KANTOR POLISI

Sementara Sundari sedang menceritakan kisahnya kepada Indra, telah terjadi sesuatu di kantor polisi tempat di mana kasus hilangnya Sundari di tangani.

Seorang pria bertubuh tegap datang ke kantor polisi. Kedatangannya di sambut ramah oleh seorang petugas,

“Selamat siang pak, ada yang bisa Saya bantu?.”

Dengan suara yang berat dan penuh wibawa pria itu menjawab,

“Apakah Kapolda sudah datang? Saya ingin menemuinya, bilang saja teman lama ingin menemuinya.”

Dengan langkah ragu petugas itu berjalan masuk ke dalam ruangan Kapolda, tidak sampai satu menit petugas itu segera keluar dan mempersilahkan pria itu masuk.

Sayup-sayup terdengar dari luar suara tawa pak Kapolda dengan tamunya entah apa yang sedang mereka bicarakan, lalu suasana kembali hening.

“Beres pak, saya akan memerintahkan anak buah saya untuk menghentikan penyelidikan.” Ucap Kapolda dengan penuh rasa hormat.

“Bagus-bagus, aku tahu aku selalu bisa mengandalkanmu. Aku akan segera mengirimkan bonus ke rumahmu.”

Setelah mengatakan hal itu, pria bertubuh tegap itu segera meninggalkan kantor Polda.

Kapolda segera memanggil semua personil yang sedang menyelidiki kasus Sundari yang di laporkan hilang oleh pamannya.

Dua hari lalu paman Sundari datang ke kantor polisi melaporkan keponakannya yang menghilang. Seorang detektif ditugaskan untuk menyelidiki kasus ini

Baru dua hari dia menyelidiki kasus ini dan dia masih dalam tahap mengumpulkan informasi tetapi hari ini Kapolda memanggilnya untuk menghentikan penyelidikannya.

“Aneh mengapa tiba-tiba Kapolda memerintahkan menutup kasus ini padahal kasus ini belum selesai, apa yang harus aku katakan kepada paman dari gadis ini?.” Gumamnya dalam hati.

“Maaf Pak, mengapa tiba-tiba bapak menutup kasus ini?.”

“Ah...ini hanya kasus biasa, nanti juga gadis kampung itu akan pulang sendiri, biasanya seperti itu jadi jangan buang energi untuk kasus sepele.”.

“Oke Siap, saya akan menutup kasus ini “ detektif itu pun meninggalkan ruangan Kapolda.

Namun hati kecilnya menangkap sesuatu yang tidak beres. Detektif Heru duduk termenung di meja kerjanya memandang foto Sundari dan kembali melihat berkas penyelidikannya. Sampai tiba-tiba seorang temannya yang juga adalah seorang detektif mendekatinya dan berbisik.

“Detektif Heru apakah tadi kapolra memanggilmu untuk menutup sebuah kasus?.”

“Ya, bagaimana kamu tahu?.”

Rekannya itu menarik kursi lalu duduk tepat di sebelah detektif Heru,

“Hal ini sudah sering terjadi, dulu juga Kapolda memaksaku menutup sebuah kasus hilangnya seorang gadis berusia sembilan belas tahun. Tidak hanya itu saja seingat ku beberapa detektif juga mengalami hal seperti itu.”

“Kira-kira mengapa Kapolda meminta kita menutup kasus-kasus itu? Padahal kasusnya belum selesai? Apakah kamu tahu sesuatu?.”

“Entahlah, aku rasa memang ada sesuatu yang tidak beres, sepertinya kasus-kasus itu saling berhubungan.”

“Heru, lebih baik kamu turuti saja perintah Kapolda, tutup kasus ini lalu kamu bisa mengerjakan kasus lain.” Rekannya memberikan saran.

Tetapi detektif Heru tidak menuruti saran temannya dia tetap ingin menyelidiki kasus ini.

Sampai akhirnya dia tahu kalau saat itu ada seorang pria yang datang menemui Kapolda lalu setelah pria itu pergi kalpolda memerintahkan Heru untuk menutup kasus ini.

Detektif Heru semakin tertantang untuk menyelidiki kasus ini, hatinya bertanya-tanya siapakah pria ini, apalagi terdengar desas-desus kalau Kapolda melindungi seseorang.

“Heru apakah kamu berniat untuk tetap menyelidiki kasus ini?.” Seorang rekannya bertanya.

“Ya, aku ingin tahu siapakah pria yang menemui Kapolda tempo hari dan apakah Kapolda juga terlibat. Apakah kamu mau membantuku?.”

“Tidak, aku tidak ingin terlibat masalah. Lagipula aku yakin seratus persen beberapa hari lagi pasti pamannya Sundari akan mencabut laporannya.” Rekannya segera meninggalkan detektif Heru.

Di kediaman Om Poli, paman dari Sundari di sore hari yang tenang seperti biasanya tiba-tiba seseorang yang tidak mereka kenal mengetuk pintu rumah itu.

Istri Om Poli membuka pintu rumah, seorang pria yang tidak di kenalnya sudah berdiri di depan rumahnya,

“Ibu, katakan kepada suami mu untuk mencabut laporan orang hilang di kantor polisi dan terimalah ini sebagai imbalan, ini baru setengah kalau nanti suami mu sudah mencabut laporan nya aku akan mengirim sisanya tetapi kalau suamimu tidak melakukannya, kalian akan menangung akibatnya.”

Setelah mengatakan hal itu orang itu segera pergi meninggalkan istri Om Poli yang diam terpaku. Orang itu melesat pergi dengan mobil pribadinya tetapi istri Om Poli tidak memperhatikan nomer plat nya.

Setrlah tersadar Tante Lina memandang bungkusan yang ada di kedua telapak tangannya, dengan sangat hati-hati dia membuka bungkusan itu. Namun dia tersentak saat melihat isi bungkusan itu lalu dia berteriak memanggil suaminya.

“Poli...poli....”

Om Poli segera menghampiri istrinya, wajah istrinya terlihat pucat “Lina ada apa mengapa wajah kamu pucat? Siapa tadi yang datang?.”

Tanpa berbicara Lima langsung memberikan bungkusan yang ada di tangannya kepada suaminya. Dengan perlahan Poli menerima bungkusan itu lalu membukanya perlahan,

“Astaga Lina, darimana kamu dapatkan uang sebanyak ini?.”

“Da...da...dari tamu yang datang tadi tapi dia bilang kamu harus mencabut laporan orang hilang di kantor Polisi. Jumlah yang sekarang ini baru setengah nanti dia akan berikan sisanya kalau kamu sudah mencabut laporannya.”

“Apa?? Kurang ajar, orang itu pasti yang telah menculik Sundari aku curiga jangan-jangan mereka adalah komplotan perdagangan manusia. Aku tidak akan mencabut laporan itu, aku mau keponakanku di temukan.” Ucap Poli geram.

“Ta...ta ...tapi...orang itu sudah mengancam kalau kamu tidak melakukannya maka kita akan menangung akibatnya.”

Lina menangis tersedu dia memohon kepada suaminya untuk mencabut laporannya karena dia kuatir kalau orang yang baru saja datang akan membunuh mereka sekeluarga.

Poli kemudian menghubungi detektif Heru dan menceritakan apa yang baru saja terjadi. Mendengar cerita Poli, detektif Heru langsung datang ke sana.

“Nyonya Lina apakah anda melihat wajah pria itu?.” Tanya detektif Heru saat tiba di sana.

“Maaf detektif Heru saya tidak dapat melihat wajah pria itu karena dia memakai masker dan kacamata hitam serta topi, bahkan saya tidak memperhatikan nomer plat mobilnya, maafkan saya detektif.”

“Detektif apa yang harus kita lakukan? Haruskah kita mencabut laporannya? Sejujurnya saya tidak mau mencabut laporan itu.” Ucap Poli.

Detektif Heru berpikir sejenak karena sebenarnya tidak ada gunanya kalau poli tidak mencabut laporannya karena kasus ini sudah di tutup jadi tetap saja kasus ini tidak dapat di tangani.

“Tuan Poli kalau boleh saya sarankan lebih baik anda mencabut laporannya karena resiko yang akan di tanggung Tuan Poli sekeluarga terlalu besar tetapi saya akan tetap menyelidiki kasus ini sampai tuntas.”

Setelah Poli mencabut laporannya, detektif Heru mengintai dari dalam rumah untuk menangkap basah pria misterius itu saat dia mengantarkan sisa uang yang dia janjikan.

Terdengar suara pintu di ketuk kali ini poli yang membukakan pintu, seorang anak muda pengantar Pizza tersenyum kepada Poli,

“Selamat siang Om, saya mau mengantarkan Pizza.”

“Tapi saya tidak memesan Pizza.”

“Saya di minta untuk mengantarkan Pizza ini ke alamat rumah ini dan juga ada titipan kotak ini untuk Bapak Poli.”

Poli menerima kiriman Pizza dan bungkusan kotak kecil lalu memberikan tips kepada pengantar pizza itu.

Setelah di buka kotak kecil itu berisi uang dengan secarik kertas yang bertuliskan, “terima kasih sudah mencabut laporan di kantor polisi.”

“Kurang ajar, rencana ku gagal total.” Ucap detektif Heru dengan kesal.

Terpopuler

Comments

Anita Jenius

Anita Jenius

3 like mendarat buatmu thor. semangat ya

2024-04-19

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!