Marah

"Dari mana kamu pulang malam begini?"

deg

Rini kaget, dia pikir suaminya sudah tidur sebab dirinya pulang ke rumah disaat semua penghuni rumah sudah pada tidur. Elang menatap tajam istrinya yang kaget.

"Mas Elang, kamu belum tidur?"" Tanya nya pelan, Ia tau jika dirinya salah akibat sudah pulang larut malam.  Kalau saja bukan karena di minta kakek nya, Rini kembali pulang. Maka dia tidak akan pernah pulang. Rini lebih memilih tinggal bersama kakek nya di rumah sederhana dari pada di rumah mewah tapi hati tidak tenang.

"Jawab aku, Rini.  Dari mana kamu hingga pulang larut begini?" Tanya nya kembali

"Dari luar. Sudah mas, aku mau bersih - bersih dulu.." Rini langsung melipir masuk kamar mandi.. Elang yang mendengus kesal, Rini sudah berubah, bahkan dirinya di abaikan, apa lagi  Rini meninggalkan tanggung jawab nya di rumah. Tidak mengurus  anaknya serta dirinya disaat makan malam.

Sepuluh menit, Rini keluar dari kamar mandi dengan tampilan lebih segar lagi. Dilihatnya, Elang dengan tatapan sinis nya.

Langsung tidur tanpa mau bicara lagi.. "Kenapa kamu langsung tidur? Kamu belum jawab pertanyaan ku.." Ucap Elang kesal.

Di tunggu hingga lima menit, ririn tak juga bicara, dia  sudah menutupi dirinya dengan selimut dengan memunggungi suaminya.

"Rini. Kau mendengar ku, kan? Aku sedang bicara.."

"Aku sudah tidur." Jawab Rini cuek.

"Tidur? Lalu kok bisa bicara?"

"Terserah Aku dong. sebaiknya kamu juga tidur, Mas. Besok kan kamu kerja. Besok kamu juga akan mengantar Mawar syuting keluar kota.."

"Cek.. kamu bicara apa sih. Mana ada aku besok mengantar Mawar syuting keluar kota, jangan ngarang kamu?"

"Lah, biasanya juga begitu, kau selalu mengantar, Mawar pergi syuting. Sekalian saja antar wanita itu syuting keluar Negeri, kalian bisa sekalian bulan madu.."

Elang kesal mendengar nya, ia membalikkan tubuh istrinya dengan kasar.

"Ngomong apa  kamu tadi?"

"Tidak ada. lepaskan aku. Aku lelah seharian ini.." Rini menepis kasar tangan suaminya, lalu kembali berbalik kembali pula menutup tubuhnya dengan selimut hingga kepala.

"Kau kenapa sih, Rini. Kenapa kamu berubah. Kau bahkan pergi hari ini keluyuran. tidak mengurus anak - anak. Tidak mengurusku. Jawab aku, kemana kamu pergi hari ini?" tanya nya kesal. Rasanya Elang sudah tidak sabar lagi menunggu jawaban dari mulut istrinya.

"Mencari pria penggantimu. Pria yang mau mencintaiku, memberiku kebahagiaan." Jawab nya asal.

"Apa kata mu. beraninya kau.."

"Apa?"  Rini sudah merubah posisinya, selimut nya di buang hingga jauh di lantai, di tatapnya, Elang dengan tajam.

"Apa lihat - lihat, mas. Memang nya kamu saja yang bisa marah. Aku juga bisa marah, ya?" Ucapnya. Rini bangkit dari  kasur, ia ingin pindah tidur di kamar tamu, berada di dekat suaminya akan membuat dirinya semakin muak.

"Mau kemana kamu?" Tanya Elang.

"Ke laut. Kenapa? Mau ikut?"

"Rini.." Elang yang kesal sontak berdiri di raih nya tangan Rini lalu di lempar ke  kasur.

"Mas, apa yang kamu lakukan?" Tanya nya panik. Elang sudah menindih tubuh, Rini. Tangan nya di letakkan di sisi bantal.

"Kenapa kamu berubah? Kau sudah lupa dengan tanggung jawab mu?"

"tidak. lepas mas, tubuh mu berat, aku tidak mau, ya. Kalau mas seperti ini padaku. lepas tidak?"

"Tidak akan. katakan padaku. dari mana kamu seharian ini?"

"Mengantar anak sekolah, lalu ke perusahaan mu, setelah itu pergi ke Mall, terakhir aku pergi ke rumah kakek. Sudah minggir aku sudah menjawab pertanyaan mu.  Apa kau melarang ku mengunjugi kakek ku?"

Elang terdiam. ia menyingkir dari tubuh istrinya. "Sial,  harusnya tadi aku pergi ke rumah  kakek nya, kenapa aku tidak berpikir sampai kesana ya." Bisik Elang dalam hati.

***

"Pagi mama!" Seru Langit dan Senja secara bersamaan. Mereka sudah rapi dengan seragam sekolah mereka berdua.

"Pagi sayang. Wah! Anak mama sudah pada rapi, ya. Siapa  yang bantu Senja kuncir rambut, nak?"

"Bibi, ma. Senja cantik kan, ma."

"Tentu dong, anak mama selalu cantik." Puji nya, membuat Senja tersipu malu.

"Pagi sayang." seru Elang pada kedua hatinya. Kan, dan lagi - lagi dia tidak menyapa istrinya, padahal Rini juga ada di sana.

"Ayo silahkan duduk, kita sarapan." Ucap Rini. Mereka pun mengambil duduk mereka masing - masing. Lalu menikmati sarapan yang di buat, Rini untuk keluarga kecilnya.

"Oh, ya nanti malam ada acara di rumah Davit. katanya sih syukuran atas rumah barunya. Nanti siap kan anak - anak, ya. Kita pergi bersama" Ucap Elang. rini hanya mengangguk. Selera  makan nya sudah hilang. hal ini yang membuatnya sedih, Bila berkumpul bersama kelurga itu, maka jiwa nya dipastikan tidak akan baik - baik saja.

Selesai sarapan. Elang membawa kedua anaknya berangkat ke kantor tanpa    Rini.. Baru saja Elang pergi, Mawar sudah tiba di rumah.

"Cek, mau apa lagi sih dia." Kesal Rini. Dia berbalik hendak masuk kedalam rumah, tapi di cegat, mawar.

"Eh, tunggu dulu kacung.."

"kenapa kamu buru - buru sekali, kamu tidak melihat aku datang?"

"Aku tidak melihat apa pun. permisi aku harus pergi.."

"Tunggu.. Kau ini, baru jadi kacung di rumah mewah suamiku saja sudah sombong.. Aku hanya ingin bilang, nanti malam ada acara di rumah kakak ku, Davit. kau harus datang, dandan yang cantik, Rini jangan buat kakak ku malu menerima tamu kampungan seperi kamu.." Ucapnya sinis.

"Dasar pelakor tak tau malu." Ucap rini.

"Apa kata mu. kau berani padaku. Enak saja kau mengatai pelakor. Kamu yang merebut Elang dariku.  Harusnya kamu pergi, karena pemilik Elang sesungguhnya sudah kembali. Aku akan kembali bersama suami serta anak - anak ku." Ucap mawar dengan senyuman yang mengembang.

"Haha.." Rini tertawa terbahak.

"Apa yang lucu kacung. Kenapa kau tertawa, oh aku tau kau pasti depresi akibat semua yang kamu alami, kan? Ayo ngaku."

"Cek. Tidak tau malu. Mas Elang bilang kau bukan mantan istrinya, tapi mantan tunangan nya. dan Langit , Senja juga bukan putrimu, tapi putra saudara kandung nya yang sudah  tiada."

Mawar melotot mendengar nya. ia kesal. Karena apa yang di sampaikan Rini benar adanya.

"Kau tidak percaya, itu artinya kau menuduh mama Siska berbohong. Awas saja, nanti malam tunggu bagian mu. Sudah sana, buat kan minuman  untuk ku. Kau kan saudaranya Ijah.."

"Bi. Bi Ijah. Berikan air kran buat tamu tak tau malu ini. Aku bosan melihat nya datang setiap hari ke rumah ku." Rini berteriak memanggil pembantu yang sibuk di dapur, lalu dia langsung pergi melangkah menuju kamar nya.

Para pelayan yang mendengar nya tertawa pelan, apa lagi  melihat reaksi, Mawar yang mengeram marah.

"Awas saja kau wanita sialan. nanti malam kau pasti  mendapat akibatnya, mama Siska pasti akan membelaku." Ucap Mawar dengan bangga. Namun Rini tak perduli, ia terus  melangkahi anak tangga hingga ke kamar nya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!