Duda Itu Mengabaikanku
"Mas. Aku mau ngomong. ini penting." Ujar Rini.
yang di ajak bicara hanya diam saja. tak ada respon sedikit pun. Dia asik dengan gawai di tangan, entah apa yang di lihat di sana, mungkin gawai di tangan lebih menarik dari pada sang istri.
"Mas!"
"Mas Elang. Kamu dengerin aku gak, sih! Aku mau ngomong, loh."
"Apa sih, Rin. Kalau mau ngomong, ya ngomong saja. Aku dengerin, kok." Sahut nya tanpa menoleh pada sang istri.
Rini jengah melihat nya, apa salah nya coba melihat ke arah istrinya sebentar saja. Padahal jarak mereka tak jauh. Rini duduk bersandar di kasur, sedang, Elang duduk di sopa yang ada dikamar mereka.
"Dengerin apa. Kalau ngomong itu biasakan menatap orang yang sedang bicara, Mas. Kelakuan kamu seperti ini yang membuat ku kesal, tau gak. kamu seperti gak menghargai aku sebagai istrimu." Ucapnya penuh dengan kekesalan.
Elang tetap tak menoleh, ia tetap membalas Email dari Erik asisten nya. Mungkin baginya, Milyaran jauh lebih berarti dari pada sang istri yang mengajaknya bicara.
"Mas, kamu anggap aku apa sebenarnya?" Tanya nya kesal, Rini sudah sangat sabar menahan emosi.
"Istri." Jawab Elang santai, namun tatapan mata terus tertuju paga gawai,. Kali ini dia merubah posisi menjadi bersandar di sopa, menggerakkan tangan mengetik sesuatu di gawai, namun tak lama dia terkikik geli dengan ponselnya sendiri.
"Dasar Gile." Umpat Rini. Ia menarik selimut lalu menutupi tubuhnya hingga kepala.
Elang , melirik istrinya yang sudah tidur menutupi seluruh tubuhnya, hanya geleng kepala. Seperti itu lah terus menerus. Elang sibuk dengan dunia nya sendiri. Dia tak pernah mengajak, Rini ngobrol, Seperti tak pernah merasa dirinya memiliki istri dalam hidupnya.
**
Pagi harinya, pukul lima pagi, Rini sudah bangun, menyiapkan sarapan untuk buah hati. Selama lima tahun pernikahan, Rini mengurus kedua anak sambung nya dengan baik. tak pernah merasa letih atau pun lelah.
Usia kedua anak tersebut sudah menginjak Enam tahun, mereka sudah duduk di bangku kelas satu SD.
"Pagi mama." Ujar Langit yang langsung duduk di kursi tempatnya biasa sarapan setiap pagi.
"pagi juga sayang. Mana Senja apa dia belum selesai, nak?" tanya nya sambil tersenyum. Senyum Elang dan Senja lah yang membuat hatinya terobati, Kedua anak tersebut mampu mengusir rasa lelah dan sedih nya.
"Sudah mama, Senja masih menyisir rambut, katanya, Senja ingin di kucir mama rambut nya. Untung saja, Langit anak cowo. Coba saja, Langit anak Cewe, pasti repot, kan ikat rambut setiap hari." Ucapnya.
Rini terkekeh mendengar nya dia sibuk menatap makanan diatas meja. tak lama Senja pun turun dari tangga dengan muka di tekuk, sudah beberapa kali dia berusaha menguncir rambut nya namun tak sebagus kunciran mama nya.
"Ada apa, sayang?" tanya Elang. Dia bertemu putrinya di tangga, Elang langsung menggendong, Senja mencium pipi putrinya gemas.
"Senja tidak bisa kuncir rambut sebagus buatan mama, Pa. Senja kan harus cantik di sekolah. Kalau Senja tidak Cantik, nanti Bara tidak suka main sama, Senja." Ucap nya sedih, mata Senja sudah berkaca - kaca, bila mata nya di kedipkan, sudah pasti air bening itu jatuh.
"Ya sudah! Minta bantuin mama, dong. Jangan sedih, mama kan sangat jago kuncir rambut adek." Hibur Elang. senja pun mengangguk.
Sampailah mereka di meja makan. "Pagi sayang." Ujar Elang pada putra nya, Langit. Di kecup nya pipi putranya gemas. Nah, kan begitu lah setiap hari, di sana jelas - jelas ada Rini tapi tak pernah di sapa seperti menyapa buah hatinya.
"Pa, sapa mama juga dong. Katakan paga mama, gitu pa. Kata bu guru kita harus sopan pada semua orang yang ada disekitar kita, terutama pada orang yang ada di rumah." Ujar Langit memperingati papanya,. Elang meringis malu dalam hati mendengar apa yang disampaikan putranya itu.
"Ma, rambut Senja gagal di kuncir, nanti bantuin Senja kuncir rambut yang benar, ya ma. Senja kan harus cantik ke sekolah." Ucapnya sendu.
"Iya sayang, nanti mama kuncir rambut Senja supaya cantik, ya. Putri mama memang sangat cantik." Puji Rini, membuat, Senja kegirangan. Anak perempuan apa bila di puji cantik langsung kembali bersemangat.
Elang bersama, Senja sudah duduk, Rini melayani anak sambung nya serta suami sarapan dengan baik. dan tanpa di duga, datanglah seorang pengganggu yang selalu merecoki hidup, Rini. Siapa lagi kalau bukan Mawar berduri. Begitulah, Rini menamainya. Namanya, Mawar, dia adalah mantan tunangan, Elang yang sempat hampir menikah, tapi Mawar malah hilang disaat pernikahan satu minggu lagi akan dilaksanakan.
"Pagi semua! Wah, kalian lagi sarapan, ya. Kebetulan sekali aku juga belum sarapan." Ucap Mawar tersenyum, tanpa merasa bersalah, Mawar langsung duduk disebelah, Elang. Rini saja masih berdiri menyiapkan sarapan ketiga orang tersebut, tapi Mawar dengan tanpa berdosa nya sudah mengambil tempat duduk yang seharusnya menjadi tempatnya Rini.
Selama Mawar kembali, Rini tidak pernah lagi duduk di kursi yang seharusnya dia duduki.
"Tante kenapa duduk disitu. itukan tempat mama." Protes Senja tak suka.
"Sayang, kenapa sih kamu masih panggil tante. panggil Bunda, ya. Bunda ini ibu yang sudah melahirkan kalian. Kenapa sih susah sekali mengerti. Kalau tidak percaya tanya, kan saja pada papa kalian." Ucap Mawar tanpa malu.
Elang tak perduli sama sekali, dia fokus menikmati sarapan nya. Dia harus pergi secepatnya ke kantor untuk meeting.
"Sudah sayang. tak apa kok Mama bisa duduk dimana saja. habiskan sarapan kalian nanti bisa telat ke sekolah. Papa sepertinya sangat buru - buru." Ucap Rini.
Senja tak lagi protes, dia melahap makanan yang sudah di masakin mama nya.
Selesai sarapan. Rini menyempatkan diri menguncir rambut putri cantiknya agar cantik, kalau Senja tidak terlihat Cantik, jangan harap dia mau pergi ke sekolah.
"Ma. kami pergi dulu, ya. Nanti pulang sekolah kita main lagi." seru Senja berbinar. Langit dan Senja menyalami, Rini. Mereka masuk ke dalam mobil papanya, Mawar pun ikut berangkat bersama mereka.
"Aku pergi dulu bersama suami dan kedua buah hati kami. Kamu di rumah saja bersih - bersih, tampang mu memang cocok sih, jadi ijah." Bisik Mawar senang. Dia langsung berlari menuju mobil, Elang.
"Ck, setiap hari selalu saja begitu, dasar wanita tidak tau malu." Umpat Rini dalam hati.
Rini memandangi mobil suaminya yang sudah pergi menjauh. Dia termenung sendiri. Satu tahun ini, Mawar kembali dalam hidupnya. Hubungan nya dnegan sang suami semakin merenggang. Mawar selalu saja menempeli suaminya tanpa tau malu. Dia mengatakan ingin kembali bersama, Elang. Ditambah lagi kedua orang tua mereka masing - masing saling mendukung.
Pernah sesekali dirinya ingin menyerah tapi tak tega meninggalkan, Senja dan Langit. Mereka sudah sangat lengket pada nya.
"Nona, ada ibu dan bapak di depan." Ucap pelayan mengagetkan dirinya. Rini tak sadar kedua mertua nya sedang berkunjung.
"begini, ya kelakuan kamu setiap hari, bengong sendiri. Awas kamu kesambet baru tau rasa." Ujar mertua sinis.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments
Mukmini Salasiyanti
maaf ya thor..
koq dibiarkan ya pelakor masuk rmh????
2023-11-11
0