"Citra! Dengarkan aku baik-baik! Mungkin benar, kamu tidak membutuhkan Ziyad lagi. Tapi bagaimana dengan Riang? Bagaimana kalian akan menghadapi masa yang akan datang dengan kondisi Riang yang...yang..."
"Tapi tidak perlu adanya pernikahan di antara kami. Kami masih bisa berperan sebagai orang tua untuk Riang! Mengertilah Naya! Aku pun seorang perempuan! Tidak ada laki-laki yang sepenuhnya bisa adil terhadap istri-istrinya. Dan aku tidak mau mas Ziyad justru akan berbuat zalim dengan tidak bisa berbagi secara adil. Jangan menambah beban untuk mas Ziyad lagi. Sudah, seperti ini saja Naya!", papar Citra panjang lebar dengan nada memohon.
"Apa kamu mau aku mundur... berpisah dari Mas Ziyad, Citra?", tanya Naya. Semua mata melebar sempurna, apalagi Ziyad. Dia tak menyangka sama sekali jika Naya akan berkata demikian.
"Ngomong apa kamu Nay!", bentak Ziyad. Naya mengangkat tangannya pada Ziyad.
"Aku ingin menawarkan yang terbaik untuk kalian!", kata-kata itu meluncur begitu saja dari mulut Naya.
Citra menggeleng lemah. Bukan! Bukan ini yang ia inginkan! Justru dia tak ingin jika pernikahan Ziyad dan Naya berantakan karena kehadirannya.
"Naya! Aku tidak ingin merusak hubungan kalian dengan keberadaan kami. Jadi jangan sekali-kali kamu berpikir aku meminta mu untuk mundur! Karena aku dan Riang yang akan menjauh dari kalian seperti sebelum-sebelumnya!", kata Citra.
Dia tidak terima Naya berpikir jika dirinya berharap menjadi istri satu-satunya Ziyad lalu meninggalkan Naya, istri sah nya!!!
Ziyad semakin di buat bingung di sini. Segalanya menjadi rumit! Mungkin ia mulai menuai karma atas perbuatannya di masa lalu itu.
"Cukup!", kali ini Ziyad angkat bicara.
"Naya! Mas ngga suka kamu berbicara seperti itu! Sampai kapan kamu tetap istri ku!", Ziyad memegang kedua bahu Naya.
Citra melengos, ia benar-benar tak sanggup jika dirinya menjadi perusak hubungan mereka berdua. Cukup dia nikmati perasaan cintanya pada Ziyad tanpa perlu memilikinya... menyentuhnya! Dan Ahmad melihat sikap Citra yang sebenarnya masih sangat mencintai putranya.
Tapi apa yang Citra katakan memang benar. Ketakutan Citra yang sangat berdasar membuat Ahmad makin yakin jika nantinya akan ada masalah baru.
"Mas! Mas juga sedikit saja mengerti aku! Kita sudah berusaha untuk bisa memiliki momongan. Tapi apa? Allah belum memberikan kepercayaan pada kita!"
Citra terduduk di bangku lagi.
Naya pun menoleh pada Citra yang terisak pelan dan masih menundukkan kepalanya.
"Menikahlah! Aku merestui kalian. Demi Riang! Aku pun ingin merasakan menjadi ibu, seperti Citra, Mas!", Naya menarik kerah kemeja Ziyad.
Ziyad memejamkan matanya.
"Kamu tahu kan mas, aku lulusan psikologi! Aku juga ingin merawat Riang, menyembuhkan Riang mas!!!", kata Naya masih mengguncang kerah kemeja Ziyad.
Ahmad sebagai orang tua tak bisa menengahi mereka. Karena kenyataannya memang setiap alasan yang mereka katakan, selalu benar. Tentu dari cara pandang mereka sendiri.
Naya mendekati Citra yang menunduk. Perempuan cantik itu menggenggam tangan Citra. Justru dengan sikap Naya yang seperti itu, membuat Citra semakin terisak.
"Citra....!"
"Aku ngga bisa Naya...aku ngga bisa! Terimakasih sebelumnya, tapi kalau kamu mau membantu merawat dan mengobati Riang...aku...aku terima Nay. Tapi jangan meminta agar aku mau menikah dengan suami mu. Aku tahu kamu perempuan yang baik Nay meski aku baru mengenal mu hari ini. Jangan mengorbankan perasaan kamu sendiri hanya untuk...."
"Aku hanya mengorbankan perasaan ku! Sedang kamu? Kamu mengorbankan masa depan kamu, anak kamu! Kamu berjuang sendiri selama ini Citra! Apa yang aku lakukan sekarang tak sebanding dengan apa yang sudah kalian lalui!!! Aku memang mencintai Mas Ziyad, tapi...aku tahu...cinta mu lebih besar padanya. Karena apa??? Karena kamu rela hancur sendirian demi melihat Ziyad menjadi sosok yang seperti sekarang! Apa aku tidak punya kesempatan seperti kamu Cit? Membuktikan bahwa aku pun mencintai suamiku, seperti halnya cinta mu pada nya???"
Setelah mengeluarkan kalimat panjang lebarnya tersebut, kedua perempuan Ziyad itu saling berpelukan.
Aneh???
Ya...namanya juga dunia halu!
Kalo real mah...mana ada yang kados mekaten, ya toh????
Ahmad dan Ziyad tak bisa berkata-kata lagi. Perempuan lebih mengedepankan perasaan di banding logika. Ya begitulah lah....!!!
.
.
.
"Eyang, kenapa mama lama? Apa papanya Papa marahin mama ?", tanya Riang cemas.
"Ngga sayang! Mereka pasti sedang ngobrol. Mungkin mau menyiapkan keperluan Riang buat pulang nanti. Eum...Riang mau ngga tinggal di rumah Eyang?", tanya Aisyah.
Riang menggeleng.
"Ngga Eyang! Riang mau sama mama aja."
"Iya, nanti kan mamanya di ajak!", kata Aisyah.
Riang kembali menggeleng.
"Mama bilang, kita ngga boleh terlalu dekat dengan orang asing. Berbahaya!", lanjut Riang. Entah kenapa tangannya reflek terangkat.
Luka di jarinya masih sedikit basah. Dipandanginya berulang-ulang luka itu. Dan perlahan raut wajahnya menjadi datar, tak seimut tadi.
"Riang, eyang suapin jeruk mau?", tawar Aisyah.
Riang menoleh dan menatap tajam pada Aisyah. Perempuan paruh baya itu cukup terkejut melihat ekspresi wajah Riang yang berubah.
"Riang, sayang... kenapa?", Aisyah mengusap lengan Riang.
"Aku mau sama mama dan papa!", kata Riang dengan sorot matanya yang tajam. Meski suaranya lirih, tapi cukup mengintimidasi Aisyah.
"Astaghfirullah, Riang! Iya sebentar ya, Eyang panggil mama dan papa Riang dulu!", kata Aisyah yang takut melihat wajah Riang.
Dan saat bersamaan, pintu terbuka. Ada empat orang yang masuk ke dalam ruangan Riang. Riang menatap tajam pada sosok asing yang kemarin ia temui.
Mata Citra dan Naya sama-sama sembab karena mereka berdua tadi menangis. Dan hal itu cukup menarik perhatian Riang.
"Siapa yang membuat mama ku menangis?!", tanya Riang dengan nafasnya yang memburu. Dengan cepat Citra menghampiri Riang. Dipeluknya gadis kecil itu.
Citra mulai memahami kondisi Riang. Gadis itu mudah berubah mood. Maka Citra berusaha untuk menenangkan hati Riang lebih dulu. Ia takut jika Riang akan bertindak seperti kemarin-kemarin.
"Sayang! Mama cuma menangis bahagia karena Riang sudah boleh pulang hari ini!?", Citra memeluk Riang begitu erat.
Aisyah merangkul lengan menantunya yang sama-sama menatap Riang.
"Beneran Ma?",tanya Riang pelan.
"Benar sayang. Tadi, mama udah telepon Bu Dhe Darmi. Kontrakan kita sudah di bersihkan! Jadi nanti siang kita bisa pulang!", kata Citra menakup pipi Riang.
"Sama papa kan??? Aku mau ngasih tahu teman-teman ku dan tante-tante jahat kalo aku juga punya papa yang tampan!", kata Riang yang sudah berubah menjadi imut lagi.
Aisyah sampai tak percaya jika cucunya bisa berubah secepat itu.
"Eum...papa kan kerja sayang! Nanti kalo ada orang yang membutuhkan pertolongan papa di kantor, gimana coba?"
"Papa suka menolong orang?", tanya Riang lugu. Citra mengangguk.
"Kenapa waktu itu papa ngga nolong kita?", tanya Riang berkaca-kaca.
****
Ehem...! Saya orang muslim, saya mengimani yang namanya poligami. Tapi maaf, ini cuma dunia halu. Ilmu saya masih cetek banget... banget....kalo ada yang kurang setuju atau saya keterlaluan mohon di tegur saja ya. Biar kedepannya bisa lebih baik lagi.
Terimakasih 🙏🙏🙏🙏🙏
Insyaallah kalo ngga ngantukkkk melanda, nanti malam up lagi. Tapi kalo ternyata obatnya bikin merem parah...ya...besok lagi hehehe 😁🤭
🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏
Makasih banyak love sekebooooonnnn 😆😆😆😆
17.30
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 226 Episodes
Comments
andi hastutty
apapun alasannya ngga mau di poligami ya Allah
2024-01-23
0
bung@ter@t@i
kados maketan ap itu kak
2024-01-14
1
Nnek Titin
ga harus poligami
toh cinta kalau lama lama bisa hapus juga
Carikan jodoh yg baik aja Thor buat citra
2023-12-25
1