Riang (Sadar Diri)
AWAL MULA.....
Sepasang remaja berusia delapan belas tahun sedang memandangi langit-langit sebuah kamar kost yang lebarnya tak lebih dari tiga kali tiga meter persegi.
Keduanya tenggelam dalam pikiran mereka masing-masing. Apa yang baru saja terjadi tak seharusnya terjadi.
Jiwa muda dengan dalih khilaf membuat mereka melakukan hal yang tak sepantasnya di lakukan oleh dua orang yang tidak memiliki ikatan yang sah.
"Maafkan aku Citra...!", ucap seorang laki-laki yang kini berbaring di samping gadis itu yang sudah tak gadis lagi sejak beberapa menit yang lalu.
"Aku pun salah, Zi! Aku... tidak bisa menahan kamu agar kita tak melakukan sejauh ini!", gadis itu menghapus air matanya yang meleleh. Air mata penuh penyesalan dan rasa berdosa yang begitu besar.
Ziyad, laki-laki itu memiringkan tubuhnya menghadap Citra.
"Aku akan menikahi kamu Cit, aku janji!", kata Ziyad mengusap pipi Citra. Citra hanya mengangguk pelan dan tersenyum tipis.
.
.
.
"Kamu dari mana? Bukankah sudah tidak ada pelajaran di sekolah? Ujian sudah selesai kan?", tanya Aisyah, mama Ziyad.
"Main sama teman, Ma!", jawab Ziyad.
"Oh iya Zi, tadi paman kamu sudah mengambil dokumen yang di perlukan untuk mendaftar Xxx. Ingat, selama masa pendidikan kamu harus fokus. Ibu dan ayah ingin kamu jadi lulusan terbaik. Sudah cukup kakak kamu yang meneruskan perusahaan kita."
"Heum, iya Ma!", jawab Ziyad. Tak lama kemudian, Ahmad--papa Ziyad menuruni tangga menghampiri ibu dan anak itu.
"Zi, papa mau bicara!", Ahmad mendudukkan bokongnya di kursi seberang Ziyad.
"Iya, Pa. Ada apa?", tanya Ziyad.
"Tolong kamu fokus dengan pendidikan besok. Papa tidak melarang kamu dan Citra berhubungan, tapi papa harus mengingatkan kamu. Kamu adalah harapan papa satu-satunya yang harus terjun di bidang papa!"
Ziyad tak punya pilihan selain mengiyakan ucapan papanya.
.
.
.
Satu bulan berlalu sejak kesalahan itu terjadi. Selama ini , hubungan Citra dan Ziyad terlihat baik-baik saja. Namun ada satu hal yang mengganjal perasaan seorang Citra. Ada sesuatu yang penting, yang ingin ia sampaikan pada kekasih hatinya yang sudah ia beri harta berharganya.
"Cit!", panggil Ziyad saat keduanya sedang mengurus beberapa dokumen kelulusan. Citra tersenyum tipis saat sang kekasih memanggil namanya.
"Aku mau ngomong!", kata Ziyad menarik tangan Citra. Dan dipinggir lapangan belakang, keduanya berbicara empat mata.
"Mau bicara apa?", tanya Citra bingung karena dia sebenarnya juga ingin bicara hal penting pada Ziyad tapi dari tadi kekasihnya hanya diam.
"Zi?", Citra mengguncang bahu Ziyad.
"Cit...kita...break dulu ya!", kata Ziyad menunduk dengan suara begitu lirih. Citra yang tak paham mengernyitkan alisnya.
"Break? Maksud kamu apa?", tanya Citra bingung.
Ziyad menoleh dan menatap netra kekasihnya begitu dalam.
"Aku harus mengikuti pendidikan besok. Kamu tahu, papa sangat menginginkan aku untuk mengikuti jejaknya. Dan...aku tidak ingin mengecewakan beliau, jadi...aku harus menjadi lulusan terbaik agar mereka bangga pada ku."
Mata Citra berkedip perlahan, mencerna ucapan Ziyad.
"Aku akan fokus dengan pendidikan ku. Dan...aku takut kalau...aku tak bisa selalu menghubungi kamu. Aku... takut kamu terlalu lama menunggu, Cit!"
Air mata Citra luruh seketika. Tapi ia menghapusnya dengan kasar. Citra sakit hati! Tentu saja!!!
"Kamu mau kita putus?", tanya Citra dengan tatapan matanya yang sendu. Ziyad tak mampu melihat gadis tercintanya itu menangis. Tapi...ia harus melakukan hal ini. Meski menyakitkan bagi keduanya.
"Baiklah Zi! Aku...aku terima kalau hubungan kita berakhir sampai di sini! Aku...aku...aku...harap kamu akan sukses dan membuat keluarga kamu bangga", kata Citra setegar mungkin.
Ziyad tak bisa menahan air matanya. Dia merasa menjadi pecundang setelah apa yang telah mereka lewati dan harus berakhir seperti ini.
"Aku janji, aku akan kembali setelah semua selesai dan di waktu yang tepat kita akan bersama!", kata Ziyad.
Citra tersenyum masam, penuh keterpaksaan.
Ziyad meraih Citra dalam pelukannya. Keduanya menumpahkan air mata yang tak bisa mereka tahan untuk meluncur begitu saja.
Setelah itu, keduanya pun berpisah karena mereka memang berada di kelas yang berbeda.
Citra mengambil tas nya lalu berjalan keluar menuju ke tempat dimana ia memarkirkan sepeda motornya. Tangannya terulur mengusap perutnya yang datar.
Air matanya kembali meleleh melewati pipi mulusnya. Tapi ia buru-buru menghapusnya.
Citra sadar, dia bodoh! Seharusnya ia mengatakan bahwa dirinya kini sudah berbadan dua pada Ziyad. Sayangnya...rasa cintanya yang begitu besar sudah menutup akal sehatnya. Dia tak ingin merusak masa depan Ziyad yang sudah di atur oleh keluarganya. Dia tak mau menjadi penghancur harapan orang tua Ziyad.
Jika harus hancur, cukup dirinya saja! Jangan Ziyad!!!
.
.
.
Enam tahun berlalu....
Citra tersenyum melihat putrinya berlari menghampiri dirinya yang baru tiba untuk menjemput di sekolah.
Riang, nama gadis kecil yang cantik dan selalu riang gembira di setiap situasi.
"Mama, apa jualan mama sudah habis?", tanya Riang. Citra mengangguk pelan.
"Sudah sayang! Kenapa, mau minta sesuatu?",tawar Citra yang kini sudah berusia dua puluh empat tahun. Tapi...dia menyandang sebagai ibu muda dengan anak usia balita. Eum ... tidak balita juga sih, karena Riang sudah hampir enam tahun. Dia lahir secara prematur.
"Eum...mama punya uang lebih buat beli es krim?", tanya Riang takut-takut tapi memasang wajah yang menggemaskan.
Citra mengetuk-ngetuk dagunya dengan jarinya. Kesannya ia sedang memikirkan apa yang Riang tanyakan.
"Ma...? Kalo ngga ada ,lain kali aja deh. Riang ngga apa-apa kok Ma!", kata Riang lirih. Citra jadi tidak tega melihat putri kecilnya seperti itu.
"Siapa bilang tidak boleh, ayok??!!", ajak Citra. Riang melebarkan senyumnya.
"Beneran ya Ma!!!?", Riang memastikan kembali.
"Iya bener! Yuk!!?", Citra membopong badan kecil Riang. Citra sudah menjual motornya sejak ia lulus sekolah. Uangnya ia pakai untuk biaya melahirkan dan sebagian ia jadikan modal untuk berdagang kecil-kecilan di depan gang kontrakannya. Tak besar memang penghasilannya, tapi cukup untuk hidupnya dan Riang tentunya.
Dimana orang tua citra? Dia gadis yatim piatu sejak sebelum ujian SMA di mulai. Miris sekali kehidupan Citra bukan? Seberat apa ujian nya selama ia hidup?
"Yah, gerimis ma!", kata Riang.
"Iya, kita berteduh dulu yuk di situ. Ngga apa-apa kan ? Nanti mama janji akan beliin Riang es krim.
"Iya Ma!", sahut Riang. Kedua ibu dan anak itu berteduh di sebuah rumah yang terlihat sepi, tapi ada beberapa kendaraan besar di sana. Gang rumah Citra memang cukup jauh dari jalan raya utama.
Ibu dan anak itu berteduh di tempat yang mungkin fungsinya untuk meletakkan kendaraan. Terlihat tak hanya ada satu kendaraan di sana.
Keduanya saling berpelukan untuk menghalau rasa dingin yang menyergap. Meski baru akan tengah hari, nyatanya hujan cukup membuat mereka kedinginan.
Lamat-lamat terdengar tawa laki-laki dari dalam rumah yang sepertinya lebih dari satu. Perasaan Citra menjadi tak enak.
"Sayang, kalo kita hujan-hujanan kayanya seru deh! Mau kan?", tanya Citra pada putrinya.
"Beneran Ma?", tanya Riang antusias. Citra mengangguk sambil bersiap untuk melangkahkan kakinya keluar dari area parkir tersebut. Tapi....
"Hei, mau kemana kalian? Hujannya deras banget lho! Masuk aja dulu, kita ngga jahat kok!", kata salah seorang laki-laki yang Citra lihat sedang mabuk berat.
Citra memeluk tubuh putrinya begitu erat.
"Mama....om nya serem!", kata Riang.
"Ngga sayang, kita pulang aja sekarang!", ajak Citra lagi. Tapi ada seorang laki-laki lagi yang menghadang langkah Citra.
"Maaf, kami harus pulang!", kata Citra. Tawa ketiga laki-laki dewasa terdengar begitu menyeramkan di telinga Citra dan Ruang.
"Kamu terlihat pucat sekali nona manis pasti sangat dingin, gadis kecil ini pun sangat menggemaskan! Ayo ...om bantu buat hangatin di dalam."
Citra siap berlari tapi tubuh kecilnya di tarik paksa hingga ia masuk ke dalam rumah tersebut. Citra berteriak sekuat tenaga tapi suaranya bahkan tertelan oleh suara hujan yang begitu deras.
Dan....yang terjadi di dalam.......?????😭😭😭😭
.
.
.
"Ada kasus pelecehan seksual di daerah Xxx, Ndan!", rekan Ziyad menyerahkan laporan tentang penemuan korban pelecehan tersebut.
"Korbannya ibu muda dan anak usia sekolah, mungkin TK!", kata rekannya.
Ziyad memeriksa berkas tersebut setelah itu ia langsung ke TKP dimana kejadian itu terjadi.
Ziyad dan beberapa rekannya tiba di lokasi kejadian. Laki-laki yang tak sadarkan diri itu masih tak sadarkan diri dengan luka tusukan di punggung dan pinggangnya.
Entah siapa yang melakukan hal sadis seperti itu.
"Dimana saksi korban saat ini?", tanya Ziyad.
"Rumah sakit Kasih Bunda!", jawab rekannya. Singkat cerita mereka tiba di rumah sakit tersebut. Ziyad menunjukkan id nya pada petugas rumah sakit.
Ziyad pun diijinkan untuk melihat kondisi dua korban pelecehan tersebut.
"Silahkan Pak!", seorang perawat mempersilahkan Ziyad dan rekannya masuk untuk menemui pasien. Kondisi Citra lebih parah dari Riang, jadi mereka tak satu ruangan.
Ziyad menatap Riang yang membuka matanya tapi tak merespon kehadirannya. Ada rasa iba sekaligus debaran yang tak bisa ia jabarkan saat melihat wajah cantik Riang.
Ziyad mencari tahu informasi tentang apa yang gadis kecil itu alami. Dan....Ziyad merasa sesak saat melihat hasil pemeriksaan Riang.
"Hei, anak cantik!", sapa Ziyad saat ia berdiri di samping brankar gadis kecil itu. Ziyad tak ingin menempatkan diri menjadi petugas kali ini. Tapi, menjadi teman bicara gadis kecil dihadapannya.
Ada luka lebam di pipinya dan juga sayatan kecil di bawah matanya. Namun, nampaknya...dia tak merasakan perih luka di wajahnya.
Entah kenapa air mata Ziyad meleleh tiba-tiba saat melihat kondisi Riang. Padahal selama ini ia bahkan bertugas dengan berbagai kasus yang mungkin tak jauh dari ini.
"Riang ,nama yang cantik?", puji Ziyad. Kedua rekannya dan dokter serta suster disana tak ingin ikut campur. Apalagi dua rekan Ziyad yang sangat paham, Ziyad dan istrinya sudah sangat menginginkan kehadiran seorang anak.
Riang menoleh pada sosok lelaki yang tersenyum paksa.
"Saya pernah liat Om, tapi dimana?", tanya Riang lirih. Ziyad mengerjapkan matanya.
Dokter dan suster yang mengurus Riang sejak awal merasa sedikit lega, karena akhirnya Riang mau bicara.
"Oh ya?",tanya Ziyad. Riang mengangguk samar.
"Coba ingat-ingat, di mana?", tanya Ziyad mencoba mengambil hati Riang sebelum ia meminta banyak keterangan dari gadis kecil itu.
Riang menatap langit-langit ruangan tersebut.
"Ponsel Mama!", jawabnya tanpa menoleh sedikit pun pada Ziyad meski terdengar sangat lirih. Belum sempat Ziyad bertanya, ruangan Riang terbuka dan seseorang yang ada di kursi roda memasuki ruangan yang dibantu suster.
"Riang!", kata perempuan yang ada di kursi roda tersebut. Ziyad yang ada di samping Riang pun memutar badannya melihat sosok yang tengah berada di kursi roda.
Ziyad terpaku melihat sosok itu, Citra! Tapi sosok itu seolah abai dan tak melihat keberadaan Ziyad.
"Mama!", panggil Riang lirih sambil berusaha tersenyum.
Ziyad memundurkan tubuhnya agar kursi roda Citra bisa di samping brankar Riang.
"Hiks...hiks...maafkan mama sayang! Maafkan mama!", Citra histeris saat mengingat kejadian yang memilukan itu.
"Riang baik-baik saja mama! Om-om jahat itu pasti sudah kesakitan juga!", sahut Riang. Citra memejamkan matanya di sela tangisnya. Suster yang tadi membawa Citra keruangan tersebut berusaha menenangkan Citra.
Riang memandangi tangannya yang ada sedikit luka.
Tangan yang sudah ia gunakan untuk melumpuhkan orang-orang yang menyakiti dirinya dan juga mamanya. Setelah itu, Riang menoleh pada Ziyad yang masih membeku.
"Bukankah foto om itu ada di hape mama?", tanya Riang pada mamanya. Citra menoleh pada sosok yang berdiri disamping suster yang ada di belakangnya.
Kedua pasang mata itu saling mengunci. Apa yang mereka pikirkan?????
*******
Hai...epribadiiihhh....RIANG rilis hari ini, kalo di ACC Mimin tapi. Betewe... othor ngga mau bikin detail kejadiannya seperti apa. Meski hanya dunia halu, tapi kalo membayangkan seperti itu rasanya.....
Astaghfirullah 🥺😭🤧
Terimakasih semuanya othor ucapkan....ini buat kalian2 yang penasaran kenapa Riang begini begitu 😁✌️. Penjelasan ada di bab2 selanjutnya, insya Allah.....🙏🙏🙏🙏🙏
13.15
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 226 Episodes
Comments
viva vorever
akhirnya ketemu tpi nggak dirak author...percaya nggak thor aku ketemu ceritamu ini dikoment reader kuklik ..trus nyampelah aku disini
2024-06-03
1
yukmier
baru mampir maak othor..😊😊😊
2024-06-01
1
Bundanya Pandu Pharamadina
ijin nyimak Riang mbak Author 🙏
2024-02-27
1