"Kenapa kau membiarkan putra dan cucuku pergi cepat. Biasanya jam segini mereka masih dirumah.. Oh, aku tau kau pasti sengaja ingin menjauhkan aku dari putra dan cucuku, kan, Rini. Menantu macam apa kamu ini? Dasar wanita tidak tau diri, sudah diangkat derajat kamu tapi kamu masih saja ingin memisahkan aku dari putra dan cucuku." Ucap Mertuanya sinis.
"Ma. Mas Elang ada meeting pagi kata nya, makanya mereka berangkat lebih pagi dari biasanya."
"Halah. Alasan saja kamu. kalau orang tua bicara itu jangan di jawab. kamu tau etika , kan, Rini?"
Rini mendesah pelan. Hatinya lelah menghadapi orang - orang yang ada disekitar nya. Rini yakin, bila dia bertahan satu tahun lagi, mentalnya bisa rusak, Dirinya bisa hancur sehancur - hancurnya. Rini tak ingin hancurr sendiri. rini ingin hidup bahagia dengan versi nya sendiri. tanpa tekanan dan tanpa hinaan.
Siska duduk menikmati cemilan yang di suguh,kan oleh, Rini. Dia juga ikut duduk menemani kedua mertuanya. Sebenarnya, Rini ingin sekali kembali ke kamar, tapi takut di bilang tak sopan lah, tak ada etika. macam - macam hinaan yang dilontarkan mertuanya kalau, rini pergi menyendiri.
"Ijah.. ijah." Teriak Siska..
"Iyah, nyonya. Ada yang perlu?" tanya Ijah. Dia datang berlari dari dapur mendengar teriakan nyonya besar nya.
"Kue ini enak, kau sangat pandai membuat kue memang. Aku yakin putra dan cucuku akan sehat dengan semua makanan yang kamu sajikan." Ujar Siska memuji kue kering yang dia nikmati.
"Kue itu yang buat ibu, rini nyonya. Bukan saya. Saya mah, mana bisa buat kue enak seperti itu." Ujar ijah tak enak hati. dia baru saja mengatakan kalau dirinya tidak sepandai majikan nya memasak.
Phup.. Siska tersedak. Ia langsung mengeluarkan makanan dari mulut nya.
"Kue ini tidak enak. Mulai besok jangan berikan dimakan cucu saya lagi, mereka bisa sakit perut nanti." Ucap nya kesal. Siska tak tau malu baru saja dia mengatakan jika kue yang dimakan nya sangat enak, tapi setelah mengetahui siapa yang menyajikan kue tersebut malah mengatakan sebaliknya. Dasar nenek sihir.
"Jangan besar kepala kamu, Rini. tadi aku hanya menguji, Ijah saja. Aku hanya ingin tau sejauh apa kemahiran pelayan disini bekerja, terutama dengan menu masakan yang di sajikan untuk putra dan cucuku. Kau tau sendirikan. Aku sudah kehilangan dua buah hatiku. Putriku sudah tiada, putra ku juga sudah tiada. tersisa hanya, Elang sekarang. Aku sangat protektif untuk semua yang berhubungan dengan dirinya." Ujar Siska panjang lebar. Rahmat suaminya hanya geleng kepala melihat tingkah laku sang istri. Bukan hal baru lagi, ketika istrinya mengatakan hal macam - macam pada, Rini.
"Kamu kenapa diam saja. Kalau orang tua itu bicara, ya di jawab, Rini. Dasar menantu tidak ada akhlak."
Kepala Rini ingin meledak rasanya. Tadi disaat dia menjawab dikatai tak sopan, disaat dirinya diam juga dikatai tak ada akhlak, mau nya apa sih sebenar nya?
"Ma. Sudah! Mama tidak capek ngomel terus. Lihat Rini, dia pasti sedih mama omelin terus. Rini ini istri serta ibu yang sangat bertanggung jawab."
"Halah, bertanggung jawab apa nya. Sudah bagus. Elang balikan lagi sama, Mawar. Mawar itu menantu idaman mama, pa. Dia cantik, juga lulusan luar Negeri. pendidikan tinggi. pekerjaan nya sekarang sudah mapan. Siapa sih yang tidak mau dapat menantu model, pa." Ucap siska tak mau kalah.
Dan inilah yang membuat, Rini sakit hati. mertuanya malah meminta putranya menikahi wanita lain sementara dirinya masih sehat. mampu mengerjakan semua pekerjaan rumah tangga.
"Ma. pa. Aku ke kamar dulu, mau istirahat, rasanya sangat lelah." Ucap rini. tanpa menunggu jawaban dari mertuanya, Rini sudah melipir pergi dari sana. Kepalanya benar - benar akan pecah jika selalu saja di pojokkan.
"Hei, mau kemana kamu, rini. tuh lihat pa, menantu yang selalu papa belain itu, dia tidak punya sopan santun pa, mama kesal loh." Ujar nya.
***
Malam hari. Rini menemui suaminya diruang kerja. Baru saja dia menidurkan kedua buah hati nya.
"Mas. Aku mau cerai"
Deg
Elang kaget mendengar ucapan istrinya.
Kali ini, Rini harus bertindak tegas. Dia harus bisa keluar dari lingkaran orang - orang yang sudah zalim terhadap dirinya.
Tadinya dia masih ingin memberikan Elang waktu enam bulan ke depan. Tapi melihat sikap dan perlakuan, Elang pada Mawar tadi sore. rasanya sulit baginya menembus hati, Elang. Lima tahun menikah. Tidak ada yang berubah, semua tetap berjalan di tempat. bahkan semakin parah selama satu tahun terakhir. Elang lebih perduli pada Mawar yang kata Elang hanya mantan tunangan nya. tapi Mawar mengatakan bila mereka sudah pernah menikah hingga menghasilkan Langit dan Senja.
Rini tak tau siapa yang harus dia percaya. Selama ini yang dia tau, Elang itu merupakan seorang duda anak dua. Jika Elang tidak menikahi, Mawar dulu lalu siapa ibu yang sudah melahirkan, langit dan Senja
"Kamu ngomong apa sih? kamu lapar? Atau kamu ngantuk? Kalau kamu lapar makan sana, kalau kamu ngantuk tidur sana. Bicara mu ngawur. Sebaiknya kamu pergi istirahat. Aku sibuk." Ucap Elang cuek. Dia mengabaikan ucapan, Rini yang mengatakan kata cerai. Baginya rini hanya bicara omong kosong.
"mas Elang aku serius. Aku mau cerai."
"Huh." Elang meletakkan berkas yang tadi dia pegang. Lalu memutar kursi agar bisa menatap, Rini lekat.
"Kenapa harus cerai. Selama ini kita baik - baik saja. Kamu bisa ngurusin Langit dan Senja, aku bekerja setiap hari. lalu apa alasan mu minta cerai, Rini?"" Ucapnya kesal. Ingin dia menutup mulut, Rini dengan solutif agar tak sembarangan bicara.
"Aku lelah."
"ya sudah istirahat. Aku tidak pernah memintamu mengerjakan semua pekerjaan rumah. Lagian sudah ada pembantu. semua sudah tersedia, Rini. Sudahlah! Jangan ngomong aneh- aneh kamu." Elang kembali memutar kursi kerja nya, ia kembali fokus dengan pekerjaan nya.
"Ya. Tuhan, kenapa jadi seperti ini. mau cerai saja sulit bagiku." Bisik Rini dalam hati.
"Pokoknya aku mau cerai, mas. Kalau mas tidak mau menceraikan aku, biar aku yang menceraikan mu, mas."
Elang terusik mendengar ucapan sang istri.
"Kamu sadar dengan apa yang kamu ucapkan barusan, Rini. Perceraian itu sangat di benci sama Tuhan. Kamu mau masuk Neraka. jangan bicara ngawur kamu. Nikmati saja apa yang sudah aku berikan. Kamu mau shoping, silahkan. Mau beli tas mahal tak masalah. toh aku kerja buat kamu. Buat keluarga kita."
"Mas. Kamu sadar tidak? Kamu tidak pernah menganggap ku ada. Disaat mama dan papa kamu ,menghinaku kamu tak pernah belain kau. Aku hanya merasakan sendiri kesakitan itu tanpa perlindungan darimu, mas. Disaat Mawar juga menghina ku, mengatai kampungan kamu juga tak membelaku. Mas harga diri istri itu ada pada suaminya, jika mas sebagai suamiku tidak bisa melindungi ku. Lalu pada siapa aku minta perlindungan ketika orang lain menghinaku."
Elang kaget melihat, Rini menangis. Dia merasa bersalah. Sebab apa yang di katakan istrinya adalah benar. Elang tak pernah membela istrinya sedikit saja
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments
Mukmini Salasiyanti
bagussss
to the point!!!!
2023-11-11
0