Rumit

Laras terus melanjutkan membaca sampai bab terakhir.

“Hah? Wanita sok cantik itu juga terlibat?.”

“Mbak gak tahu?.”

“Aku hanya lihat Tamara eh maksudku Stella kakak perempuan Tuan Fredy dan aku sudah katakan itu kepada detektif Heru tadi.”

“Oh...baiklah semoga Rina berhasil membuat detektif Heru membaca novel ini.”

“Mbak, sekarang tidurlah mungkin besok akan ada banyak hal yang akan terjadi. Aku dan Rina akan melindungi mu dan Indra.”

Sundari kembali melayang ke kamar kos Indra. Indra sedang sibuk membalas komentar dari para pembacanya.

“Ah...Sundari untung kamu datang. Lihatlah ada seorang pembaca yang mengirim pesan pribadi kepada ku dia mengaku adik perempuan mu.”

Sundari mendekatkan kepalanya ke layar laptop untuk dapat membaca pesan dari seorang pembaca yang mengaku sebagai adiknya.

“Ima? Ya dia memang adik Perempuanku, dia memang suka membaca novel dari aplikasi Novelltoon.”

“Apa yang harus aku katakan? Dia bertanya darimana aku mengetahui semua kisah tentang mu, bahkan aku tahu bagaimana kamu meninggal.”

“Jawab saja yang sebenarnya kalau kamu memang punya Indra ke enam dan sekarang kamu sedang bersama arwah ku.”

“Bagaimana ini? Dia tidak percaya bahkan dia malah menuduhku telah membunuh mu dan akan melaporkan ku ke polisi.”

Sundari berpikir sejenak dia sedang berusaha mengingat hal yang menjadi rahasia mereka berdua.

Kali ini Sundari mengetik sendiri kata-kata balasan yang akan membuat adiknya percaya kalau Indra bukanlah seorang pembunuh.

“Ima, ini aku Sundari kakakmu. Kamu ingat rahasia kita berdua? Kita pernah mencuri beras di toko Mbah Iyem, karena sudah dua hari kita gak makan, tetapi ibu gak tahu.”

“Kak Sundariiii... Aku tidak percaya ini kakak, apakah semua yang di tulis di novel ini benar adanya?.”

“Iya, itu benar Ima. Jangan beritahukan ibu terlebih dahulu karena kami sedang berusaha untuk menangkap pembunuh ku.”

Ima mengerti mengapa Sundari melarangnya memberitahukan hal ini kepada ibu mereka. Ima juga meminta maaf kepada Indra karena telah menuduhnya sebagai pembunuh.

Sementara itu Rina sedang memperhatikan detektif Heru. Rina sedang berpikir cara yang tidak akan membuat detektif Heru takut.

Akhirnya kesempatan itu datang, detektif Heru meletakan HP nya di atas meja karena dia hendak mandi.

Rina langsung melesat ke atas meja mendownload aplikasi Novelltoon lalu segera membuka novel yang di tulis Indra.

Selesai mandi detektif Heru langsung meraih HP nya karena tiba-tiba saja HP nya berdering, sebenarnya Rina lah yang membuat HP detektif Heru berdering.

“Hah...? Apa ini? Kisah Sundari... Mengapa judul novel ini mirip dengan anak gadis yang hilang itu?.”

Detektif Heru berjalan menuju sofa lalu duduk dengan nyaman, meskipun ragu tetapi dia tetap membaca Novel daring itu.

Kening nya terlihat berkerut, dia sempat menahan nafas beberapa detik. Dia membaca novel itu dengan cepat dan penuh semangat sampai bab terakhir.

Setelah selesai dia berdiri dengan spontan, “Astaga...ini adalah kisah nyata Sundari! Siapa yang menulis ini, bagaimana dia tahu kisah ini? Apakah dia pembunuhnya? Bagaimana cara berkomunikasi dengan penulisnya?.”

Rina segera mengarahkan tangan detektif Heru untuk membuka chat pribadi dengan penulis.

“Mengapa tangan ku bergerak tanpa aku perintahkan? Ah...sudahlah yang penting sekarang aku bisa berkomunikasi dengan penulis novel ini.”

Detektif Heru mulai mengetik sesuatu,

“Katakan siapa kamu sebenarnya, mengapa kamu tahu tentang Sundari?."

Indra membaca pesan tersebut, “Heru? Apakah dia ini detektif Heru?.”

“Aku hanya penulis novel biasa. Memangnya anda siapa?.” Jawab Indra singkat.

“Katakan dahulu siapa kamu sebenarnya atau saya akan menuduhmu sebagai pembunuh.”

“Astaga...lagi-lagi aku di tuduh sebagai pembunuh.” Ucap Indra lirih.

Melihat percakapan yang alot antara Indra dan pembacanya, Sundari memberikan saran terbaiknya,

“Sudahlah Indra, mungkin orang itu adalah detektif Heru. Coba kamu telepon dia dan tanyakan langsung daripada lewat kolom chat gak ada habisnya nanti.”

Indra segera meraih HP nya lalu menghubungi detektif Heru.

“Halo selamat malam detektif Heru, saya Indra maaf tadi saya pulang kerja sedikit terlambat jadi kita tidak bisa bertemu dengan anda hari ini.”

“Oh...Indra ya, saya sudah bicara dengan Laras tetapi saya kira semua yang Laras ceritakan hanya omong kosong dan sekarang saya sedang membaca sebuah novel tentang Sundari. Saya berpikir apakah penulis novel ini adalah saksi mata atau memang si pembunuh?.”

“Detektif, sayalah yang menulis novel itu.”

“Tetapi bagaimana kamu bisa mengetahui semua kejadian secara detail, darimana kamu mendapatkan informasi itu?.”

Indra lalu menceritakan kelebihan yang Tuhan berikan kepada dirinya sehingga dia dapat berbicara dengan arwah.

“Hah...kalau kamu memang berbicara dengan arwah sundari, seharusnya kamu tahu kalau sekarang jasad Sundari tidak ada di tiang itu lagi.”

“Ya, saya tahu karena Sundari sudah memberitahukan kepada saya di mana mereka memindahkan jasadnya.”

“Lalu mengapa kamu tidak menulisnya di bab selanjutnya? Kamu pasti berbohong bukan?.”

“Saya tidak berbohong detektif apa yang saya katakan semua benar adanya, saya hanya tidak ingin membuat para pelaku kejahatan akan memindahkan barang bukti berupa jasad Sundari ke tempat lain. Karena bisa saja mereka juga membaca novel ku ini.”

“Hmm...kalau begitu katakan kepada ku dimana jasadnya, karena kalau aku tidak menemukan jasadnya hari ini kasus ini akan resmi di tutup.”

“Sebenarnya ada beberapa hal yang ingin aku sampaikan tetapi tidak melalui telepon.”

“Baiklah aku akan ke tempatmu sekarang.” Detektif Heru segera bergegas pergi ke kosan Indra.

Indra menunggu kedatangan detektif Heru di tempat parkir. Ketika detektif Heru datang Indra langsung membawanya masuk ke dalam kamar kosnya.

“Indra ayo katakan di mana jasad Sundari supaya aku dapat membawanya ke lab forensik besok sehingga kasus ini akan dapat di tindak lanjuti.”

“Itulah yang jadi permasalahannya detektif, mereka telah membakar jasad Sundari. Seandainya anda membawa tim lab forensik ke tempat pembakaran untuk tuk di indentifikasi apakah anda yakin hasilnya tidak di rekayasa.”

Detektif Heru terlihat sangat bingung, “Mengapa kamu berkata demikian.”

“Karena kapolda terlibat dalam kasus ini, dia berusaha melindungi pelaku.”

“Oh... ternyata dugaan ku selama ini benar. Indra, bagaimana aku bisa yakin kalau kamu benar-benar dapat berkomunikasi dengan arwah Sundari.”

Indra tersenyum dia segera mengambil kertas dan pena sebagai sarana komunikasi, “Sundari sapalah detektif yang akan menangani kasus mu.”

Dengan mata kepala sendiri detektif Heru melihat pena bergerak tanpa ada yang menyentuh nya,

“Selamat malam detektif Heru, terima kasih anda tidak menyerah dalam menangani kasus saya.”

“Aaa...aaappaa ini hanya salah satu trik sulap mu, Indra?.”

“Tidak detektif, aku tidak bisa sulap. Arwah Sundari memang ada di kamar ini di sedang memandang mu saat ini. Kalau ada yang ingin anda tanyakan kepadanya silahkan saja dia akan menjawab pertanyaan anda dengan tulisan.”

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!