Sundari menjadi seketaris

“Ah ... Bagaimana ini, detektif itu tidak percaya bagaimana kasus ini dapat di selesaikan dengan cepat.” Gumam Laras dalam hati.

Laras menunggu Indra pulang sambil duduk-duduk di teras kosan putri.

Melihat Indra memasuki halaman kosan Laras segera berlari kecil untuk memberitahu Indra,

“Indra, tadi detektif Rio datang ke sini Aku sudah menceritakan semuanya, tetapi dia sama sekali tidak percaya dengan ceritaku. Terlebih ketika aku memanggil Sundari, Sundari tidak juga muncul.”

“Oh...Sundari dan Rina sedang pergi ke sekolah arwah untuk mempelajari kehidupan arwah. Huh...mengapa mereka belum kembali?.”

“Indra, tulisan tangan siapakah ini? Tadinya aku pikir ini adalah tulisan tangan Sundari, tetapi ketika aku perhatikan ini bukanlah tulisan tangannya,” Laras menyodorkan kertas yang terdapat tulisan tangan.

“Oh...itu adalah tulisan tangan Rina, dia adalah arwah yang menjadi teman Sundari.”

Laras tersenyum mendengar jawaban dari Indra karena itu berarti dia tidak sedang mengigau.

“Indra kami pulang!,” Terdengar suara Sundari dan Rina.

“Baguslah kalian sudah pulang, ayo cepat aku mau melanjutkan cerita mu. Detektif Rio tadi datang ke sini tetapi dia tidak percaya jadi aku harus membuat dia percaya melalui tulisanku.”

Laras hendak ikut Indra ke dalam kamarnya untuk membaca sedikit kejadian yang menimpa Sundari, tetapi Indra melarangnya karena wanita tidak boleh berada di dalam kamar kosan pria.

Indra membuka laptopnya berusaha duduk dengan nyaman, jari-jarinya mulai menari di atas keyboard laptopnya.

Sundari dan Rina mengikuti Indra masuk ke dalam kamarnya. Sundari segera menceritakan kisah nya yang sempat tertunda kemarin,

......... Pricilia segera berdiri dengan kesal lalu berjalan keluar.......

“Aku pikir orang secantik dan sekaya nona Pricilia akan mudah menaklukan hati seorang pria ternyata tidak juga,” gumam Sundari dalam hati.

Setelah Nona Pricilia pergi Dewi segera meminta waktu untuk berbicara dengan Tuan Fredy, maka Sundari segera keluar ruangan membiarkan kedua orang itu berbicara,

Sundari melihat Mbak Dewi dan Tuan Fredy sesekali melihat ke arah dirinya. Sundari merasa mereka sedang membicarakan dirinya, tetapi tentang apa? Dia tidak tahu.

Mbak Dewi segera keluar dari ruangan Tuan Fredy setelah dia selesai berbicara, saat itulah Sundari masuk kembali ke dalam ruangan Tuan Fredy.

“Sundari segera selesaikan pekerjaan mu karena besok Mbak Dewi akan mengajarimu pekerjaan baru.”

“Baik Pak,” Jawab Sundari singkat.

Pagi hari Sundari sedang memperhatikan penampilan barunya dengan baju mewah yang kemarin dibelinya bersama Mbak Dewi.

Sundari tampak ragu mengenakan setelan mewah itu, dia memutar tubuhnya di depan cermin sampai akhirnya dia memutuskan untuk membuka setelan dan akan mengenakannya saat dia tiba di kantor.

Dewi tersenyum melihat Sundari mengenakan setelan mewah itu. Dewi menarik Sundari ke meja kerjanya lalu membuka laci mejanya. Dewi mengeluarkan alat make up dan make up dia mulai mengajarkan Sundari merias wajahnya.

“Nah, ini baru cantik cocok dengan setelan mahal ini. Sundari hari ini kamu duduk bersama ku di sini aku akan mengajarimu cara menjadi sekretaris.”

“Ta...tapi mbak aku hanya lulusan SMEA bukan sarjana seperti Mbak Dewi, aku tidak bisa mbak.”

“Jangan meremehkan kemampuan mu, aku sudah bicara dengan Tuan Fredy dia setuju kamu mengantikan ku.”

Sundari hanya bisa pasrah dia membiarkan Mbak Dewi mengajarinya, kepalanya sedikit pusing karena banyak sekali hal yang terdengar asing dan baru di telinganya, tetapi Sundari tetap berusaha sebaik mungkin.

“Kamu hebat Sundari! Sebagai anak yang berasal dari kampung dan hanya berpendidikan SMEA kamu mampu memahami apa yang aku ajarkan dengan cepat, aku yakin kamu sanggup mengantikan posisi ku sebagai sekertaris,” Dewi memuji kecerdasan Sundari.

Tiga bulan sudah Dewi mengajari Sundari semua hal yang perlu di ketahui Sundari sudah dia ajarkan, bahkan hal-hal terkecil seperti makanan dan minuman kesukaan Tuan Fredy dan aroma pengharum ruangan kesukaan Tuan Fredy pun tidak luput dia ajarkan.

Namun satu hal yang mengusik hati Sundari mengapa Mbak Dewi mendadak ingin resign setelah Nona Pricilia datang?.

Akhirnya tibalah hari dimana Sundari benar-benar duduk seorang diri di meja sekretaris karena hari ini Dewi sudah resmi resign dari perusahaan ini.

Sundari membuka tabletnya untuk memeriksa jadwal Tuan Fredy kemudian dia menyiapkan segala sesuatu yang diperlukan untuk pertemuan itu.

Tuan Fredy keluar dari dalam ruangannya setelah Sundari memberitahu jadwalnya siang ini.

“Sundari, nama kamu terdengar sedikit kampungan jadi aku akan mengganti nama mu manjadi Angela. Mulai sekarang aku akan memanggilmu Angela ingat itu!.”

Meskipun sebenarnya Sundari tidak setuju kalau namanya diganti dengan seenaknya oleh Tuan Fredy, namun dia tidak dapat membantah.

Lagipula Sundari memang terlihat berbeda ketika dia memakai setelan mahal dan tata rias di wajahnya tidak ada seorang pun yang mengenalinya, bahkan pamannya sendiri tidak mengenalinya.

“Ayo kita berangkat, kita makan siang di tempat pertemuan saja,” ucap Tuan Ferdy sambil berlalu.

Sundari berusaha mengimbangi langkah Tuan Fredy. Berjalan dengan rok ketat ditambah sepatu dengan heels tinggi sungguh sangat sulit bagi Sundari untuk mengejar langkah tuan Fredy.

“Angela bisakah kamu berjalan cepat sedikit ?.”

Sundari berlari kecil menghampiri Tuan Fredy yang sudah menunggunya di mobil.

“Kalau kamu tidak nyaman dengan sepatu itu ganti saja dengan sepatu yang nyaman kamu harus biasa berjalan cepat,” ucap Tuan Fredy.

Selesai makan siang Sundari langsung mencari sepatu yang nyaman di kakinya. Setelah itu dia mendampingi Tuan Fredy bertemu dengan klien.

Sundari merasa ada orang yang mengawasi gerak-gerik mereka, entah Tuan Fredy menyadarinya atau tidak.

Di hari pertamanya sebagai sekertaris Sundari melakukan pekerjaannya dengan baik, bahkan Tuan Fredy memujinya.

Semakin lama Sundari semakin mahir. Tuan Fredy senang dengan hasil pekerjaannya.

Tuan Fredy mamanjakan Sundari dengan berbagai fasilitas di luar fasilitas yang sudah didapatkan dari dari kantor.

Kini Sundari tidak lagi tinggal di kosan kecil, Tuan Fredy memberinya apatermen dan juga kendaraan pribadi.

Bahkan gaji yang di dapat Sundari sangat besar dia bisa mengirim uang kepada mamanya di kampung untuk biaya hidup mamanya dan ketiga adiknya.

Sundari juga tidak melupakan keluarga Om Poli, setiap bulanpun Sundari memberikan keluarga Om Poli uang untuk memperbesar rumahnya supaya mereka dapat tinggal dengan nyaman.

Sundari pun kerap melakukan perawatan kecantikan, kini kulitnya terlihat sangat bersih. Penampilannya sangat menawan dan anggun sangat berbeda jauh dengan penampilannya sewaktu pertama kali bekerja di sini sebagai cleaning servis.

Perubahan penampilan inilah yang membawa bencana bagi Sundari.

Di pagi hari Sundari di kejutkan oleh setangkai bunga mawar di atas mejanya.

Sundari segera meraih mawar tersebut untuk membaca kartu kecil yang diikat pada batang mawar itu....

siapakah gerangan yang telah mengirim bunga mawar kepada Sundari?

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!