Terancam

“Memangnya apa hubungannya novel itu dengan kasus Sundari, bukan kah kamu sendiri yang bilang kalau novel itu hanya imajinasi penulisnya saja? Lalu mengapa sekarang kamu meminta ku untuk membaca novel itu secara perlahan?.”

Kepala detektif memandang detektif Heru dengan pandangan tajam langsung ke arah bola matanya.

“Ya, anda benar juga bos. Saya hanya terobsesi saja karena novel itu terlalu mirip dengan kejadian sebenarnya.”

“ Lupakan novel itu! Lebih baik kita fokus dengan kasus ini. Bawa Laras ke kantor!.”

“Maaf bos, saya tidak bisa membawa Laras ke kantor kalau tidak ada jaminan perlindungan saksi.”

“Hmm...baiklah itu bisa diatur.”

Kepala detektif dan detektif Heru membawa Laras ke kantor polisi. Dalam perjalanan detektif Heru kembali melihat mobil yang sejak tadi mengikutinya.

“Lihatlah itu bos, mobil itu sejak tadi menguntit ku, jangan-jangan tadi dia ada di sekitar rumah ku. Siapa dia?.”

“Abaikan saja itu hanya perasaanmu saja.”

HP detektif Heru berdering sebuah pesan masuk, sebuah pesan dari sahabat nya di kantor yang memberikan informasi tentang pemilik kendaraan yang menguntitnya.

“Hmm...mobil sewaan ya, loe bisa selidiki gak siapa yang menyewa mobil itu, tolongin gue ya.”

Detektif Heru membalas pesan itu diam-diam jangan sampai kepala detektif tahu kalau dia sedang menyelidiki mobil yang mengikutinya.

Tidak beberapa lama kemudian Heru menerima pesan balasan,

“Heru, penyewa mobil itu atas nama Bagas. Gue gak tahu apa hubungan bagas dengan kasus ini?.”

“Mungkin dia orang suruhan, oke terima kasih ya.”

Critt....

Tiba-tiba kepala detektif mengerem mendadak karena ada kendaraan yang menghalangi jalan mereka secara tiba-tiba.

“Heru! Sepertinya kita tidak bisa membawa Laras ke kantor polisi bawa Laras pergi Lindungi dia! Aku akan menghadapi orang ini.” Ucap kepala detektif dengan penuh simpati.

Detektif Heru menuruti perintah pimpinannya, dengan sigap dia menyelinap keluar bersama Laras.

Melihat detektif Heru melarikan diri bersama Laras, orang suruhan itu segera melepaskan tembakan sungguh hal yang sangat tidak terduga.

“Cepat lari Heru! Aku akan melindungi mu.” Teriak kepala detektif dengan lantang.

Kepala detektif tidak mau kalah dia segera melindungi anak buahnya itu, dia melepaskan tembakan ke arah orang suruhan itu, namun orang suruhan itu mampu menghindar.

Baku tembak pun terjadi, detektif Heru dan Laras lari secepat kilat menghindari baku tembak yang terjadi antara kepala detektif dan orang suruhan itu.

Beruntung ada taksi lewat merekapun segera naik taksi dan meminta supir taksi tancap gas.

“Cepat mas ke perumahan butterfly.”

Supir taksi pun segera tancap gas karena detektif Heru menunjukan tanda pengenalnya.

Setelah sampai di perumahan butterfly detektif Heru segera menarik Laras masuk ke dalam sebuah toko pakaian lalu menyuruhnya membeli satu set pakaian.

Laras menuruti apa yang dikatakan detektif Heru dia segera menganti pakaiannya dengan pakaian yang dibeli nya tadi, demikian juga detektif Heru dia melakukan hal yang sama.

Detektif Heru membuang HP nya karena dia tahu pasti ada alat pelacak di HPnya. Mereka berdua naik taksi kembali menuju tempat persembunyian rahasia.

“Oh...saya kira kita akan pergi ke salah satu rumah di perumahan butterfly ternyata bukan itu tujuan kita?.” Tanya Laras heran.

“Ya memang bukan kita masih akan berjalan jauh menghindari kamera lalu lintas, tetapi sebelum kita pergi jauh coba hubungi kedua orang tua mu aku memiliki firasat mereka dalam bahaya.”

Secepat kilat Laras segera menghubungi papanya,” Papa, ini nomer baru Laras maaf lama tidak menghubungi kalian bagaimana kabar kalian.”

“Laras sayang kami baik-baik saja suasana di rumah mirip seperti pesta di rumah sepupumu. Kamu ada di mana nak?.”

Laras terdiam sejenak dia berusaha mencerna apa yang baru saja di ucapkan papanya.

“Syukurlah kalau kalian baik-baik saja, aku sedang pergi staycation bersama teman kantor nanti aku telepon papa lagi ya teman mu mencari ku, dah papa dah mama love you both.”

Laras menutup panggilan teleponnya dengan wajah pucat, “ Laras, apa yang terjadi bagaimana ke dua orang tua mu?.”

“Mereka dalam bahaya sepertinya ada orang jahat yang masuk ke dalam rumah.”

Detektif Heru terdiam dia sedang berpikir siapa yang akan dia hubungi untuk meminta bantuan.

“Cepat hubungi Indra, minta tolong Rina atau Sundari untuk menolong orang tuamu, lalu minta Indra untuk datang ke perumahan butterfly.”

“Jangan di nomer yang biasa aku curiga mereka telah menyadap HP Indra juga, hubungi Indra di nomer ini.”

Detektif Heru memberikan buku catatan kecil berisi beberapa nomer HP penting.

Laras segera menghubungi nomer yang diberikan detektif Heru. Setalah Indra mengangkat panggilan nya , Laras segera menceritakan kejadian yang di alami ke dua orang tuanya.

“Biar aku saja yang pergi ke rumah orang tua Laras. Sundari kamu tetap bersama Indra.”

Rina segera melayang dengan cepat menuju rumah ke dua orang tua Laras. Sundari menemani Indra pergi ke perumahan butterfly seperti yang dikatakan Laras.

Rina telah sampai di rumah kedua orang tua Laras dia melihat dua orang bertubuh tegap sedang mengancam kedua orang tua Laras.

Terdengar seorang sedang menghubungi seseorang melalui HP nya, “Bos, kita dapat nomer HP gadis itu mungkin kita bisa melacak keberadaan gadis sialan itu melalui nomer HP nya.”

“Huh...apa kalian pikir bisa melacak Laras dengan mudah dia bersama detektif hebat.” Ucap Rina sambil tersenyum.

Rina masih melayang menyusuri rumah itu dia sedang mencari cara untuk dapat menyelamatkan kedua orang tua laras.

Rina kemudian membuat keributan di dapur, dia membanting semua perabot dapur ke lantai dengan sangat kuat sehingga menimbulkan suara yang sangat bising.

Salah satu penjahat itu segera meminta temannya untuk mengecek keadaan di dapur, namun ketika orang itu sampai di dapur lututnya gemetar, matanya terbelalak. Dia melihat beberapa perabot dapur melayang di udara.

“Haa...haann...hantu...!.”

Dia segera berlari terbirit- birit menghampiri temannya yang ada di ruang keluarga.

Rina mengejar orang itu, mereka berdua terbelalak, namun salah satu penjahat itu tidak takut.

“Hah...omong kosong mana ada hantu di siang hari bolong. Ini pasti tipuan.”

Dia melepaskan tembakan ke arah perabot yang melayang itu

DOR...DOR...DOR...

Rina sengaja menjatuhkan perabot itu dengan kasar

PRANG...

“Nah...lihat itu! Tidak ada yang namanya hantu.”

Rina tertawa kecil, dia segera kembali ke dapur untuk mengambil pisau dapur yang besar.

“Lihat itu pisau melayang ke arah kita, wuaaaaa....lari!,” ucap salah seorang penjahat yang penakut.

Sekali lagi sebuah tembakan dilepaskan oleh penjahat yang pemberani

DOR...DOR...

Namun kali ini Rina tidak menjatuhkan pisau tersebut, dia terus memburu kedua orang penjahat itu sampai akhirnya mereka terpojok lalu bersembunyi di gudang. Rina segera mengunci pintu gudang dari luar.

Rina tertawa puas karena ini adalah pertama kalinya dia menakuti manusia. Rina segera melayang menuju kedua orang tua Laras.

Ke dua orang tua itu terlihat sangat ketakutan melihat sebuah pisau dapur melayang ke arah mereka.

Karena mulut mereka di rekatkan dengan lakban jadi mereka hanya bisa menggelengkan kepala.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!