Paksaan Minta Maaf

"Kamu kenapa keras kepala, Rini. Apa sulitnya minta maaf besok."

"Jadi aku harus minta maaf, mas? Bahkan aku tidak tau kesalahan apa yang sudah aku buat, lalu aku di tampar.. Mas apa kamu pernah berguna jadi suami, apa kamu membela ku saat di tampar orang lain? dan kamu sebagai suami, segitu hina nya kah aku jadi istrimu. Aku sudah bilang kita cerai, tapi apa? kau yang sudah menghalangi perceraian ini. tapi lihat rekasi keluarga mu, mereka menyalahkan ku. Wanita kampung, wanita tak berpendidikan. Tidak bisa mengurus anak. Lalu kenapa kamu masih bertahan dengan ku, mas. Apa salah ku yang lahir dari keluarga yang kurang beruntung. Apa salah ku yang tidak memiliki orang tua? Apa salah ku yang di urus kakek ku sejak kecil?"

"Apa orang sepertiku sangat hian di mata kalian? Apa ibu rumah tangga sangat menjijikan? Jawab aku. jawab aku, mas Elang.." rini menjerit histeris sambil menangis. Lelah! Dia sangat lelah, kenapa orang - orang bisa dengan mudah mengatakan hal hina pada nya.

Elang terdiam, ia meringis melihat isak tangis, Rini. Dia pun tak mengerti dengan apa yang dia rasakan saat ini. Andai saja Rini mau minta maaf, maka tidak akan di tampar, oleh Tika.

"Marilah..." Elang berusaha memeluknya. tapi dengan cepat di tepis. sudah terlambat jika sekarang dia berusaha menenangkan. Harusnya tadi, sejak awal dia di hina di rumah, Mawar.

"Cukup mas, aku lelah. Tolong mengerti aku.. Coba kamu atau mama kamu yang ada di posisiku, setiap hari di hina. Apa kalian sanggup bertahan selama lima tahun. Coba minta mama kamu di hina orang lain selama lima tahun apa yang akan dia rasakan. Apa dia bisa bahagia?"

"Jangankan Lima tahun mas. Mama kamu di jawab saja ucapan nya marah nya sudah bangkit. Jangan hanya bisa menindas orang lain, tapi ketika di sentil sedikit saja kesalahan nya sudah  merasa paling disakiti, sudah merasa paling  dihina. Mas semua orang punya harga diri, bukan hanya kalian yang berasal dari kaya raya memiliki harga diri. Termasuk juga aku yang punya harga diri. tapi aku merasa harga diriku sudah tidak ada setelah menikah dengan mu, Mas."

Deg

Elang kaget mendengar nya. Benarkah begitu? Elang tak ingin percaya dengan apa yang di ucapkan Istrinya. Elang menatap Rini yang sudah berbaring di kasur dengan sesenggukan.

***

"Ali! Hari ini tolong kamu kirimkan bunga buat istriku ke rumah." Ujar Elang pada asisten nya. Ali kaget mendengar nya, selama lima tahun menikah dengan, Rini Ali tak pernah mendengar kalimat seperti itu. Apa dia sedang bermimpi..

"Buat bu Rini?" Tanya nya memastikan.

"Iya lah, emang nya istriku ada berapa, Ali.." Elang terkekeh melihat reaksi, Ali yang kaget tak percaya.

"Maaf. Saya pikir buat bu Mawar."

"Heh, apa kamu bilang, Istriku Rini bukan Mawar. Mawar hanya masa lalu. Lagi pula dia sudah mendapatkan mimpi nya menjadi seorang model besar. Langit dan Senja pun sudah betah bersama, Rini istriku.." Ucap Elang..

"Lalu bagaimana dengan anda, apa anda juga sudah betah dengan bu Rini?"

Hleb..

Elang menelan saliva berat, dia seolah terjebak dengan ucapan nya sendiri..

"Tidak.. Biasa saja". Kilah Elang. gengsinya tinggi tidak mau mengakui apa yang dia rasakan untuk istrinya.

Disaat Ali sudah menerima bunga mawar merah, Dia  berpapasan dengan, Mawar yang datang menemui, Elang. Dilihatnya Ali dengan bunga Mawar merah yang mekar. Hatinya senang, Elang pasti meminta Ali membelikan dirinya bunga MAWAR MERAH.

Langkah nya di percepat mengejar Ali.. "Tunggu, Ali?" Ujar nya girang.

"Eh, iya bu Mawar. Ada apa?"

"Bunga itu pasti Elang yang minta kan?" Ali mengangguk.

"Iya, anda benar bu Mawar. Pak Elang meminta saya mengirimkan bunga ini buat istrinya. Katanya sebagai permintaan maaf atas kejadian semalam.."

Mawar marah mendengar nya. Buat apa pakai kirim bunga segala, lagi pula, kenapa Elang yang minta maaf, harusnya wanita kampung itu yang minta maaf sama mama ku. dia yang sudah merusak acara, kakak ku tadi malam.. Ini tidak bisa di biarkan. Ucapnya kesal. Mawar langsung  pergi menuju ruangan dimana, Elang saat ini berada.

Brak..

Elang kaget, ia mengeram kesal melihat Mawar yang sudah membanting pintu ruangan nya, kalau saja tadi Ali yang melakukan nya, sudah di pastikan Ali di lempar dari gedung tersebut.

"Ada apa, mawar? Kenapa kamu tidak punya sopan sama sekali?" Tanya Elang ketus.

"Ma- maaf Lang, aku terburu - buru saja tadi.. Itu, Lang aku hanya ingin tanya, apa benar  kamu yang minta Ali mengirimkan bunga?" Elang mengangguk pasti.

"Tapi kenapa, lang?"

"Hah. Apanya yang kenapa, memang nya seorang suami di larang membelikan bunga buat istrinya. Tidak kan? Aneh kamu."

Mawar melotot mendengar, Elang mengatainya aneh, belum pernah , Elang mengatakan hal seperti itu selama ini..

"Lang, kau---"

"Pergilah, Mawar aku sangat sibuk hari ini, aku tidak bisa menemani mu ke lokasi syuting.  Oh ya, untuk tadi malam, atas nama istriku aku minta maaf. Sampaikan kata maaf ku pada mama Tika."

"Lang, kamu? Kamu kenapa berubah?"

"Tidak, aku tidak berubah, hanya saja aku baru sadar selama ini sudah abai dengan istriku. Aku bahkan membiarkan banyak orang menghina serta memukul, Rini. Aku saja yang suaminya tidak pernah melakukan kekerasan fisik padanya, tapi orang lain malah seenaknya melakukan hal kasar itu. termasuk mama ku sendiri."

Deg

Mawar syok mendengar nya, jika saja saat ini ada Rini, Mawar akan menjambak rambutnya. Mawar tak akan pernah membiarkan, Rini memiliki, Elang selama nya, karena bagi Mawar Elang adalah miliknya.

**

"Sial. Ini tidak bisa di biarkan, pokoknya aku harus bertindak lebih cepat, jangan sampai wanita kampung itu menang. Tidak! Ini tidak mungkin. Masa sih aku bisa kalah dari wanita kampung itu. Gaya nya saja sudah jauh beda dengan ku."

Mawar kembali ke rumah dengan menggerutu. Dia menyesal sudah pergi ke kantor, Elang.

"Mawar, ada ada sayang?" tanya Tika heran.

"Gawat ma, ini tidak bisa di biarkan.."

"Apa nya?"

"Elang ma, Mas Elang sudah mulai perhatian pada wanita kampung itu, bahkan tadi dia memberikan bunga pada wanita sialan itu. Aku tidak  terima, ma. Elang hanya milikku, Milikku, ma."

"Tenang Mawar, jangan panik. Kita ada Siska, kau tidak melihat betapa bencinya, jeng siska pada wanita kampung itu. Siska bahkan terang - terangan meminta, Elang menceraikan, Ririn demi kamu. Selagi Siska berpihak pada kita, kamu aman sayang. percaya sama mama.."

Mawar pun tersenyum, ia mengangguk kepala pasalnya apa yang dikatakan mama nya adalah kebenaran.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!