Pagi menjelang dengan malas Indra membuka kedua matanya.
“Aaakkkk...Rina sudah berapa kali aku bilang jangan menghadapkan wajahmu di depan wajah ku saat aku bangun pagi, aku kaget tahu,” teriak Indra.
“Sorry ndra, gue cuma mau kasih kabar buruk. Semalam kita lihat ada beberapa orang yang membakar jasad Sundari. Sundari sedih dia kuatir gak akan ada yang tahu kalau dia dibunuh,” Rina menjelaskan kekuatirannya kepada Indra.
Indra melihat Sundari duduk termenung di teras kosaannya, sehingga Indra menghampiri Sundari dan berusaha untuk menghiburnya.
“Gue sudah kirim pesan ke detektif Rio, semoga saja saat dia bangun tidur dia membaca pesan yang gue kirim,” ucap Indra penuh simpati.
“Percuma saja ndra, lebih baik loe gak usah lanjutin novel tentang gue karena tubuh gue sudah gak bisa di indentifikasi lagi,” ucap Sundari dengan lesu.
“Tenang Ndari, ruang laboratorium forensik itu seperti ruang penyihir, peralatan di sana itu seperti tongkat sihir, sains itu seperti ramuan ajaib. Gue yakin kalau nanti mereka bisa mengindentifikasi sisa-sisa pembakaran jasad loe. Tetap semangat jangan menyerah.”
Sundari tersenyum ke arah Indra, dia merasa sedikit tenang. Indra pun segera bergegas untuk mandi lalu bersiap pergi ke tempat kerja.
Di kantor Polisi:
Kepala Polisi Boy memanggil detektif Heru untuk datang ke ruangannya. Dia memberitahukan Kepada detektif Heru bahwa kemarin ada seorang gadis bernama Laras yang mengaku telah menyaksikan pembunuhan Sundari. Bahkan, dia tahu di mana jasad Sundari di sembunyikan.
“Detektif Heru kalau kita berhasil menemukan jasad Sundari di tempat yang dikatakan Laras, maka aku akan kembali membuka kasus ini.” Ucap kepala polisi penuh kelicikan.
Dengan penuh semangat detektif Heru menyetujui penawaran kepala polisi Boy. Detektif Heru segera menemui pelaksana konstruksi tersebut untuk meminta ijin membongkar salah satu tiangnya.
Setelah mendapat ijin dari pemilik proyek, detektif Heru segera menyuruh orang untuk menghancurkan tiang tersebut namun tidak ada mayat yang di temukan di sana.
Kekecewaan meliputi diri detektif Heru. Harapannya untuk dapat membuka kembali kasus ini sirna. Detektif Heru berjalan dengan lesu ke pinggir jalan lalu berdiri mematung memperhatikan para pekerja yang sibuk memperbaiki tiang yang telah dibongkarnya tadi.
Tiba-tiba seorang pemakai jalan berteriak menggerutu,
“Oh..., astaga apa yang sebenarnya terjadi dengan proyek ini? semalam ada orang yang membongkar tiang di sebelah sana, sehingga aku pulang terlambat sekarang tiang di sebelah sini yang di bongkar. Sekarang aku akan terlambat sampai ke kantor karena jalanan macet.”
Mendengar perkataan penguna jalan tersebut detektif Heru segera menghampirinya untuk bertanya di mana tiang yang di bongkar semalam.
Detektif Rio segera berlari ke arah tiang yang di tunjuk penguna jalan tersebut, benar saja dia mendapati tiang tersebut seperti baru saja di cor.
“Hmm...ada yang tidak beres. Kecurigaan ku kalau kepala polisi Boy terlibat dalam kasus ini semakin kuat,” gumamnya dalam hati.
Detektif Heru memasukan tangan nya ke dalam saku celananya untuk mengambil HP nya, karena dia merasa aneh mengapa sejak tadi pagi tidak ada seorangpun yang menghubunginya.
“Pantas saja, aku belum mengaktifkan HP ku.”
Detektif Heru segera mengaktifkan HP nya. Banyak sekali pesan dan notifikasi panggilan tidak terjawab. Namun, ada satu pesan yang menarik perhatiannya. Pesan itu dari Indra,” selamat malam detektif Heru, perkenalkan saya Indra, Saya tahu nomer anda dari Om Poli, Saat ini Laras ada bersama saya bisakah anda menemui saya di alamat ini?. Laras adalah saksi pembunuhan Sundari.”
Detektif Heru tidak percaya begitu saja dengan pesan yang dikirim oleh Indra. Dia tidak pergi ke alamat yang diberikan Indra, tetapi dia justru pergi ke rumah Laras untuk membuktikan bahwa Laras tidak ada di rumahnya. Detektif Heru mendapatkan informasi alamat dan nomer HP Laras dari kantor polisi.
Detektif Heru mendapati rumah Laras sangat sunyi, bahkan ketika dia mengetuk pintu tidak ada jawaban dari dalam rumah.
“Hmm..., Sepertinya aku harus datang ke alamat itu,” ucapnya lirih.
Dengan cepat detektif Heru membawa kendaraannya menyusuri jalan menuju kosan Indra. Setelah sampai detektif Heru segera mencari seseorang untuk dapat ditanyai.
Seorang wanita berjalan melintas di depan detektif Heru, “permisi nona, saya adalah detektif Heru . Saya sedang mencari seseorang bernama Indra. Apakah kamu mengenalnya?.”
“Detektif Heru , apakah benar ini anda?,” wanita itu terlihat senang sekali berjumpa dengan detektif Heru.
“Ya, saya adalah detektif Heru ,” detektif Heru mengeluarkan tanda pengenalnya.
“Saya adalah Laras, senang bertemu dengan anda, detektif.”
“Laras, Indra menulis pesan kepadaku bahwa kamu adalah saksi mata pembunuhan Sundari, apakah itu benar?.”
“Ya, itu benar, tetapi terus terang pada saat kejadian aku tidak dapat melihat jelas karena lorong itu sedikit gelap, tetapi saya mengenali suara salah satu orang yang ada di lorong itu, mereka menyeret mayat Sundari lalu memasukannya ke salah satu rangka tiang proyek lalu mencor tiang tersebut.”
“Kalau begitu apakah kamu tahu suara siapa itu?.”
“Stella Baker, dua orang pria yang bersamanya kemungkinan adalah orang suruhannya.”
“Apakah kamu yakin Laras? Karena keluarga yang kita hadapi adalah keluarga yang berpengaruh, kita tidak dapat menuduh mereka begitu saja apalagi kamu tidak melihatnya hanya mendengar suara.”
“Aku sangat yakin detektif, silahkan anda periksa tiang itu pasti anda akan menemukan jasad Sundari.”
“Hmm, sepertinya seseorang telah membongkar tiang itu terlebih dahulu.”
“Hah? Aku tidak menceritakan hal ini kepada orang lain selain kepada kepala polisi, jadi bagaimana ada orang lain yang tahu?.”
Detektif Heru menimbang hal ini dalam hatinya dia menjadi semakin yakin kalau kepala polisi berusaha melindungi keluarga Baker.
“Aku tahu harus bertanya kepada siapa.”
Laras segera mengeluarkan pena dan buku dari dalam laci lalu memanggil Sundari,
“ Sundari...Sundari...apakah kamu di sini? Ini detektif Heru yang menangi kasusmu, dia punya beberapa pertanyaan. Sundari ayo jawab aku apakah kamu disini?.”
Mata detektif Heru terbelalak melihat sikap Laras yang berteriak memanggil arwah Sundari, “Laras, apa yang kamu lakukan? Memanggil arwah orang mati?.”
“Detektif, kalau bukan karena Sundari yang memperingatkan ku, aku tidak akan ada di sini.”
“Lihat tulisan ini, ini adalah cara arwah Sundari berkomunikasi dengan ku,” Laras menunjukan tulisan arwah Sundari kepada detektif Rio.
“Aku tidak percaya bisa saja saat itu kamu sedang bermimpi lalu tanpa kamu sadari kamu menulis di kertas ini.”
Laras memperhatikan tulisan tangan tersebut, “Kalau di perhatikan dengan seksama tulisan ini memang bukan tulisan tangan Sundari, aku ingat seperti apa tulisan tangan Sundari tetapi ini juga bukan tulisan tangan ku. tulisan tangan siapa ini?.”
“Hah, sudahlah itu tidak penting yang penting sekarang kamu aman di sini menyamarlah kalau kamu hendak keluar kamar kosan. Terima kasih informasinya aku akan mengawasi keluarga Baker.”
Detektif Rio segera melangkahkan kakinya menuju mobilnya, tetapi Laras berteriak, “detektif, lebih baik anda menunggu Indra pulang kerja karena mungkin saja Sundari memberikan informasi terbaru terkait jasadnya yang hilang dari tiang itu.”
“Ah...sudahlah aku tidak punya waktu untuk omong kosong seperti itu, aku akan mencari tahu sendiri dengan kemampuan ku.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments