Pengganggu

Seperti biasanya. Rini sibuk di dapur. Bukan hanya Rini saja, jangan lupakan, Mawar. Si Pengganggu dalam hidup, Rini. Di Sana juga ada Siska mertua yang jilid nya di level tertinggi.

pagi itu, Rini bersama Mawar ditemani pelayan menata sarapan di meja makan. Mawar sangat senang hari ini melihat kehadiran, Siska di sana. Dia semakin punya kesempatan mengusik, Rini.

"Pagi, mas Elang. Wah! Kamu sangat tampan sekali hari ini." Puji Mawar

Elang tersenyum mengangguk, ia melirik istrinya yang hanya diam sambil sibuk dengan aktivitas nya.

Langit melirik mamanya yang hanya  diam. Dia tau apa bila mawar yang katanya merupakan ibu kandung nya itu datang ke rumah bersama dengan oma nya akan membuat mama nya sedih.

"Tante jangan mengatakan papaku tampan. Hanya mama yang boleh mengatakan papa tampan. Opa bilang tante itu bukan ibu kandung kami. Ibu kandung kami sudah di surga." Ucap senja. Ia melotot pada mawar yang mengeram kesal.

"Senja. Tidak baik  bicara seperti itu. Ayo minta maaf sama mama Mawar. Mama Mawar ini wanita yang sudah melahirkan kalian ,loh." Ucap Siska.

"Tidak mau. Opa bilang nya, Ibu kandung kami sudah di surga, opa tidak pernah bohong. Beda sama oma. Oma suka bohong. Bilang nya mau beli mainan tapi tidak jadi. Welle." Ujar Senja sambil menjulurkan lidahnya. Tentu saja Siska kesal melihatnya. Dia langsung menatap tajam Rini yang masih membuatkan makanan di piring mereka masing - masing.

"Ini hasil didikan mu, Rini. kau sudah mengubah cucuku layak nya seperti monster. Bagaimana kamu bisa mendidik cucuku dengan baik. pendidikan mu saja, sangat  tidak pantas di banggakan." Ucap siska.

Rini melirik Elang, sontak tatapan mereka bertemu. "Sekali ini saja, mas. Aku mohon bela aku di depan mama dan Mawar. jangan biarkan mereka menghina ku terus menerus." Bisik Rini dalam hati dengan penuh harap.

Ya, Rini sangat berharap mendapat pembelaan dari sang suami. tapi sampai lima menit , Elang masih tetap bungkam, bahkan Elang menikmati sarapan nya dengan baik.

"Oma kenapa jahat sama mama. Mama tidak pernah mengajari kami membenci orang tua. Tapi oma selalu saja jahat sama , mama. Kenapa sih, oma? Apa salah mama sama, oma?" Tanya Langit kesal. Matanya melotot pada sang oma, yang selalu menimbulkan kesedihan di hati mama kesayangan nya.

Ya, dua bulan yang lalu.  Langit dan Senja bertanya pada rahmat, opa mereka mengenai siapa ibu kandung mereka. Sejak dari bayi, usia satu tahun, Rini yang mengasih mereka. Selama ini mereka mengira, Rini adalah wanita yang sudah melahirkan mereka ke dunia ini. Tapi satu tahun yang lalu, kehadiran, Mawar membuat mereka mengetahui bila, Rini, mama yang mereka sayangi ternyata bukanlah ibu kandung mereka.

Sempat kecewa, namun rasa sayang mereka  mengubah segalanya. Apa lagi mengingat perhatian dan rasa sayang Rini yang tulus pada mereka berdua selama ini membuat mereka yakin kalau Rini adalah mama terbaik bagi, Langit dan Senja.

"Elang. kamu lihat sendirikan. Bagaimana Langit dan Senja bersikap pada mama. ini hasil didikan kalian berdua terhadap cucu mama. Pokoknya mama tidak mau tau, cucu mama sebaiknya ikut mama saja. Biar mama yang didik mereka." ucap Siska kesal.

"Kami tidak mau sama oma. kami mau sama mama dan papa. Titik." Teriak Langit kuat

"Langit. Sudah nak, jangan bicara keras  seperti itu sama oma Tidak sopan , nak. Mama tidak apa kok, mama baik - baik saja. Sekarang  habisin sarapan nya, ya sayang." Ucap Rini mengelus kepala putranya dengan sayang.

Hari ini, Rini ikut bersama Elang juga kedua buah hati mereka, atas  permintaan Langit yang ingin diantar kedua orang tua nya. Elang pun mengiyakan permintaan putranya. dan hal itu mampu membuat, Siska dan Mawar kesal.

"Belajar yang rajin , ya sayang. Dengar - dengaran dengan apa yang dikatakan sama ibu guru. Jadi anak yang penurut."

"Iya mama.." Jawab langit dan Senja secara bersamaan.

"Dada mama"

"Dada papa."

Kedua bocah tersebut pergi memasuki gerbang sekolah. Disaat kedua buah hati mereka sudah tak terlihat lagi. Elang melirik istrinya.

"Kamu mau diantar kemana? Pulang ke rumah atau ikut aku ke perusahaan?" Tanya nya menyipitkan mata.

"Kantor pengadilan"

"Buat apa?" tanya Elang heran

"Buat ngajuin gugatan cerai"

"Rini.." Elang mengeram kesal.

"Apa?"

Rini tak takut sama sekali

"Ada apa dengan mu, kenapa dalam otak mu hanya cerai dan cerai. Apa kamu tidak lelah?"

"Tidak. Justru aku sangat bersemangat. Semangat untuk lepas dari pria  pengecut sepertimu."

Elang mengepalkan kedua tangan nya. ia tak suka melihat Rini pembangkang sekarang.

"Kamu kenapa berubah sekarang. Bukan kah tadi malam kita sudah sepakat untuk tidak bercerai?"

"Tidak. Kamu yang mengatakan itu, tapi aku tidak. Lihat saja, mas. Aku akan menggugat mu." Ucap Rini. Melangkah  untuk memanggil taksi agar kembali pulang ke rumah.

"Ikut aku." Elang tak akan membiarkan istrinya kembali ke rumah apa lagi pergi ke kantor pengadilan Negeri. Dia tidak akan mau menceraikan, Rini. Dia sudah nyaman dengan, rini apa lagi, Langit dan Senja nyaman bersama Rini selama ini.

"Mas, lepaskan aku, aku harus pergi ke kantor pengadilan. Aku harus menggugat mu. Mengerti tidak?"

"Tidak. Aku tidak mengerti. dan aku tidak mau kita bercerai."

"Kenapa? Bukankah setelah kita bercerai, kamu bisa menikah dengan, Mawar. kalian bisa rujuk kembali."

Pletok.

Elang yang gemas menyentil kening istrinya. "Rujuk kepalamu, kapan aku menikahi, Mawar hingga kamu bilang rujuk. Sudah berapa kali aku bilang, Mawar itu bukan mantan istriku, tapi mantan tunangan ku. Bukankah dulu kau tau itu?" tanya nya

"Tidak. Yang aku tau kau melamar ku seminggu sebelum pernikahan kita. lalu aku mau karena aku sudah jatuh cinta sama kamu mas pada pandangan pertama." jawab rini dengan polos nya. Elang terkekeh mendengar nya. Baginya, rini merupakan wanita langka di dunia ini.

"Apa! Kenapa kamu ketawa - ketawa seperti itu. tidak ada yang lucu." Ketusnya

"Ada. Istriku lucu hari ini.." Cup. Elang mengecup bibir istrinya sekilas, dan hal itu membuat Rini melotot tak percaya. Selama lima tahun pernikahan mereka bahkan  belum pernah melakukan kontak fisik. Elang seperti menjaga batasan pada, Rini selama ini.

"Kenapa melotot, apa masih kurang? Baiklah, akan ku berikan lagi, kali ini dengan  ******* , ya?" Baru saja Elang memajukan diri, tai sudah dihalangi, Rini

"Stop. jangan mendekat."

"Haha." Elang tergelak sendiri. Lucu melihat Rini yang merona.

"Bukankah ini yang kamu mau. Dulu di tahun pertama pernikahan kita, kau sangat menginginkan sentuhan fisik. tapi setelah lima tahun kita menikah, kenapa kamu menolak ku. kamu tidak ingin?" Tanya Elang sambil menaik turunkan alisnya.

"Tidak. Aku tidak berminat sama sekali."

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!