Siapa Penulisnya?

“Ini gila! Ini benar-benar tidak masuk akal, masakan aku harus bertanya kepada arwah korban pembunuhan untuk mengungkap peristiwa pembunuhannya?.”

Detektif Heru memejamkan matanya, menarik nafasnya dalam-dalam lalu menghembuskan nya perlahan. Perlahan dia membuka matanya lalu menatap Indra,

“Aku akan bertanya satu hal kepadamu terlebih dahulu, darimana kamu tahu kalau Kapolda terlibat dalam masalah ini? Jangan jawab dari Sundari.”

Indra tersenyum tipis lalu berkata, “sayangnya aku harus jawab kalau aku tahu hal itu dari Sundari.”

Detektif Heru menarik nafas panjang karena sepertinya dia memang harus bertanya kepada kepada arwah korban pembunuhan.

“Oke baiklah, Sundari aku akan bertanya kepadamu apakah kamu melihat siapa yang datang ke kantor polisi sehingga membuat Kapolda memerintahkan ku untuk menutup kasus mu?.”

Sundari kembali menggerakkan pena lalu menulis sebuah nama, “Hans Beaker.”

“Ayah dari tunangan bos mu? Apakah kamu yakin tidak salah lihat?.”

“Detektif Heru apakah anda sudah membaca novel ku sampai bab sepuluh?,” tanya Indra.

“Ya sudah, aku sudah membacanya.Indra apakah kamu memakai nama samaran untuk setiap tokoh dalam novel mu kecuali Sundari, Fredy untuk Tuan Flip Baskoro, Tamara untuk Stella Baskoro, Pricilia untuk Jesica Beaker, Nyonya Tresya untuk Nyonya Talita Baskoro, Dewi untuk Laras, Tuan Felix untuk Tuan Hans Beaker?.”

“Ya, anda benar sekali detektif. Kalau anda membaca sampai bab terakhir yang saya upload bukankah sudah jelas kalau Stella Baskoro dan Jesica Beaker terlibat dalam pembunuhan Sundari jadi tidak menutup kemungkinan kalau tuan Hans Beaker menemui Kapolda supaya menjauhkan putrinya dari starus tersangka.”

“Ya...ya...ada benar ya juga, Sundari tadi kamu bilang kalau pelaku sudah membakar jasadmu, di mana mereka membakar jasad mu?.”

“Di suatu tempat di pinggir kota.”

“Indra, mengapa kamu tidak menulis cerita ini di bab selanjutnya?.”

“Untuk berjaga-jaga, jangan sampai pelaku membaca novel ku lalu dia akan berusaha untuk menghilangkan barang bukti lagi.”

“Ya...ya...kamu cerdas juga, kalau begitu tolong minta kedua teman arwah mu untuk menjaga lokasi pembakaran itu.”

“Siap detektif, mereka sudah mendengarnya sendiri.”

“Baiklah aku akan pulang karena hari sudah larut malam, aku akan pikirkan masalah ini besok.”

Detektif Heru kembali mengendari mobil pribadinya menuju kediamannya. Dalam perjalanan pikirannya berkecamuk memikirkan apa yang harus dia lakukan karena dia yakin besok Kapolda pasti akan memaksanya untuk segera menutup kasus ini. Padahal dia ingin sekali membongkar kasus ini sampai tuntas.

Pagi hari saat detektif Heru baru saja sampai di kantor Kapolda langsung memintanya masuk ke dalam ruangannya.

“Bagaimana semalam, apakah kamu sudah menemukan jasad Sundari?.” Tanya Kapolda dengan tatapan sinis.

“Yach, sepertinya informasi yang kita dapatkan tidak benar.”

“Hmm...kalau begitu kamu siap menutup kasus ini?.”

“Sebenarnya saya masih ingin menyelidiki kasus ini, saya masih penasaran.”

“Tutup kasus ini dan jangan coba-coba menyelidikinya lagi!.” Kapolda menaikan nada bicaranya.

Detektif Heru hanya terdiam memandang pimpinannya sambil tersenyum tipis.

“Aku penasaran mengapa anda begitu ngotot untuk menutup kasus ini, biasanya anda akan menuntut supaya setiap kasus dapat segera terpecahkan.”

“Detektif apa maksud pertanyaanmu?.”

“Hmm...tidak ada maksud apa-apa hanya penasaran saja.”

“Keluar sekarang juga, sebelum aku meninju mu!."

“Baiklah.” Jawabnya singkat, detektif Heru segera keluar dari ruangan Kapolda.

Detektif Heru duduk termenung di meja kerjanya dia sedang memikirkan langkah apa yang harus dia ambil, tiba-tiba seseorang membanting sesuatu di atas mejanya.

“BRAK...!.”

Detektif Heru terkejut lalu segera mengangkat kepalanya untuk melihat siapa yang telah melempar HP di mejanya.

“Bos?.”

Orang itu adalah kepala detektif.

“Apakah kamu yang menulis novel ini?.”

“Bos apakah aku terlihat seperti seseorang yang dapat menulis novel atau seseorang yang memiliki waktu untuk menulis novel?.”

Kepala detektif memiringkan kepalanya sambil menyipitkan matanya dan memajukan bibirnya.

“Ah...kamu benar kamu tidak mungkin dapat menulis novel, jangankan menulis novel menulis laporan saja lama sekali.”

“Nah...itu dia jadi tidak mungkin aku yang menulis novel itu.”

“Kalau begitu lacak lah siapa yang menulis novel itu, kalau kita bisa mendapatkannya kita bisa mendapatkan informasi yang lebih mendalam.”

“Saya rasa tidak perlu karena sepertinya penulis novel itu benar-benar hanya mengarang cerita ini dan entah mengapa alur ceritanya mirip dengan kasus Sundari, karena aku sudah cek tidak ada jasad Sundari di tiang cor itu lagipula kasus Sundari sudah resmi di tutup atas perintah Kapolda.”

“Aku adalah atasan mu langsung jadi aku minta lacak siapa penulis novel ini, aku yang bertanggung jawab.” Ucap kepala detektif tegas.

“Baiklah akan aku selidiki. Apakah ini berarti kasus sundari tidak jadi ditutup?.”

“Tergantung!” Kepala detektif segera meninggalkan detektif Heru.

“Bos! Apa maksudnya tergantung?.” Detektif Heru berteriak tetapi kepala detektif tetap berjalan tanpa menoleh.

Detektif Heru memukul ringan mejanya, “sial! Apa maksud kata-katanya? Tergantung? Tergantung apa?.”

Detektif Heru mencari cara untuk tidak melibatkan Indra karena sebenarnya dia ragu apakah kepala detektif berpihak kepadanya atau kepada Kapolda.

Detektif Heru memijit-mijit lembut keningnya berpikir keras untuk tidak melibatkan Indra.

“Heru! Mengapa kamu masih duduk di sana, cepat pergi ke bagian IT supaya mereka bisa melacak siapa penulis novel itu!.”

Suara kepala detektif yang mengelegar membuat detektif Heru terjaga dari lamunannya.

“Wah kacau kalau sampai ke orang IT maka akan terbongkar alamat kosan Indra, Laras ada di sana. Bahaya.” Batin detektif Heru.

“Oh...tidak perlu bos, saya sudah berkomunikasi dengan penulis novel ini. Saya bilang kalau saya adalah penggemarnya dan saya akan mentraktirnya makan. Dia menyambut undangan makan saya besok siang.”

“Bagus...bagus...kamu memang jenius, setelah makan bawalah dia ke kantor untuk kita tanyai.”

“Bos berarti kasus ini tidak jadi ditutup? Saya bisa terus menyelidikinya?.

“Ya, lanjutkan penyelidikanmu aku sudah bicara dengan Kapolda.”

“Baguslah , aku harus segera bertemu Indra menjelaskan ini semua.” Batin detektif Heru.

Detektif Heru segera mengirim pesan kepada Indra, membuat janji bertemu.

Indra menerima kedatangan detektif Heru di kamar kos nya, Sundari dan Rina juga ada di sana.

Detektif Heru menceritakan semua kejadian di kantor polisi tadi pagi. Reaksi Indra setelah mendengarkan cerita detektif Heru sungguh diluar dugaan.

Indra terlihat sangat tenang meskipun ada rasa sedikit kuatir namun dia dapat menekannya.

“Detektif tenang saja kalau mereka memang mau menginterogasi ku karena novel tentang Sundari aku bersedia. Aku sudah tahu kalau hal ini pasti akan terjadi ini adalah bagian dari resiko yang harus aku terima.”

Indra diam sejenak menoleh ke sebelah kanan di mana Rina dan Sundari berdiri memperhatikannya.

“Sundari, Rina kalian akan membantuku kan?.”

“Kami akan membantu mu ndra.” Jawab Sundari penuh keyakinan.

Detektif Heru segera mempersiapkan Indra untuk menghadapi interogasi besok. Indra pun harus meminta ijin tidak masuk kerja untuk esok hari.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!