NovelToon NovelToon

Duda Itu Mengabaikanku

Dicuekin

"Mas. Aku mau ngomong. ini penting." Ujar Rini.

yang di ajak bicara hanya diam saja. tak ada respon sedikit pun. Dia asik dengan gawai di tangan, entah apa yang di lihat di sana, mungkin gawai di tangan lebih menarik dari pada sang istri.

"Mas!"

"Mas Elang. Kamu dengerin aku gak, sih! Aku mau ngomong, loh."

"Apa sih, Rin. Kalau  mau ngomong, ya ngomong saja. Aku dengerin, kok." Sahut nya tanpa menoleh pada sang istri.

Rini jengah melihat nya, apa salah nya coba melihat ke arah istrinya sebentar saja. Padahal jarak mereka tak jauh. Rini duduk  bersandar di kasur, sedang, Elang duduk  di sopa yang ada dikamar mereka.

"Dengerin apa. Kalau ngomong itu biasakan menatap orang yang sedang bicara, Mas. Kelakuan kamu seperti ini yang membuat ku kesal, tau gak. kamu seperti gak menghargai aku sebagai istrimu." Ucapnya penuh dengan kekesalan.

Elang tetap tak menoleh, ia tetap membalas Email dari Erik asisten nya. Mungkin baginya, Milyaran jauh lebih berarti dari pada sang istri yang mengajaknya bicara.

"Mas, kamu anggap aku apa sebenarnya?" Tanya nya kesal, Rini sudah sangat sabar menahan emosi.

"Istri."  Jawab Elang santai, namun tatapan mata terus tertuju paga gawai,. Kali ini dia merubah posisi menjadi bersandar di sopa, menggerakkan tangan mengetik sesuatu di gawai, namun tak lama dia terkikik geli dengan ponselnya sendiri.

"Dasar Gile." Umpat Rini. Ia menarik selimut lalu menutupi tubuhnya hingga kepala.

Elang , melirik istrinya yang sudah tidur menutupi seluruh tubuhnya, hanya geleng kepala. Seperti itu lah terus menerus. Elang sibuk dengan dunia nya sendiri. Dia tak pernah mengajak, Rini ngobrol, Seperti tak pernah merasa dirinya memiliki istri dalam hidupnya.

**

Pagi harinya, pukul lima pagi, Rini sudah bangun, menyiapkan sarapan untuk buah hati. Selama lima tahun pernikahan, Rini mengurus kedua anak sambung nya dengan baik. tak pernah merasa letih atau pun lelah.

Usia kedua anak tersebut sudah menginjak Enam tahun, mereka sudah duduk di bangku kelas satu SD.

"Pagi mama." Ujar Langit yang langsung duduk di kursi tempatnya biasa sarapan setiap pagi.

"pagi juga sayang. Mana Senja apa dia belum selesai, nak?"  tanya nya sambil tersenyum. Senyum  Elang dan Senja lah yang membuat hatinya terobati, Kedua anak tersebut mampu mengusir rasa lelah dan sedih nya.

"Sudah mama, Senja masih menyisir rambut, katanya, Senja ingin di kucir mama rambut nya. Untung saja, Langit anak cowo. Coba saja, Langit anak Cewe, pasti repot, kan ikat rambut setiap  hari." Ucapnya.

Rini terkekeh mendengar nya dia sibuk menatap makanan diatas meja. tak lama Senja pun turun dari tangga dengan muka di tekuk, sudah beberapa kali dia berusaha menguncir rambut nya namun tak sebagus kunciran mama nya.

"Ada apa, sayang?" tanya Elang. Dia bertemu putrinya di tangga, Elang langsung menggendong, Senja mencium pipi putrinya gemas.

"Senja tidak bisa kuncir rambut sebagus buatan mama, Pa. Senja kan harus cantik di sekolah. Kalau Senja tidak Cantik, nanti Bara tidak suka main sama, Senja." Ucap nya sedih, mata Senja sudah berkaca - kaca, bila mata nya di kedipkan, sudah pasti air bening itu jatuh.

"Ya sudah! Minta bantuin mama, dong. Jangan sedih, mama kan sangat jago kuncir rambut adek." Hibur Elang. senja pun mengangguk.

Sampailah mereka di meja makan. "Pagi sayang." Ujar Elang pada putra nya, Langit. Di kecup nya pipi putranya gemas. Nah, kan begitu lah setiap hari, di sana  jelas - jelas ada Rini tapi tak pernah di sapa seperti menyapa  buah hatinya.

"Pa, sapa mama juga dong. Katakan  paga mama, gitu pa. Kata bu guru kita harus sopan pada semua orang yang ada disekitar kita, terutama pada orang yang ada di rumah." Ujar Langit memperingati papanya,. Elang meringis malu dalam hati mendengar apa yang disampaikan putranya itu.

"Ma, rambut Senja gagal di kuncir,  nanti bantuin Senja kuncir rambut yang benar, ya ma. Senja kan harus cantik ke sekolah." Ucapnya sendu.

"Iya sayang, nanti mama kuncir rambut Senja supaya cantik, ya. Putri mama memang sangat cantik." Puji Rini, membuat, Senja kegirangan. Anak perempuan apa bila di puji cantik langsung kembali bersemangat.

Elang bersama, Senja sudah duduk, Rini melayani anak sambung nya serta suami sarapan dengan baik. dan tanpa di duga, datanglah seorang pengganggu yang selalu merecoki hidup, Rini. Siapa lagi kalau bukan Mawar berduri. Begitulah, Rini menamainya. Namanya, Mawar, dia adalah mantan tunangan, Elang yang sempat hampir menikah, tapi Mawar malah hilang disaat pernikahan satu minggu lagi akan dilaksanakan.

"Pagi semua! Wah, kalian lagi sarapan, ya. Kebetulan sekali aku juga belum sarapan."  Ucap Mawar tersenyum, tanpa merasa bersalah, Mawar langsung duduk disebelah, Elang. Rini saja masih berdiri menyiapkan sarapan ketiga orang tersebut, tapi Mawar dengan tanpa berdosa nya sudah mengambil tempat duduk yang seharusnya menjadi tempatnya Rini.

Selama Mawar kembali, Rini tidak pernah lagi duduk di kursi yang seharusnya dia duduki.

"Tante kenapa duduk disitu. itukan tempat mama." Protes Senja tak suka.

"Sayang, kenapa sih kamu masih panggil tante. panggil Bunda, ya. Bunda ini ibu yang sudah melahirkan kalian. Kenapa sih susah sekali mengerti. Kalau tidak percaya tanya, kan saja pada papa kalian." Ucap Mawar tanpa malu.

Elang tak perduli sama sekali, dia fokus menikmati sarapan nya. Dia harus pergi secepatnya  ke kantor untuk meeting.

"Sudah sayang. tak apa kok Mama bisa duduk dimana saja. habiskan sarapan kalian nanti bisa telat ke sekolah. Papa sepertinya sangat buru - buru." Ucap Rini.

Senja tak lagi protes, dia  melahap makanan yang sudah di masakin mama nya.

Selesai sarapan. Rini menyempatkan diri menguncir rambut putri cantiknya agar cantik, kalau Senja tidak terlihat Cantik, jangan harap dia mau pergi ke sekolah.

"Ma. kami pergi dulu, ya. Nanti pulang sekolah kita main lagi." seru Senja berbinar. Langit dan Senja menyalami, Rini. Mereka masuk ke dalam mobil papanya, Mawar pun ikut berangkat bersama mereka.

"Aku pergi dulu bersama  suami dan kedua buah hati kami. Kamu di rumah saja bersih - bersih, tampang mu memang cocok sih, jadi ijah." Bisik Mawar senang. Dia langsung  berlari menuju mobil, Elang.

"Ck, setiap hari selalu saja begitu,  dasar wanita tidak tau malu." Umpat Rini dalam hati.

Rini memandangi mobil suaminya yang sudah pergi menjauh. Dia termenung sendiri. Satu tahun ini, Mawar kembali dalam hidupnya. Hubungan nya dnegan sang suami semakin merenggang. Mawar selalu saja menempeli suaminya tanpa tau malu. Dia mengatakan ingin kembali bersama, Elang. Ditambah lagi kedua orang tua mereka masing - masing saling mendukung.

Pernah sesekali  dirinya ingin menyerah tapi tak tega meninggalkan, Senja dan Langit. Mereka sudah sangat lengket pada nya.

"Nona, ada ibu dan bapak di depan." Ucap pelayan mengagetkan dirinya. Rini tak sadar kedua mertua nya sedang berkunjung.

"begini, ya kelakuan kamu setiap hari, bengong sendiri. Awas kamu kesambet baru tau rasa." Ujar mertua sinis.

Minta Cerai

"Kenapa kau membiarkan putra dan cucuku pergi cepat. Biasanya jam segini mereka masih dirumah.. Oh,  aku tau kau pasti sengaja ingin menjauhkan  aku dari putra dan cucuku, kan, Rini. Menantu macam apa kamu ini? Dasar wanita tidak tau diri, sudah diangkat derajat kamu tapi kamu masih saja ingin memisahkan aku dari putra dan cucuku." Ucap Mertuanya sinis.

"Ma. Mas Elang ada meeting pagi kata nya, makanya mereka berangkat lebih pagi dari biasanya."

"Halah. Alasan saja kamu. kalau orang tua bicara itu jangan di jawab. kamu tau etika , kan, Rini?"

Rini  mendesah pelan. Hatinya lelah menghadapi orang - orang yang ada disekitar nya. Rini yakin, bila dia bertahan satu tahun lagi, mentalnya bisa rusak, Dirinya bisa hancur sehancur - hancurnya. Rini tak ingin hancurr sendiri. rini ingin hidup bahagia dengan versi nya sendiri. tanpa tekanan dan tanpa hinaan.

Siska duduk menikmati cemilan yang di suguh,kan oleh, Rini. Dia juga ikut duduk  menemani kedua mertuanya. Sebenarnya, Rini ingin sekali kembali ke kamar, tapi takut di bilang tak sopan lah, tak ada etika. macam - macam hinaan yang dilontarkan mertuanya kalau, rini pergi menyendiri.

"Ijah.. ijah." Teriak Siska..

"Iyah, nyonya. Ada yang perlu?" tanya Ijah. Dia datang berlari dari dapur mendengar teriakan nyonya besar nya.

"Kue ini enak, kau sangat pandai membuat kue memang. Aku yakin putra dan cucuku akan sehat dengan semua makanan yang kamu sajikan." Ujar Siska memuji kue kering yang dia nikmati.

"Kue itu yang buat ibu, rini nyonya. Bukan saya. Saya mah, mana bisa buat kue enak seperti itu." Ujar ijah tak enak hati. dia baru saja mengatakan kalau dirinya tidak sepandai majikan nya memasak.

Phup.. Siska tersedak. Ia langsung mengeluarkan makanan dari mulut nya.

"Kue ini tidak enak. Mulai besok jangan berikan dimakan cucu saya lagi, mereka bisa sakit perut nanti." Ucap nya kesal. Siska tak tau malu baru saja dia mengatakan jika kue yang dimakan nya sangat enak, tapi setelah mengetahui siapa yang menyajikan kue tersebut malah mengatakan sebaliknya. Dasar nenek sihir.

"Jangan besar kepala kamu, Rini. tadi aku hanya menguji, Ijah saja. Aku hanya ingin tau sejauh apa kemahiran pelayan disini bekerja, terutama dengan menu masakan yang di sajikan untuk putra dan cucuku. Kau tau sendirikan. Aku sudah kehilangan dua  buah hatiku. Putriku sudah tiada, putra ku juga sudah tiada. tersisa hanya, Elang sekarang. Aku sangat protektif untuk semua yang berhubungan dengan dirinya."  Ujar Siska panjang lebar. Rahmat suaminya hanya geleng kepala melihat tingkah laku sang istri. Bukan hal  baru lagi, ketika istrinya mengatakan hal macam - macam pada, Rini.

"Kamu kenapa diam saja. Kalau orang tua itu bicara, ya di jawab, Rini. Dasar menantu tidak ada akhlak."

Kepala Rini ingin meledak rasanya. Tadi disaat dia menjawab dikatai tak sopan, disaat dirinya diam juga dikatai tak ada akhlak, mau nya apa sih sebenar nya?

"Ma. Sudah! Mama tidak capek ngomel terus. Lihat Rini, dia pasti sedih mama omelin terus. Rini ini istri serta ibu yang sangat bertanggung jawab."

"Halah, bertanggung  jawab apa nya. Sudah bagus. Elang balikan lagi sama, Mawar.  Mawar itu menantu idaman mama, pa. Dia cantik, juga lulusan luar Negeri. pendidikan tinggi. pekerjaan nya sekarang sudah mapan. Siapa sih yang tidak mau dapat menantu model, pa." Ucap siska tak  mau kalah.

Dan inilah yang membuat, Rini sakit hati. mertuanya malah meminta putranya menikahi wanita lain sementara dirinya masih sehat. mampu mengerjakan semua pekerjaan rumah tangga.

"Ma. pa. Aku ke kamar dulu, mau istirahat, rasanya sangat lelah." Ucap rini. tanpa  menunggu jawaban dari mertuanya, Rini sudah melipir pergi dari sana. Kepalanya benar - benar akan pecah jika selalu saja di pojokkan.

"Hei,  mau kemana kamu, rini. tuh lihat pa, menantu yang selalu papa belain itu, dia tidak punya sopan santun pa, mama kesal loh." Ujar nya.

***

Malam hari. Rini menemui suaminya diruang kerja. Baru saja dia menidurkan kedua buah hati nya.

"Mas. Aku mau cerai"

Deg

Elang kaget mendengar ucapan istrinya.

Kali ini, Rini harus bertindak tegas. Dia harus bisa keluar dari lingkaran orang - orang yang sudah zalim terhadap dirinya.

Tadinya dia masih ingin memberikan Elang waktu enam bulan ke depan. Tapi melihat sikap dan perlakuan, Elang  pada Mawar tadi sore. rasanya sulit baginya menembus hati, Elang. Lima tahun menikah. Tidak ada yang berubah, semua tetap berjalan di tempat. bahkan semakin parah selama satu tahun terakhir. Elang lebih perduli pada Mawar  yang kata Elang hanya mantan tunangan nya. tapi Mawar mengatakan bila mereka sudah pernah menikah hingga menghasilkan Langit dan Senja.

Rini tak tau siapa yang harus dia percaya. Selama ini yang dia tau, Elang itu merupakan seorang duda  anak dua. Jika Elang tidak menikahi, Mawar dulu lalu siapa ibu yang sudah melahirkan, langit dan Senja

"Kamu ngomong apa sih? kamu lapar? Atau kamu ngantuk? Kalau kamu lapar makan sana, kalau kamu ngantuk tidur sana. Bicara mu ngawur. Sebaiknya kamu pergi istirahat. Aku sibuk." Ucap Elang cuek. Dia mengabaikan ucapan, Rini yang mengatakan kata cerai. Baginya rini hanya bicara omong kosong.

"mas Elang aku serius. Aku mau cerai."

"Huh." Elang meletakkan berkas yang tadi dia pegang. Lalu memutar kursi agar bisa menatap, Rini lekat.

"Kenapa harus cerai. Selama ini kita baik - baik saja. Kamu bisa ngurusin Langit dan Senja, aku bekerja setiap hari. lalu apa alasan mu minta cerai, Rini?"" Ucapnya kesal. Ingin dia menutup mulut, Rini dengan solutif agar tak sembarangan bicara.

"Aku lelah."

"ya sudah istirahat. Aku tidak pernah memintamu mengerjakan semua pekerjaan rumah. Lagian sudah ada pembantu. semua sudah tersedia, Rini. Sudahlah! Jangan ngomong aneh- aneh kamu."  Elang kembali memutar kursi kerja nya, ia kembali fokus dengan pekerjaan nya.

"Ya. Tuhan, kenapa jadi seperti ini. mau cerai saja sulit bagiku." Bisik Rini dalam hati.

"Pokoknya aku mau cerai, mas. Kalau mas tidak mau menceraikan aku, biar aku yang menceraikan mu, mas."

Elang terusik mendengar ucapan sang istri.

"Kamu sadar dengan apa yang kamu ucapkan barusan, Rini. Perceraian itu sangat di benci sama Tuhan. Kamu mau masuk Neraka. jangan bicara ngawur kamu. Nikmati saja apa yang sudah aku berikan. Kamu mau shoping, silahkan. Mau beli tas mahal tak masalah. toh aku kerja buat kamu. Buat keluarga kita."

"Mas. Kamu sadar tidak? Kamu tidak pernah menganggap ku ada. Disaat mama dan papa kamu ,menghinaku kamu tak pernah belain kau. Aku hanya merasakan sendiri kesakitan itu tanpa perlindungan darimu, mas. Disaat Mawar juga menghina ku, mengatai kampungan kamu juga tak membelaku. Mas harga diri istri itu ada pada suaminya, jika mas sebagai suamiku tidak bisa melindungi ku. Lalu pada siapa aku minta perlindungan ketika orang lain menghinaku."

Elang kaget melihat, Rini menangis. Dia merasa bersalah. Sebab apa yang di katakan istrinya adalah benar. Elang tak pernah membela istrinya sedikit saja

Pengganggu

Seperti biasanya. Rini sibuk di dapur. Bukan hanya Rini saja, jangan lupakan, Mawar. Si Pengganggu dalam hidup, Rini. Di Sana juga ada Siska mertua yang jilid nya di level tertinggi.

pagi itu, Rini bersama Mawar ditemani pelayan menata sarapan di meja makan. Mawar sangat senang hari ini melihat kehadiran, Siska di sana. Dia semakin punya kesempatan mengusik, Rini.

"Pagi, mas Elang. Wah! Kamu sangat tampan sekali hari ini." Puji Mawar

Elang tersenyum mengangguk, ia melirik istrinya yang hanya diam sambil sibuk dengan aktivitas nya.

Langit melirik mamanya yang hanya  diam. Dia tau apa bila mawar yang katanya merupakan ibu kandung nya itu datang ke rumah bersama dengan oma nya akan membuat mama nya sedih.

"Tante jangan mengatakan papaku tampan. Hanya mama yang boleh mengatakan papa tampan. Opa bilang tante itu bukan ibu kandung kami. Ibu kandung kami sudah di surga." Ucap senja. Ia melotot pada mawar yang mengeram kesal.

"Senja. Tidak baik  bicara seperti itu. Ayo minta maaf sama mama Mawar. Mama Mawar ini wanita yang sudah melahirkan kalian ,loh." Ucap Siska.

"Tidak mau. Opa bilang nya, Ibu kandung kami sudah di surga, opa tidak pernah bohong. Beda sama oma. Oma suka bohong. Bilang nya mau beli mainan tapi tidak jadi. Welle." Ujar Senja sambil menjulurkan lidahnya. Tentu saja Siska kesal melihatnya. Dia langsung menatap tajam Rini yang masih membuatkan makanan di piring mereka masing - masing.

"Ini hasil didikan mu, Rini. kau sudah mengubah cucuku layak nya seperti monster. Bagaimana kamu bisa mendidik cucuku dengan baik. pendidikan mu saja, sangat  tidak pantas di banggakan." Ucap siska.

Rini melirik Elang, sontak tatapan mereka bertemu. "Sekali ini saja, mas. Aku mohon bela aku di depan mama dan Mawar. jangan biarkan mereka menghina ku terus menerus." Bisik Rini dalam hati dengan penuh harap.

Ya, Rini sangat berharap mendapat pembelaan dari sang suami. tapi sampai lima menit , Elang masih tetap bungkam, bahkan Elang menikmati sarapan nya dengan baik.

"Oma kenapa jahat sama mama. Mama tidak pernah mengajari kami membenci orang tua. Tapi oma selalu saja jahat sama , mama. Kenapa sih, oma? Apa salah mama sama, oma?" Tanya Langit kesal. Matanya melotot pada sang oma, yang selalu menimbulkan kesedihan di hati mama kesayangan nya.

Ya, dua bulan yang lalu.  Langit dan Senja bertanya pada rahmat, opa mereka mengenai siapa ibu kandung mereka. Sejak dari bayi, usia satu tahun, Rini yang mengasih mereka. Selama ini mereka mengira, Rini adalah wanita yang sudah melahirkan mereka ke dunia ini. Tapi satu tahun yang lalu, kehadiran, Mawar membuat mereka mengetahui bila, Rini, mama yang mereka sayangi ternyata bukanlah ibu kandung mereka.

Sempat kecewa, namun rasa sayang mereka  mengubah segalanya. Apa lagi mengingat perhatian dan rasa sayang Rini yang tulus pada mereka berdua selama ini membuat mereka yakin kalau Rini adalah mama terbaik bagi, Langit dan Senja.

"Elang. kamu lihat sendirikan. Bagaimana Langit dan Senja bersikap pada mama. ini hasil didikan kalian berdua terhadap cucu mama. Pokoknya mama tidak mau tau, cucu mama sebaiknya ikut mama saja. Biar mama yang didik mereka." ucap Siska kesal.

"Kami tidak mau sama oma. kami mau sama mama dan papa. Titik." Teriak Langit kuat

"Langit. Sudah nak, jangan bicara keras  seperti itu sama oma Tidak sopan , nak. Mama tidak apa kok, mama baik - baik saja. Sekarang  habisin sarapan nya, ya sayang." Ucap Rini mengelus kepala putranya dengan sayang.

Hari ini, Rini ikut bersama Elang juga kedua buah hati mereka, atas  permintaan Langit yang ingin diantar kedua orang tua nya. Elang pun mengiyakan permintaan putranya. dan hal itu mampu membuat, Siska dan Mawar kesal.

"Belajar yang rajin , ya sayang. Dengar - dengaran dengan apa yang dikatakan sama ibu guru. Jadi anak yang penurut."

"Iya mama.." Jawab langit dan Senja secara bersamaan.

"Dada mama"

"Dada papa."

Kedua bocah tersebut pergi memasuki gerbang sekolah. Disaat kedua buah hati mereka sudah tak terlihat lagi. Elang melirik istrinya.

"Kamu mau diantar kemana? Pulang ke rumah atau ikut aku ke perusahaan?" Tanya nya menyipitkan mata.

"Kantor pengadilan"

"Buat apa?" tanya Elang heran

"Buat ngajuin gugatan cerai"

"Rini.." Elang mengeram kesal.

"Apa?"

Rini tak takut sama sekali

"Ada apa dengan mu, kenapa dalam otak mu hanya cerai dan cerai. Apa kamu tidak lelah?"

"Tidak. Justru aku sangat bersemangat. Semangat untuk lepas dari pria  pengecut sepertimu."

Elang mengepalkan kedua tangan nya. ia tak suka melihat Rini pembangkang sekarang.

"Kamu kenapa berubah sekarang. Bukan kah tadi malam kita sudah sepakat untuk tidak bercerai?"

"Tidak. Kamu yang mengatakan itu, tapi aku tidak. Lihat saja, mas. Aku akan menggugat mu." Ucap Rini. Melangkah  untuk memanggil taksi agar kembali pulang ke rumah.

"Ikut aku." Elang tak akan membiarkan istrinya kembali ke rumah apa lagi pergi ke kantor pengadilan Negeri. Dia tidak akan mau menceraikan, Rini. Dia sudah nyaman dengan, rini apa lagi, Langit dan Senja nyaman bersama Rini selama ini.

"Mas, lepaskan aku, aku harus pergi ke kantor pengadilan. Aku harus menggugat mu. Mengerti tidak?"

"Tidak. Aku tidak mengerti. dan aku tidak mau kita bercerai."

"Kenapa? Bukankah setelah kita bercerai, kamu bisa menikah dengan, Mawar. kalian bisa rujuk kembali."

Pletok.

Elang yang gemas menyentil kening istrinya. "Rujuk kepalamu, kapan aku menikahi, Mawar hingga kamu bilang rujuk. Sudah berapa kali aku bilang, Mawar itu bukan mantan istriku, tapi mantan tunangan ku. Bukankah dulu kau tau itu?" tanya nya

"Tidak. Yang aku tau kau melamar ku seminggu sebelum pernikahan kita. lalu aku mau karena aku sudah jatuh cinta sama kamu mas pada pandangan pertama." jawab rini dengan polos nya. Elang terkekeh mendengar nya. Baginya, rini merupakan wanita langka di dunia ini.

"Apa! Kenapa kamu ketawa - ketawa seperti itu. tidak ada yang lucu." Ketusnya

"Ada. Istriku lucu hari ini.." Cup. Elang mengecup bibir istrinya sekilas, dan hal itu membuat Rini melotot tak percaya. Selama lima tahun pernikahan mereka bahkan  belum pernah melakukan kontak fisik. Elang seperti menjaga batasan pada, Rini selama ini.

"Kenapa melotot, apa masih kurang? Baiklah, akan ku berikan lagi, kali ini dengan  ******* , ya?" Baru saja Elang memajukan diri, tai sudah dihalangi, Rini

"Stop. jangan mendekat."

"Haha." Elang tergelak sendiri. Lucu melihat Rini yang merona.

"Bukankah ini yang kamu mau. Dulu di tahun pertama pernikahan kita, kau sangat menginginkan sentuhan fisik. tapi setelah lima tahun kita menikah, kenapa kamu menolak ku. kamu tidak ingin?" Tanya Elang sambil menaik turunkan alisnya.

"Tidak. Aku tidak berminat sama sekali."

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!