Mawar kesal sendiri. Dilihatnya jam melingkar ditangan sudah pukul delapan seharusnya, Rini sudah tiba di rumah.
"Cek, kemana sih wanita kampung itu, ma. Kenapa dia lama sekali. Apa mungkin dia pergi shoping setelah mengantar Langit dan Senja ke sekolah?" tanya nya kesal.
"Nah, ini nih. Ini yang mama tidak suka. pokoknya kamu harus bisa mengambil perhatian, Elang. mama lihat sampai sekarang Elang masih mencintaimu. Elang belum bisa move dari kamu, sayang."
Mawar senang mendengar nya. Dia mendapat dukungan dari calon mertua juga dengan kedua orang tuanya.
"Wanita kampung itu pasti menghabiskan uang putraku. Elang masu sampai kapan sih mempertahankan dia. Sudah bagus di cerai, lalu menikah dengan mu. Mama tak habis pikir dengan jalan pikiran, Elang. Kamu lihat sendiri, kan. Langit dan Senja sudah berani melawan mama. Apa kata putra dan putriku jika melihat anak yang mereka melahirkan tidak tumbuh dengan didikan yang baik.."
Siska mendesah pelan. Entah kenapa dia tak suka pada, Rini. Padahal tidak ada cela sedikit pun dari Rini yang bisa dia buat sebagai suatu kesalahan.
"Ma, tenang saja, aku pasti bisa membawa Elang kembali ke jalan yang benar. Mama jangan khawatir. Sepertinya wanita itu akan kembali lama. Bagaimana kalau kita pergi shoping saja, ma." Ucap Mawar. siska mengangguk senang. hal inilah yang dia suka dari Siska, mereka sama - sama suka happy dengan menghabiskan banyak uang.
***
"Mas, aku tidak mau. Sebaiknya aku kembali ke rumah saja. Aku tidak mau ikut ke kantor kamu." Tolak, rini. Dia tidak betah berada di kantor suaminya, mengingat dirinya pernah di permalukan mertuanya di hadapan banyak karyawan, entah bagaimana dia nantinya menghadapi mata jilid di sana.
"Sebentar saja, kamu ikut aku. Kamu bisa melakukan apa saja di ruangan ku. Ayo." Elang tetap memaksa, Rini turun dari mobilnya. Dia tak akan membiarkan cela buat Rini menggugatnya.
Sampai di ruangan nya, Rini di bawa duduk. "kamu tunggu aku disini, aku ke ruang meeting dulu.." Ucap Elang. Dia mengambil beberapa berkas yang ada di meja kerjanya.
Rini mendengus kesal, mau tak mau dia terpaksa terkurung di sana. Baru saja Rini menyandarkan tubuhnya di sopa. Sudah ada sang sekretaris suaminya masuk.
"Wah! Ada wanita kampung yang berubah menjadi Cinderella nih." Ucapnya sinis. Dengan hasutan serta perintah dari sang nyonya besar. Santi berani menghina, Rini. Dia sama sekali tak pernah menganggap, Rini sebagai istri dari bos nya.
"Kamu kenapa sih, Santi. Selalu saja membuatku kesal. Kamu sungguh tidak sopan. kalau mas Elang mengetahuinya kamu bisa di pecat, loh."
"Haha. Tidak mungkin. Memang nya apa yang kamu harapkan. Bukan nya sudah sering kamu di hina tapi pak Elang tidak membela mu sedikit saja. Sebaiknya kamu sadar diri, kamu pergi menjauh dari hidup pak, Elang. Mawar jauh lebih baik darimu.."
"Jaga ya, mulut mu itu, jangan sembarangan bicara. Aku bisa saja memecat mu kalau aku mau.."
"Haha." Santi tergelak mendengar nya, baginya apa yang dikatakan, Rini sangat lucu. rini begitu percaya diri mengatakan akan memecat dirinya, sedang dirinya bukan apa - apa di sana.
Plak
Rini syok, ia tak menduga bila, Santi akan seberani itu menamparnya.
"Kau! kau menamparku?" tanya Rini tak percaya.
"Bukan hanya menamparmu saja., Aku bahkan sudah dapat perintah dari nyonya Siska akan membuat hidupmu tak tenang. pergilah menjauh, biarkan pak Elang bersatu dengan Mawar. kau sangat tidak selevel dengan pak, Elang "Ucapnya sinis.
"Apa yang kamu lakukan, Santi?" Tanya Elang dengan mata tajam nya. Ia tak menyangka jika Santi seberani itu pada istrinya. Bukankah Rini merupakan atasan nya juga, secara Rini adalah istrinya.
"Pak-pak Elang. Maaf kan saya pak, saya tidak sengaja. Saya-"
"Pergi. keluar kamu." Teriak, Elang menggelegar. Santi dengan cepat melipir dari sana. Ia ketakutan, takut bila dirinya di pecat. Tapi secepat kilat dia senang tidak akan mungkin di pecat, Elang. Karena ada nyonya Siska yang selalu melindunginya.
"Kau baik - baik saja?" tanya Elang, tangan nya terangkat untuk mengelus pipi istrinya yang memerah.
"Apa peduli mu. Bukankah hal seperti ini sudah terjadi? Kemana saja selama ini, mas. Kemana saja? Kenapa baru sekarang kamu perduli. Apa kamu tau, sudah berapa banyak orang yang memukulku?"
Tes
Menetes sudah air mata, Rini. Dia langsung pergi keluar dengan air mata mengalir.
Elang yang merasa bersalah, ingin mengejar istrinya, namun dia teringat dengan meeting pagi itu, elang kembali ke ruangan nya hanya untuk mengambil sesuatu yang tertinggal. tapi malah mendapati sekretarisnya melakukan hal tak terduga pada, sang istri.
"Sial. Ini semua akibat wanita itu." Umpatnya mengeram kesal.
"Kau, selesai meeting temui aku di ruangan ku, jangan harap kau bisa lolos dariku." Ujar Elang kesal. Dia melangkah pergi menuju ruang meeting.
Rini yang sedih pergi ke Mall, dia ingin menyenangkan hatinya dengan menikmati ice cream. Jika kembali ke rumah, Rini yakin mertuanya dan juga, Mawar pasti berada di rumah, itu tidak akan baik untuk kesehatan mentalnya.
"Huh. Selalu saja begini. Entah sampai kapan aku menderita. Kalau saja aku bisa memutar waktu aku akan memilih hidupku yang dulu.."
"Kakek apa kabar ya? pasti saat ini kakek kesepian di rumah. Bagaimana kalau aku belanja banyak kebutuhan dapur, lalu aku pergi ke rumah kakek, memasak di sana makanan kesukaan kakek." Bisiknya. Seketika, Rini tersenyum membayangkan wajah renta kakek nya. Dia pun pergi menuju tempat bahan makanan. Namun belum sampai dia ditempat yang di tuju. Rini malah bertemu dengan, Mawar dan mertuanya.
"Wah! Ada Cinderella dari kampung, ma." Seru Mawar. Hal yang di tunggu nya malah datang sendiri pada nya.
"Benar dugaan mu, Mawar. Wanita kampung ini ternyata malah asik belanja. Putraku capek kerja, malah dia datang shoping menghabiskan uang, Elang. Licik sekali kamu, Rini."
"Ma, aku tidak melakukan hal yang mama tuduhkan, aku hanya belanja kebutuhan dapur, kok." Elaknya, Dia memang tidak bohong karena tujuan nya kesana untuk beli bahan makanan, tapi bukan untuk di bawa ke rumah melainkan ke rumah kakek nya.
"Nah, kan. Apa mama bilang, mawar. Wanita kampung ini sudah berani melawan mama. Ini yang tidak mama suka, selain dia kampungan dia juga pintar bicara. Elang sangat menderita menikahi kamu."
Suara Siska yang cukup keras mengundang perhatian banyak orang yang melintas, Rini sangat malu, apa lagi banyak suara yang dia dengar mengatakan dirinya wanita tak tau malu..
"Cukup!" teriak Rini kencang. Air matanya sudah menetes, entah kenapa selama satu tahun terakhir ini, Rini suka sekali menangis.
"Kalian tidak tau apa - apa tentang aku, kalian tidak berhak menilai ku. Iya aku memang wanita yang tidak berpendidikan tinggi seperti kalian. Tapi kalian tidak berhak mengatakan seperti itu." jerit Rini pilu.
"Nah, apa saya bilang ibu - ibu, wanita ini yang sudah menghasut putra ku untuk menikahinya. Dia pula yang menjebak putra ku agar bisa menikmati kekayaan putra ku. Dan lihat lah. Mawar perempuan cantik yang ada disampingnya. Dialah yang seharusnya menikah dengan, Elang putraku, tapi akibat kelicikan nya, putraku malah terjebak dengan perbuatan nya. Saya sebagai wanita yang sudah melahirkan, Elang sangat prihatin dengan hidup putraku yang sekarang.." Siska panjang lebar mengatakan hal kebohongan
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments