Perbuatan keji

Dengan cepat Sundari segera berjalan pulang, dia pulang ke apartemen nya terlebih dahulu untuk mengambil beberapa pakaian dan barang lalu mengemasnya di sebuah koper kecil.

Sundari mengendari mobil pribadinya menuju ke kampung halamannya. Sundari tidak menyadari kalau ada yang mengikutinya.

Sundari berbelok ke jalan dekat proyek pembangunan gedung, dia hendak membeli beberapa cemilan dan makanan kesukaan keluarganya sebagai oleh-oleh.

Ketika dia baru saja keluar dari dalam mobilnya seorang pria menarik tangannya dengan kuat lalu menyeretnya masuk ke dalam sebuah lorong yang sunyi dan gelap.

“Hei...! Siapa kalian, apa mau kalian?.” Teriak Sundari panik.

Seorang wanita mendekati Sundari

“Hai Sundari! Apakah kamu mengenaliku?.”

Sundari memandang wanita yang berdiri di hadapannya, memperhatikannya dari ujung kepala hingga ujung kaki, berusaha mengingat siapa wanita ini, namun Sundari sama sekali tidak ingat siapa dia.

“Huh...ingatanmu sangat buruk, aku adalah Tamara kakak perempuan Ferdi, apakah sekarang kau sudah ingat?.”

“Oh...iya aku baru ingat. Kak, kakak mau apa?.” Ucap Sundari gemetar ketakutan.

“Aku sudah memperingatkan mu untuk menjauhi Ferdy bukan?.”

“Oo...jadi kak tamara yang mengirim mawar berduri itu?.”

“Ya benar, aku mau kamu tidak mendekati Ferdy karena Ferdy sudah di jodohkan dengan Pricilia wanita yang lebih terhormat daripada mu.”

“Kak, antara aku dan Tuan Ferdy tidak ada apa-apa. Hubungan kami hanya sebatas seketaris dengan pimpinan tidak lebih. Waktu ulang tahun Nyonya Tresya kami hanya bersandiwara saja itu bukan sunguhan.”

“Hmm...tetapi sepertinya kamu sangat menikmati sandiwara itu.”

“Tuan Ferdi yang meminta ku bersandiwara jadi aku turuti saja karena aku hanya seketaris tidak berani membantah. Sekarang aku mau kembali ke kampung aku pastikan tidak akan kembali lagi ke sini.”

“Hahhaaa....kamu kira aku percaya? Bahkan malam itu Ferdy tidak pulang ke rumah dia justru menginap di apatermenmu, pasti kalian sudah melakukan sesuatu malam itu bukan?.”

“Tidak kak...tidak. kami tidak melakukan apa-apa bahkan kami tidur di kamar terpisah.Kak aku mohon lepaskan aku aku berjanji tidak akan kembali ke kehidupan Ferdi.”

“Aku akan memastikan itu, memastikan kalau kamu tidak kembali ke kehidupan Ferdy dengan caraku bukan cara mu.”

Pria bertubuh tegap yang tadi menyeret Sundari mendorong tubuh Sundari ke sudut lorong yang telah di lapisi terpal, mulut sundari di sumpal dengan kain supaya tidak dapat berteriak, kedua tangan dan kakinya di ikat.

“Aku sudah memperingatkan mu tetapi kamu tidak mengindahkannya bahkan kamu sempat membuat mamiku kesal di hari ulang tahunnya. Sekarang kamu akan merasakan sakit lebih daripada tertusuk duri mawar.”

Pria bertubuh tegap itu mengeluarkan pisau tipis dia mulai menyayat tubuh Sundari. Rasa sakit yang luar biasa menjalar di seluruh tubuh Sundari namun dia tidak kuasa untuk melawan.

Sundari mendengar seorang wanita lain berlari masuk ke dalam lorong gelap itu sambil berteriak memanggil Tamara.

“Tamara...Tamara....”

Wanita itu menoleh ke sudut di mana Sundari sedang di siksa.

“Tamara apa yang kamu lakukan kepada Sundari?.”

“Aku hanya memastikan kalau wanita rendahan ini tidak kembali kepada Ferdy.”

“Apa kamu akan membunuhnya?.”

“Ya secara perlahan. Aku ada urusan lain aku serahkan proses selanjutnya kepadamu.”

Tamara segera berjalan keluar dari lorong gelap itu.

Meskipun Pricilia ingin Sundari mati, tetapi dia tidak tega melihat Sundari di siksa maka Pricilia segera memerintahkan pria besar itu untuk segera membunuh Sundari.

“Bungkus mayatnya dengan terpal itu lalu masukan mayatnya ke dalam tiang yang hendak di cor itu.”

Dengan sigap Pria itu membungkus mayat Sundari, dia memastikan tidak ada darah yang tercecer.

Pricilia memanggil supirnya untuk membantu mengangkat mayat Sundari. Semua sudah di persiapkan dengan matang para tukang yang bertugas untuk mengecor tiang sudah bersiap.

Pricilia memberikan uang tutup mulut yang sangat besar kepada mereka semua. Pricilia juga menyuruh supir pribadinya untuk menyingkirkan mobil Sundari.

Di tiang itulah mayat Sundari di buang, tidak akan ada seorangpun yang akan menemukan mayatnya.

Arwah Sundari bergentayangan memutari tiang yang di cor itu, dia terlihat sangat sedih dan hancur.

Apakah ada seseorang yang akan menemukan mayatnya di dalam sana?

Arwah Sundari pergi ke kantor polisi dia bermaksud untuk mencari pertolongan dengan cara memasuki tubuh salah satu anggota polisi, tetapi Sundari masih belum tahu bagaimana cara mengendalikan tubuh manusia bukan kata-kata teratur yang keluar dari mulut orang yang dimasukinya, tetapi kata-kata ngelantur seperti orang mabuk sehingga semua orang takut, Sundari memutuskan untuk keluar dari dalam tubuh orang itu.

Arwah Sundari terus melayang tanpa tujuan sambil meratapi nasib sialnya.

...****************...

“Aku telah mengupload kisah mu ini, sekarang kita hanya perlu berharap detektif Heru menyadari kalau ini adalah kisah mu Sundari.”

Di dalam kamar kosannya Laras merasa sangat bosan, dia yang biasanya selalu pergi shopping ke mall atau makan bersama teman-temannya, kini harus berdiam diri di kamar.

Laras telah mengganti nomer ponselnya berjaga-jaga supaya polisi tidak dapat melacak keberadaannya, sehingga dia kehilangan kontak dengan teman maupun orang tuanya.

Laras mengambil ponselnya dia bermaksud untuk mengisi waktunya dengan membaca beberapa novel dari aplikasi Novelltoon.

Sundari melayang masuk ke kamar kosan Laras, dia ingin mempraktekan apa yang baru saja dipelajarinya di sekolah hantu.

Kesempatan bagus, Sundari melihat Laras sedang mencari-cari novel yang akan di bacanya untuk menghabiskan sisa waktu hari ini.

Sundari mendekati Laras lalu berusaha menekan huruf pada keyboard HP Laras.

Usaha pertama gagal, Sundari berusaha untuk fokus. Percobaan ke dua berhasil dia dapat mengetik judul novel pada kolom pencarian.

Laras terkejut melihat HP nya mengetik kata padahal dia tidak sedang mengetik.

“Ki..sah...Sun...dari.” Laras membaca kata yang di ketik pada kolom pencarian.

“Sundari...Sundari...apakah ini benar kamu?.”

Laras sangat senang mengetahui arwah sundari ada di dalam kamar kosnya.

“Apakah ini novel yang di tulis Indra? Kamu ingin aku membacanya? Baiklah aku akan membaca nya, tetapi tolong jangan pergi tetap di sini ya.”

Laras mulai membaca novel itu bab demi bab. Raut wajahnya terlihat berubah-ubah sambil sesekali menggelengkan kepalanya.

Namun tiba-tiba dia menangis, “Hiks...hiks...Sundari maafkan aku...seharusnya aku menceritakan alasanku resign menjadi seketaris Tuan Fredy.”

Sundari terkejut mendengar ucapan Laras. Sundari segera meraih pena lalu menuliskan kalimat di atas buku yang ada di sebelah Laras.

“Mbak...memangnya apa alasan sebenarnya mbak Laras resign.”

“Alasan sebenarnya adalah mawar berduri itu, mawar berduri seperti yang kamu terima itu.”

Tangisan laras semakin menjadi karena kini dia merasa bersalah atas kematian Sundari. Seandainya waktu itu dia memberitahu Sundari serta memperingatkannya maka Sundari bisa saja masih hidup.

Sundari merasa sangat kasihan melihat Laras benar-benar merasa bersalah atas kematiannya.

“Sudahlah mbak, itu semua telah terjadi sekarang lebih baik mbak membaca bab berikutnya.”

Laras mulai membaca bab selanjutnya,

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!