Pergi

Siska berhasil mempermalukan, Rini. Hingga Rini pergi keluar dari Mall. Mawar sangat senang melihat air mata, Rini yang mengalir.

"Hiks. Kenapa kalian tak henti - hentinya menyiksa ku. Apa salahku?" Lirih Rini. Dia duduk di taman kota, niat hatinya ingin pergi belanja dapur tapi  malah mendapat penghinaan luar biasa.

"Huh. keputusan ku memang sudah tepat. yaitu bercerai. Jika ingin hidup bahagia, aku harus bisa keluar dari zona itu. Mungkin aku tidak akan tinggal di rumah mewah setelah bercerai. tapi tak apa, asal hatiku baik - baik saja.."

Sebelum pergi ke rumah kakek nya, Rini mengirimkan pesan pada sopir untuk menjemput langit dan Senja di sekolah. Dia juga mengatakan akan pulang malam, dan berpesan tak perlu menunggu nya makan malam di rumah. Ponselnya di sengaja di buat off. ia ingin menghabiskan waktu nya bersama kakek nya tanpa gangguan dari siapa pun, termasuk suaminya.

Pukul dua belas  siang. Elang kembali ke rumah, setelah selesai meeting dia langsung pulang untuk melihat kondisi, Rini. Elang khawatir jika Rini sampai benar - benar menggugatnya.

"Kemana dia?" Tanya nya pada dirinya sendiri, Kamar mereka tampak kosong. tak ada sosok yang di cari.

"Bi. Bibi. Mana Ibu?" Tanya nya

"Ibu belum pulang tuan, Bukankah tadi pagi pergi mengantar Langit dan Sena ke sekolah bersama, tuan?"

Deg

Elang kaget mendengar nya,  sudah sejak pagi tadi, Ririn pulang, tapi sampai siang begini kemana, Rini pergi?

"Ya sudah, saya pergi mencari istri saya dulu, Bi."

Baru saja Elang keluar dari rumah, mama serta mantan tunangan nya sudah kembali dengan membawa banyak belanjaan.

"Elang. Kebetulan sekali kamu ada di rumah, kita makan saing bersama, yuk." Ujar Mawar senang. mawar membayangkan, Rini pasti akan semakin menderita melihat kedekatan nya bersama, Elang dan mertuanya yang lebih perduli, perhatian serta lebih memihak pada nya.

"Aku sibuk." Ucapnya lalu melenggang pergi.

"Elang. tunggu!" Seru Mawar.

"sudah, biarkan saja, kita bisa makan malam bersama nanti disini. menunggu waktu malam tiba kita istirahat dikamar tamu saja."

Mawar mendesah pelan. Ia pasrah, dikira bisa membuat Rini cemburu seperti biasanya.

Ditempat lain, Rini baru saja sampai dirumahnya kecil milik kakek nya. setelah puas menangis di taman, Rini pergi ke minimarket belanja keperluan dapur di rumah kakek nya.

"Rini. kau datang, nak?" Seru  kakek nya tersenyum, ia memeluk Rini dengan sayang. Rini yang dia urus serta di besarkan dengan penuh kasih sayang.

"Kakek aku merindukan mu."

"Masuklah. kamu sudah lama  tidak mampir. pasti kamu sibuk mengurusi putra putrimu, ya."

Rini tersenyum sambil mengangguk.

"Rini, kakek sudah semakin tua, kapan kira - kira kamu memberikan kakek cicit. Sebelum menutup mata, kakek sangat ingin melihat mu menimbang bayi mungil. Apa kalian masih menunda punya momongan? Atau apa yang dikatakan mertuamu tentang kamu benar? Jika kamu adalah mandul?"

Deg

Rini kaget mendengar nya. Tega sekali mertuanya mengatakan hal seperti itu. Ya, Rini sadar sudah lima tahun pernikahan mereka, dia tak kunjung bisa hamil. Bagaimana bisa hamil, kalau suaminya tak mau menyentuhnya. Rasanya Rini ingin bicara jujur pada pria renta tersebut. tapi Rini tidak mau kakek nya sedih, itu akan membuat beban pikiran, kakek nya tidak baik.

"Kakek, aku bawa banyak bahan makanan. Apa aku masih bisa  masak disini?" tanya nya. ia mencoba mengalihkan topik pembicaraan mereka.

"bisa dong, kenapa tidak bisa. Dulu kamu juga yang masak di rumah kita, nak. Sampai kapan pun kamu berhak, bahkan sangat berhak memasak di rumah ini.."

Rini mengangguk, ia melipir pergi ke dapur dengan bahan masakan yang dia bawa.  Andai kakek tau apa yang terjadi pada ku pasti kakek akan sangat sedih." Bisiknya dalam hati.

Sedang ditempat lain, Elang beberapa kali mengumpat. Sudah berapa kali dirinya menghubungi sang istri namun gagal. Ponsel istrinya tak  terhubung.

"Kemana sih dia. Buat apa punya ponsel kalau tidak bisa di hubungi.  Awas saja kamu, Rini jika sampai kamu berani menggugat kan ku beri kamu pelajaran. Enak saja kamu menceraikan aku. Apa kata dunia nanti, sungguh memalukan"

"Jika memang harus ada perceraian, maka aku yang akan menceraikan mu. Tapi tidak sekarang. Lagi pula aku tak pernah berniat menceraikan mu. Menikah hanya sekali seumur hidup. Apa kamu lupa dengan janji pernikahan kita dulu.."

Tidak menemukan keberadaan istrinya, Elang akhirnya kembali ke rumah. Di Sana dia melihat putra - putrinya baru saja kembali dari sekolah.

"Papa." Seru keduanya

"Hap. Dapatkan." Ucap Elang, langsung menggendong kedua bocah tersebut.

"Kenapa mama tidak jemput kami. Pak sopir bilang mama akan pulang malam, dan tak perlu ditunggu makan malam?" Tanya Langit.

Elang kaget mendengar nya. "Siapa yang bilang seperti itu sayang. Mama ikut malam bersama kita ,kok."

"Tapi sopir bilang tadi, mama tidak bisa jemput kami.  Terus mama juga bilang tidak bisa ikut makan malam bersama. Memang nya mama sangat sibuk hari ini, ya pa?" Tanya Langit

"Em, sepertinya begitu, tapi papa akan bantu mama menyelesaikan kesibukan mama kalian. Sekarang kalian kembali ke kamar langsung ganti baju dan istirahat. Biar papa jemput mama kalian. Ok"

"Ok papa." jawab keduanya dengan girang..

Setelah kedua buah hatinya masuk ke kamar mereka, Elang menghampiri sopir nya.

"Mang.. Mang ujang"

"Iya den. Ada yang bisa saya bantu.'

"memang nya istri saya pergi kemana? Langit bilang mamang mengatakan sesuatu pada mereka?"

"Iya den, tadi ibu bilang saya yang jemput mereka ke sekolah, ibu juga bilang  hari ini pulang malam, katanya tidak perlu menunggu ibu makan malam di rumah."

"Memang nya istri saya pergi kemana, mang?"

"Waduh kalau itu sih, saya tidak tau, Den"

Elang mengangguk, ia pun menitipkan rumah pada, sopirnya, lalu pergi menyusuri jalan mencari keberadaan, Rini..

***

Malam hari. Ruang makan sudah di penuhi dengan penghuni rumah. Jangan lupakan, Siska dan Mawar, mereka menunggu momen tersebut, selain menikmati  waktu bersama, Elang, Senja dan Langit, jangan lupakan bonus untuk merusak mental seseorang, siapa lagi kalau bukan, Rini.

Namun sayang nya, sosok yang di incar tidak ada. "Mana istri kamu, lang?" Tanya Siska Sinis. Elang yang ditanya hanya diam, dia juga tidak tau kemana istrinya pergi. Lelah sudah mencari tapi tidak ditemukan.

"Apa mama masih sibuk, pa?" Tanya Langit polos, dia  masih mengingat jelas dengan apa yang dia katakan. masih mengingat jelas jika mama nya katanya sibuk.

"Ck. Sibuk apaan, bukan kah Rini pengangguran. Bisa nya hanya mengabiskan uang kamu saja, lang. tadi saja mama  ketemu dia di Mall. Sudah pasti menghabiskan uang mu." Ujar Siska sinis.

"Mama bertemu, Rini di Mall? Kok mama gak bilang sih?" Elang kaget sekaligus kesal. Andai saja mama nya mengatakan hal itu tadi, sudah pasti Elang menyusul istrinya kesana.

"Buat apa? kamu juga tidak nanya. Jangan biasakan manjain istri kamu. Jangan terlalu royal memberikan uang bulanan buat istri kamu. Mama curiga dia tidak bisa mengatur keuangan keluarga ini. Dengar, Elang. Rini itu kaget dengan apa yang di nikmatnya saat ni. Mama yakin, dia pasti sudah banyak menghabiskan uang mu. Mama tidak rela, Lang."

"Ma. Sudah lah, sebaiknya kita makan." Sela Elang, mama nya selalu saja, mengatakan hal buruk mengenai istrinya..

"Lagian ini sudah malam, ma. Apa mama tidak kasihan sudah meninggalkan papa di rumah sendirian.."

"Elang, papa kamu tidak sendirian, ada banyak pembantu di rumah."

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!