Ancama Penjara

Rini kaget mendengar nya, kenapa suami nya itu bisa tau." Kenapa kamu bisa tau, mas?" tanya Rini dengan polos nya

"Jadi kamu benar  membayangkan hal itu. jangan harap, aku maan mungkin tega membiarkan mama ku mendekam di penjara." Jawab Elang dengan ketus. tangan nya masih sibuk menempelkan batu es di pipi sang istri.

"Tidak tega melihat mama kamu di penjara tapi kamu tega membiarkan istri kamu di tampar mama kamu setiap hari." Rini menatap sinis pada suami nya. Jawaban Elang sangat di luar pikiran nya.

"Sudah. Biar aku saja, aku bahkan muak melihat mu. Lebih baik kamu kembali ke kantor. Aku ingin istirahat."

"Tidak, aku akan di rumah menemani kamu. Kalau di tinggal kamu pasti kembali pergi ke cafe. jangan mimpi. Bukan kah aku sudah memberi mu uang, lalu buat apa kamu  kerja."

"Sudah aku bilang, aku butuh uang buat beli make up. biar aku cantik, siapa tau ada pria tampan dan kaya yang tertarik pada ku.."

Elang geram mendengar nya, ia langsung mendorong tubuh istrinya. Di cium nya Rini secara kasar.

"Hmmm. Mas Elang apa yang kamu lakukan?" Rini mengambil nafas banyak setelah ciuman mereka berakhir, ia geram melihat Elang yang sudah sembarangan mencuri cium dari nya.

"Kenapa? Itu hak ku, lagi pula sudah sejak dulu kita melakukan nya. Dan jangan pernah keluar kalimat dari mulut kamu ini untuk mencari pria kata dan tampan. Hanya aku pria yang mau menikahi mu, sayang." Ujar Elang dengan senyum devil nya.

Apa kata nya? Sayang? Rini hampir muntah mendengar kata sayang yang keluar dari mulut suami nya, kemana saja selama ini, kenapa baru sekarang mengatakan sayang.

"Minggir kamu, aku mau istirahat. Dengar, ya mas. Jangan lakukan hal itu lagi. Aku tidak ingin suami masa depan ku menerima susah mu. Aku ingin suami masa depan ku menerima ku dengan utuh." Rini mendorong Elang. Rasanya sangat sesak berada di satu ruangan dengan Elang suami nya.

***

[Ma, jangan pernah memukul, istri ku lagi. Rini sudah mengancam akan memenjarakan mama kalau sampai mama masih berani memukul nya. ini peringatan ma, aku juga sebagai suami nya tidak rela jika mama terus - terusan memukul nya]

Siska geram membaca pesan singkat dari putra nya, tangan nya di kepal kuat. Ingin rasanya Siska terbang ke rumah putra nya untuk memberikan pelajaran pada, Rini yang sudah kurang ajar.

"Sialan. Berani nya wanita kampung itu mengancam ku.. "

"Ada apa sih ma?" tanya Mawar, heran melihat mama calon mertua sedang kesal.

"Nih, lihat apa yang dikatakan Elang pada mama, demi wanita kampung itu dia berani mengancam mama. Baca Mawar, kamu pasti akan kaget, sama seperti mama."

Mawar pun langsung membaca nya,  ia melotot tak percaya jika Elang akan membela Rini di banding siska mama nya.

"Ma. ini tidak bisa di biarkan, ini pasti akal - akalan wanita kampung itu supaya bisa menguasai mas Elang. Sebaiknya besok kita kembali ke rumah, Elang, kita datang nya agak siangan ma, tunggu mas elang pergi. Biar mas Elang tidak tau.. Sekarang sebaiknya kita senang - senang dulu, ya ma."

Siska pun mengangguk, ah, soal senang - senang, Mawar memang partner yang bisa di  bawa kemana saja. Selera mereka sama. Sama - sama penyuka barang mahal.

Disaat mereka akan menuju salah satu toko brand mahal. Ada beberapa fans Mawar yang minta poto. Tentu saja, Siska tak ketinggalan, dia juga ikut poto, ia menempel pada Mawar. Siska sangat bangga, sudah terkenal, cantik pula. yang pasti berasal dari keluarga yang kaya raya, sama seperti keluarga nya.

***

Esok harinya, Rini mengantar, dua buah hatinya. Dia tak ingin pergi kemana pun, setelah mengirimkan pesan pada mbak Pani, rasanya tak enak jika satu hari bekerja saja, dia sudah membuat keributan di sana. Rini minta maaf sedalam - dalam nya.

Rini pun kembali ke rumah disaat Langit dan Senja sudah masuk ke dalam sekolah. Ia malas masuk ke dalam rumah disaat melihat mobil ibu mertua nya terparkir dengan sempurna. Tapi mau bagaimana lagi, tidak mungkin dia pergi menghindar, sudah terlanjur di rumah.

Perlahan langkah kaki nya masuk berjalan. Langkah nya terhenti disaat Siska meneriaki nya dengan suara yang sangat tinggi.

"Jadi sekarang kamu sudah mulai berani melawan mama, iya Rini? Punya apa  kamu mau melawan ku. mau durhaka sama orang tua. Atau kamu ingin menguasai putra ku seorang diri? Jangan mimpi kamu. Ini ada Mawar yang akan menikahi, Elang. Tidak akan lama lagi mereka menikah."

Rini tetap diam, Dia tidak bersuara. Rini dengan sengaja mengambil posisi yang dapat di jangkau CCTV, jika hasil visum nya kurang di terima dia akan membawa CCTV tersebut untuk menjerat Siska. Rini tak perduli mau itu mertua nya, atau  siapa pun, jika kembali menyakiti nya maka dia akan balas. Rini sudah berjanji untuk menjadi wanita kuat, terlalu sayang air mata nya untuk menangisi mereka - mereka yang zalim pada nya.

"Kenapa kamu diam saja. takut? Mana nyali mu, katanya kamu mau penjarakan mama kalau mama tampar kamu? Haha." Siska tertawa  kuat. Dalam hati nya, Rini tidak akan pernah berani melakukan hal tersebut, jika memang Rini berani sudah sejak dulu di lakukan, bukan sekarang.

"Buktikan ucapan kamu, Rini sana laporkan mama segera."

Plak.. Plak.. Siska gelap mata, ia memukul Rini dengan bertubi - tubi, bukan hanya tamparan saja, tapu juga di tendang.

"Astaga nyonya Siska, apa yang kalian lakukan?" pembantu di sana menjerit takut, Rini terlihat sangat mengenaskan.

"Sebentar nyonya Rini, kamu akan hubungi bapak.."

"Tidak perlu. Buat apa, toh nanti juga akan melakukan apa pun. Abaikan saja saya bi, kalian sebaiknya kembali saja kerja, Aku tidak apa - apa. Aku baik - baik saja bi." ujar Rini, ia tersenyum tulus melihat para Art yang datang menghampiri nya.

Siska semakin geram melihat Rini yang masih bisa tersenyum, harusnya Rini menangis seperti biasanya, memohon ampun.

"Kau masih bisa tersenyum, kau sangat sombong, Rini. Enyahlah dari rumah ini. Kau sangat memuakkan. Entah dosa apa yang di rasakan putra ku. Dia pasti mimpi buruk setiap malam selama lima tahun ini.. Ayo kita pergi, Mawar. mama muak melihat nya.."

"Nikmati saja, Rini. kau terlihat sangat menyedihkan. Kami pergi dulu. Obati luka mu, dan cari alasan yang benar jika nanti mas Elang bertanya. Tapi apa bila kau bicara jujur, bila mama Siska yang melakukan nya, maka seperti biasa, mas Elang tidak akan percaya dan kalian akan berujung bertengkar." Bisik Mawar sambil berlalu pergi.

Tes.

Saat Mawar sudah pergi. saat itu pula lah, Air mata nya menetes, sebab apa yang di bisikkan Mawa adalah kebenaran. Elang akan menutup mata dan telinga dengan semua kesalahan yang di perbuat mama nya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!