[Kau bahkan tidak bertanya bagaimana kondisi ku saat ini, kau malah sibuk mengurusi mama mu. Maka urus saja mama mu. Aku tidak akan pernah mau damai, walau kau menukarnya dengan semua harta yang keluarga mu miliki]
Pesan singkat dari rini membuat Elang semakin frustasi entah harus dengan cara apa dia berusaha membujuk wanita itu, memang benar, ya jika wanita sudah marah tidak mudah untuk meluluhkan nya, butuh banyak tenaga ekstra untuk bisa membuat amarah nya padam.
Sampai di rumah, Elang juga belum mendapati sang istri di rumah. Dia pikir setelah sampai di rumah, istrinya sudah kembali, tapi nyata nya tidak sama sekali.
"Papa. mama kemana, kok belum pulang? Senja kan mau di baca dongeng sama mama." Ujar senja sedih, tadi disaat mereka makan malam, mereka tak mendapati mama nya di rumah, mereka pikir mama nya pergi bersama papa nya. tapi papa nya malah kembali seorang diri.
"Maaf ya sayang, mama kalian saat ini sedang sibuk ada pekerjaan yang tak bisa di tinggal, maka nya mama kalian belum pulang, tapi sebentar lagi mama akan pulang kok."
"Yah, kok gitu sih, kami kan mau mama pa,." Jawab Langit menimpali. Elang pun membawa kedua bocah manis itu kembali ke kamar mereka, dia berusaha membaca dongeng untuk keduanya agar segera terlelap. Disaat sudah tidur, Elang bahkan lupa jika dirinya belum mandi.
"Cih, kemana sih dia, sampai selarut ini belum juga pulang. Apa mungkin dia berada di rumah sakit, ya?"
Elang kembali memanggil istrinya melalui saluran ponsel, tapi yang ada malah di tolak.
[Jangan ganggu aku, urus saja perceraian kita, aku tidak akan pernah kembali lagi ke rumah mu, keputusan ku sudah bulat, aku ingin kita bercerai. dan aku sudah kembali ke rumah kakek ku]
Elang semakin kaget membaca pesan dari sang istri, sesakit itukah yang di rasakan Rini selama ini? sampai harus memilih berpisah, apa tidak ada cara lain atau tidak ada kah sedikit saja rasa kasihan terhadap Langit dan Senja
[Anak - anak mencari mu, pulang lah, kita bicarakan baik - baik. Atau aku jemput kamu sekarang, ya?]
Elang menunggu balasan. tapi sampai larut malam tak juga berbalas. Akhirnya Elang memutuskan pergi ke rumah milik kakek Rini yang sangat sederhana.
Sampai di sana lampu sudah pada padam, ingin masuk ke dalam, Elang takut, takut bila penilaian sang kakek akan buruk pada nya, dia menduga bila kakek nya sudah tau perihal yang mereka hadapi, akhirnya Elang ketiduran di mobil hingga pagi.
Pagi harinya, mata Elang mengerikan beberapa kali, tubuhnya terasa sakit akibat tidur tidak benar. Elang baru menyadari dirinya berada di depan rumah kakek sang istri. dari sana dia bis melihat aktivitas yang dilakukan Rini bersama kakek nya. menjual sayuran hasil kebun kakek nya yang ada di belakang rumah. tidak banyak, tapi cukup untuk memenuhi kebutuhan kakek tua tersebut.
Elang perlahan turun dari mobil nya, ia yakin bila pemilik rumah pasti sudah mengetahui keberadaan nya.
"Pagi sayang. pagi kakek." Seru Elang dengan kikuk, Baik kakek nya Rini juga hanya diam, baru saja Rini jujur pada sang kakek, dengan melihat Elang yang tertidur diluar kakek nya menduga bila hubungan mereka tidak baik - baik saja. Akhirnya Rini pun menceritakan semua kejadian yang menimpa nya selama menikah.
Sebagai seorang kakek yang sudah mengurus Rini sejak kecil. Dia sangat kecewa apa lagi melihat kondisi cucunya yang mengenaskan, siapa pun akan sangat sakit hati.
"Mau apa kamu kemari?" tanya kakek nya dengan ketus
Elang syok mendengar nya, ia melirik Rini sekilas namun yang dilirik cuek tak perduli.
"Kek, aku.."
"Sudah benar apa yang di putuskan cucuku, selesaikan perceraian kalian, jika kedatangan mu kemari untuk kebebasan mama mu, kamu akan mendapatkan nya setelah kalian resmi bercerai."
Deg
Elang langsung menatap tajam pada Rini, ia sungguh tak aad kepikiran untuk bercerai. kenapa istrinya itu yang ada di pikiran nya hanya cerai dan cerai.
"Kek, kami--"
"Jangan buang - buang waktu mu, aku masih sanggup memberi makan cucuku walau tak seenak makanan di rumah mu, aku juga masih bisa memberikan tempat berteduh buat cucu ku walau tak sebesar rumah mu. Lepaskan cucuku karena dia sangat berharga bagiku. Walau kami miskin bukan berarti kalian seenak nya saja memperlakukan cucuku dengan sesuka kalian. Disaat kau datang padaku meminta cucu ku, aku percaya kalau kau akan menjaga nya dengan baik. tapi aku salah, aku malah menyerahkan cucuku pada seorang Monster berwujud manusia."
"Kek, aku--" Suara Elang tercekat ia tak mampu menjawab, pria tua itu terlalu rapuh bila disakiti, sakit nya Rini sakit nya juga.
"Pulang lah, jangan buang waktu mu, kau jangan khawatir, Rini tidak akan menuntut apa pun darimu. Hanya satu yang Rini ingin kan, yaitu bebas dari mu. Lagi pula setelah kondisinya membaik, Rini akan pergi ke luar Negeri sebagai TKI. Di Sana dia bisa mengumpulkan uang sebagai modal usaha nya nanti."
Elang geleng kepala, tak percaya jika rini dan kakek nya sudah merencanakan semuanya dengan sempurna.
"Tidak kek, aku mohon berikan aku kesempatan sekali saja, kami sudah menikah selam lima tahun, mana mungkin kami bercerai dengan semudah itu, Jangan pisahkan kami kek, aku mohon"
"Itu kamu tau, kamu sendiri yang bilang jika pernikahan kalian sudah lima tahun, selama itulah kalian sudah di beri kesempatan untuk saling mengenal. jadi untuk itu, jangan persulit semuanya. Rini juga berhak untuk bahagia, lagi pula apa kamu tidak ingin nyonya Siska bebas dari penjara? Pergilah nak, pulang lah. "
Gagal membujuk Rini dan kakek nya, Elang kembali pulang dengan hampa, Jujur saja dia tak ingin berpisah. Elang juga sadar jika drinya tidak mencintai istrinya sama sekali. tapi untuk pisah rasanya juga sangat berat. Elang tak tau apa yang dia rasakan saat ini untuk istrinya.
***
"Elang, apa istrimu di rumah?" Tanya Rahmat, dia datang pagi itu ke rumah putra nya untuk bertemu, Rini menantu mereka. Rahmat ingin bicara, semoga saja bila Rahmat yang membujuk Rini akan sedikit iba .
"Rini sudah tidak tinggal di rumah ini lagi pa." Ujar Elang lesu.
"Jadi, kau setuju untuk bercerai?" Rahmat kaget mendengar nya. Elang langsung menatap tajam papa nya, mana ada dia mengatakan mereka akan bercerai, Elang mengatakan kalau rini tidak tinggal di rumah. Entah dari mana Rahmat mengambil kesimpulan seperti itu.
"Lalu kemana istrimu pergi, papa ingin bicara, kasihan mama mu terlalu lama di penjara, Lang. papa tidak tega."
"Pa, kenapa hanya mama saja yang kasihan, aap papa juga tidak kasihan pada ku, kenapa kalian sangat egois, rini ngotot cerai, dan sampai kapan pun aku tidak akan pernah mau cerai.." tegas Elang.
"dan kamu memilih mama mu tetap berada di sana?"
Deg
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments
Mukmini Salasiyanti
gak suka, gk cinta?
jd bgmn??????
aneh sangat laaaaa
2023-11-13
1