuh semangat.

Tamara memberikan bungkusan kecil kepada maminya bungkusan itu langsung di buka oleh maminya.

“Wow...parfum dari Paris. Tamara sayang kamu memang paling paham wangi kesukaan mami,” Maminya mencium pipi Tamara dengan penuh cinta.

Setelah Tamara sekarang giliran Tuan Fredy, Tuan Fredy melihat ke arah Sundari dengan ragu Sundari mengeluarkan kotak hadiah yang telah di beri pita cantik di atasnya.

Sundari memberikan kotak itu kepada Tuan Fredy tetapi Tuan Fredy justru memintanya untuk menyerahkan kotak itu kepada maminya langsung.

“Tante ini hadiah dari kami berdua.” Ucap Sundari sedikit terbata-bata.

Nyonya Tresya sama sekali tidak mengulurkan tangan untuk menerima hadiah pemberian Sundari, dia tersengum kecut melihat merek produk yang tertulis di atas bingkisan itu.

“Huh...apa kamu tidak salah? Memberikan hadiah perhiasan dari salah satu toko perhiasan keluarga kami?."

Sundari terdiam sejenak dia berusaha mencari jawaban yang tepat,

“Hmm...ketika Fredy memintaku mencarikan hadiah untuk orang yang penting saat itu yang terpikir di benakku adalah perhiasan dari toko perhiasan terbaik di negara ini, maafkan aku karena aku tidak tahu kalau anda lah yang berulang tahun.”

Tuan Fredy kagum mendengar jawaban dari Sundari dari seorang gadis desa yang hanya lulusan SMK tetapi jawabannya sangat luar biasa.

Satu persatu setiap orang yang ada di dalam ruangan itu memberikan hadiah terbaiknya kepada maminya Fredy dan semuanya langsung di buka saat itu juga kecuali hadiah pemberian Sundari.

Saat itulah Tuan Felix, papi dari Pricilia masuk ke dalam ruangan,

“Selamat ulang tahun sahabatku,” dia memeluk maminya Fredy dan juga Papinya Fredy.

“Aku punya hadiah special.” Tuan Felix mengeluarkan bungkusan kecil kemudian memberikannya kepada Nyonya Tresya.

Wajah Nyonya Tresya langsung merona, senyum lebar langsung menghiasi wajahnya,

“Felix, mengapa kamu repot-repot. Ini hadiah yang luar biasa liburan keliling Eropa hanya kita berenam woww!.”

“Aku sudah mengatur semuanya, tiket pesawat, penginapan sewa kendaraan untuk keliling semua aku yang tangung.” ucap Tuan Felix dengan angkuh.

Tuan Felix memandang ke arah Fredy lalu matanya langsung memandang Sundari yang duduk tepat di samping Fredy.

“Oh...siapa wanita di samping mu itu Fredy?.”

“Perkenalkan dia kekasihku namanya Angela. Tuan Felix apabila liburan keliling Eropa mu itu melibatkan ku mohon maaf aku tidak bisa kecuali Angela ikut bersama ku.”

Suasana menjadi hening beberapa saat, sampai akhirnya kakak perempuan Fredy berbicara,

“Ehemm...Tuan Felix jangan hiraukan ucapan adik ku yang sedang ngawur, duduklah dan nikmatilah hidangan ulang tahunnya.”

Tuan Felix segera duduk karena dia juga tidak ingin merusak suasana ulang tahun dari sahabat baiknya.

Sundari bersandiwara dengan sangat baik, mereka berdua benar-benar terlihat seperti sepasang kekasih yang tidak terpisahkan.

Tetapi anehnya Pricilia terlihat santai, dia sama sekali tidak perduli dengan kemesraan Sundari dan Fredy, tetapi justru orang tua mereka yang terlihat tidak nyaman dengan dengan kehadiran Sundari di sana.

Pesta ulang tahun telah selesai. Sundari merasa lega karena memang dia sudah ingin meninggalkan ruangan yang lebih mirip neraka di banding ruangan perayaan ulang tahun.

“Terima kasih Angela akting mu tadi sangat hebat, aku sangat suka jawabanmu tadi itu ...sangat cerdas,” Tuan Fredy memuji kecerdasan Sundari.

Sundari tersenyum lalu keluar dari mobil Tuan Fredy. Dia melangkahkan kakinya menuju lift yang membawanya ke apartemennya yang nyaman.

Sundari segera mengganti pakaiannya dengan piyama dia bersiap untuk tidur.

TING...TONG... TING... TONG...

Sundari segera berjalan menuju pintu lalu mengintip di lubang.

“Hah...Tuan Fredy?."

Dia segera membukaan pintu untuk Tuan Fredy, “Tuan, ada apa? Mengapa anda mampir?.”

“Dimana sopan santun mu? Ijinkan aku masuk terlebih dahulu barulah bertanya macam-macam.”

“Ma...maaf Tuan aku hanya terkejut. Silahkan masuk Tuan.” Sundari membuka lebar pintu apartemen nya.

Tuan Fredy segera masuk lalu duduk di sofa, “Aku ingin menginap di sini malam ini!,” Ucapnya tanpa basa-basi.

“Ma...maaf Tuan. Apakah Tuan tadi baru berkata kalau Tuan akan menginap di sini?,” Tanya Sundari setengah tidak percaya.

“Sudah aku bilang jangan panggil aku Tuan. Ya, aku akan menginap di sini malam ini. Apakah ucapan ku jelas sayang?.”

“ Hah, sayang?. Apakah Tuan Fredy sedang mabuk? Tetapi seingat ku tadi tidak ada minuman keras hanya minuman soda saja,” gumam Sundari dalam hati.

“Baiklah Tuan, ehh...Fredy. Anda bisa tidur di kamar ini, tetapi tunggu beberapa menit akan saya rapikan terlebih dahulu.”

Sundari segera masuk ke kamar kosong yang ada tepat di sebelah kamarnya. Beruntung sudah ada tempat tidur dan lemari kecil di sana karena memang terkadang Sundari mengajak adiknya menginap di sini.

Setelah selesai membereskan kamar itu Sundari segera mempersilahkan Tuan Fredy untuk beristirahat di sana.

“Maaf, tidak ada pakaian pria di sini.”

“Tidak apa-apa, aku akan tidur dengan pakaian ini. Angela kemarilah!.”

Dengan perlahan Sundari menghampiri Tuan Fredy,

“Apa anda memerlukan sesuatu Tuan?.”

“Sudah aku bilang jangan panggil aku Tuan.”

Tuan Fredy merangkul pinggang Sundari lalu mengecup keningnya, “Selamat malam sayang.”

“Tuan Fredy benar-benar sedang mabuk.” Gumam Sundari dalam hati.

Sundari cepat-cepat melepaskan dirinya dari pelukan Tuan Fredy lalu berjalan dengan cepat menuju pintu, “Selamat malam juga Tuan,” Sundari segera menutup pintu kamar itu rapat.

“Jangan panggil aku Tuan.” Terdengar teriakan Tuan Fredy dari dalam kamar.

Sundari tidak memperdulikan itu dia segera masuk ke dalam kamarnya lalu menguncinya.

Nafas Sundari masih terengah-engah, tangannya memegang dadanya, dia dapat merasakan jantungnya berdetak cepat.

Sundari menarik nafas lalu mengeluarkannya secara perlahan dia berusaha untuk menenangkan dirinya.

“Tenang Sundari...tenang...besok semua akan kembali seperti semula.”

Sundari menarik selimutnya lalu berusaha untuk tidur.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!