Bab 2

Ziyad pulang ke rumahnya setelah hampir jam sepuluh malam. Sejak menikah, dia memang tinggal bersama kedua orangtuanya. Istrinya tak keberatan sama sekali. Bahkan sang istri sangat akrab dengan mama dan papanya tersebut.

Ziyad terkejut saat dia mendapati kedua orang tuanya dan sang istri tengah duduk di ruang keluarga.

"Assalamualaikum!", Ziyad mengucapkan salam.

"Walaikumsalam!", jawab ketiga orang di ruangan itu.

Ziyad menghampiri istrinya yang saat ini sudah memakai piyama lengan panjangnya. Sang istri yang bernama Naya pun menyalami punggung tangan Ziyad.

"Baru pulang?", tanya Ahmad, papa Ziyad.

"Iya Pa."

"Kasus tentang pelecehan seksual di daerah Xxx?", tanya Ahmad lagi. Ziyad mengangguk.

"Astaghfirullah! Kasian sekali ya mas. Korbannya ibu muda sama anak kecil lagi. Bagaimana perasaan suaminya saat tahu kalau istri dan anaknya jadi korban orang-orang keji itu?!", Naya terlihat geram.

Ziyad tak menyahuti ucapan Naya. Karena dalam sudut hatinya, dia memang benar-benar merasa bersedih sekaligus merasa bersalah.

Andai...andai saat itu ia tahu Citra sedang mengandung putrinya. Apa hal ini akan terjadi?

Lalu, apa benar Riang adalah putri kandungnya???

"Mas?", Naya mengguncang pelan bahu sang suami yang terdiam sejak tadi.

"Eh...iya Nay, kenapa?", tanya Ziyad sedikit terdengar aneh karena nampaknya dia terkejut.

"Ajak suami mu ke kamar Nay, setelah tugas seharian pasti dia lelah!", ucap Aisyah pada menantunya.

"Iya, Ma. Ayo mas kita ke kamar, aku siapkan air hangat dulu!", ajak Naya. Ziyad pun mengiyakan lalu mereka berdua beranjak menuju ke kamar mereka.

Setibanya di kamar, Naya menyiapkan air hangat untuk suaminya. Tak lupa ia menyiapkan pakaian ganti sebelum suaminya keluar dari kamar mandi.

Dua puluh menit berlalu, Ziyad keluar dari kamar mandi dengan tubuhnya yang lebih segar. Dilihatnya sudah tersedia secangkir teh hangat dan juga buah potong.

Ziyad memang tak makan malam jika sudah melewati jam makannya. Makanya, dia memilih ngemil buah untuk mengisi perutnya.

Naya memperhatikan suaminya yang tengah berpakaian di hadapannya tanpa canggung sama sekali. Lalu beberapa menit kemudian, dilihatnya sang suami mendirikan shalat isya.

"Mau aku pijat mas?", tawar Naya.

"Ngga usah, kamu istirahat saja Nay!", kata Ziyad.

"Seharian aku ngga kemana-mana, cuma rebahan di rumah. Kesannya aku habis ngerjain apa harus istirahat sekarang-sekarang sedang suamiku baru pulang bekerja!", kata Naya meringsek mendekati suaminya.

Ia memijat bahu suaminya yang tegap dan kokoh tersebut.

Ziyad tak ingin membuat istrinya tersinggung, mau tak mau ia membiarkan sang istri melakukan kemauannya.

"Mas ..."

"Heum?"

"Aku mau program bayi tabung, menurut kamu gimana mas?", tanya Naya. Ziyad menurunkan tangan Naya dari bahunya lalu menoleh ke belakang.

"Mas, kita sudah menikah dua tahun. Setelah diperiksa kita berdua baik-baik saja kan? Mungkin Allah ingin kita berusaha dengan cara lain, bayi tabung mungkin?"

Ziyad dan Naya di jodohkan oleh kedua orang tua mereka. Yang Ziyad tahu, dia lost contacts dengan Citra setelah kelulusan waktu itu.

Setelah menamatkan pendidikan, Ziyad pikir dia akan kembali pada Citra. Tapi kata kedua orang tua Ziyad, Citra sama sekali tak menemui mereka berdua. Alhasil...dia kehilangan Citra.

Dan perjodohan itu pun tidak bisa ia tolak karena seperti biasa, dia tidak ingin mengecewakan orang tuanya.

Naya perempuan yang cantik dan terlahir dari keluarga berada. Wajar saja jika orang tuanya berharap jika mereka ingin memiliki menantu seperti Naya.

Meski sebelumnya mereka tak pernah melarang Ziyad berhubungan dengan Citra, tapi karena Citra tak ada kabar...ya sudah. Perjodohan itu pun berlangsung.

"Gimana mas?", tanya Naya yang bingung karena suaminya hanya diam.

"Eum...mas setuju saya Nay!", kata Ziyad berusaha tersenyum.

"Makasih ya mas!", Naya memeluk erat suaminya. Sayangnya respon Ziyad tak seperti biasanya. Naya bisa merasakan perbedaan itu.

Perempuan cantik yang pernah mengambil jurusan psikologi itu pun melepas pelukannya.

"Apa mas sedang memikirkan masalah berat?", tanya Naya.

"Heum!", hanya gumaman yang keluar dari mulut Ziyad.

"Tentang kasus yang menimpa ibu dan anak kecil itu?", tanya Naya.

"Istirahat lah Naya! Jangan terlalu banyak bertanya!", sentak Ziyad yang membuat Naya sedikit terkejut. Selama ini ia tak pernah di bentak sama sekali oleh orang lain.

"Oh...okkke mas, maaf sudah membuat kamu marah!", kata Naya yang tiba-tiba saja meluncurkan air matanya. Dia langsung merebahkan diri di ranjangnya.

Ziyad mengusap kasar wajahnya. Dia menyesal karena sudah membentak Naya. Tak seharusnya ia melampiaskan emosinya pada sang istri.

Wajar bukan jika istrinya bertanya kenapa dia bisa seperti sekarang???

Ziyad melihat selimut yang Naya pakai bergetar. Dia tahu jika istrinya tengah menangis.

Lelaki itu menghela nafas berat lalu setelah itu ia merebahkan dirinya di samping Naya lalu memeluknya dari belakang.

"Mas minta maaf! Mas sudah bentak kamu! Ngga seharusnya kamu menjadi pelampiasan emosi mas. Mas salah, tidak bisa mengendalikan emosi padahal ini tentang pekerjaan Mas. Mas minta maaf Nay!", kata Ziyad yang tak melepaskan pelukannya.

Perlahan Naya menyadari sikapnya. Harusnya ia memahami situasi dan mood suaminya yang sedang lelah. Tapi kenapa dia harus baper???

Tak ada obrolan lagi diantara keduanya, akhirnya mereka berdua pun lelap dalam mimpinya.

.

.

.

Di rumah sakit....

Jam menunjukkan pukul empat dini hari. Tiba-tiba saja Riang merasa ingin buang air kecil. Tapi ia tak tega membangunkan mamanya yang terlihat kelelahan.

Riang kecil berusaha mengambil botol infusnya lalu mencoba menuruni tempat tidurnya. Meski dengan sedikit melompat, akhirnya Riang bisa turun.

Rasa nyeri diarea khususnya sudah tak sesakit sebelumnya. Gadis kecil itu berusaha untuk mandiri menuju ke kamar mandi.

Dengan langkah tertatih, gadis itu pun memasuki kamar mandi. Lima menit berlalu, Riang sudah keluar dari kamar mandi.

Suasana di dalam sana sangat lengang. Tak terdengar suara apapun.

Di tengah kesunyian, tiba-tiba perut Riang berbunyi. Gadis kecil itu merasa lapar di jam yang tak terduga ini.

Matanya beralih pada meja nakas. Di sana ada buah apel dan pisau kecil yang cukup tajam. Karena lapar, Riang menyeret bangku untuk ia duduk. Tak lupa, tiang infusnya juga ia bawa.

Riang tidak sakit yang lemah keseluruhan tubuhnya. Hanya beberapa luka kecil di kulit dan area khusus miliknya.

Jadi, meski kecil begitu dia mampu menyeret tiang infusnya dan duduk di depan nakas.

Matanya kini beralih ke arah pisau dan apel yang ada di hadapannya. Gadis itu teringat ucapan mamanya setiap kali ia ingin membantu memotong sayuran untuk bahan jualan mamanya.

Mamanya selalu melarang Riang untuk membantunya meskipun hanya mengupas bawang.

"Jangan sayang, udah biar mama aja yang kupas sama potong sayurnya. Ngga boleh main pisau, bahaya! Nanti kalo melukai tangan kamu bisa berdarah dan rasanya tuh sakit banget!", kata mamanya sambil meraih pisau dari tangannya perlahan.

"Riang hati-hati kok Ma. Kasian mama....!", kata Riang.

"Dengerin mama sayang, kamu masih kecil. Terlalu bahaya kalo pegang benda tajam seperti ini."

"Mama, Riang kan cuma mau bantu mama. Kenapa malah di larang!", kata Riang merajuk lalu meninggalkan dapur Citra.

Citra membiarkan sang putri merajuk karena dia yakin putrinya akan seperti sedia kala jika sudah mulai tenang.

Tapi ternyata, Riang kecil yang jiwa penasarannya terlalu tinggi mencari celah agar ia bisa bermain dengan benda tajam itu. Dia ingin lihai memotong sayuran seperti mamanya agar dia bisa membantu sang mama.

Di saat Citra lengah, Riang mencoba menggunakan benda itu. Dan benar saja, jemari lentiknya teriris pisau.

bukannya menangis, Riang justru tersenyum.

"Cuma begini aja mama, Riang ngga sakit!", monolog Riang. Tapi hal itu tak berlangsung lama saat Citra memergoki sang putri yang sudah berlumuran darah di tangan kirinya.

"Astaghfirullah! Riang!!!", buru-buru Citra mencuci tangan Riang di wastafel. Sebagai seorang ibu, wajar jika Citra panik.

Citra tak bisa memarahi sang putri yang jiwa penasarannya sangat tinggi. Yang Citra tahu, dirinya lah yang bersalah karena sudah lalai menjaga putrinya.

Ingatan tentang luka di jarinya itu terlintas di pelupuk mata Riang. Dengan penuh percaya diri, Riang mengambil apel yang ada di nakas. Dengan perlahan ia mengupas buah berwarna merah tersebut.

Sekali dua kali, semua aman. Hingga akhirnya sebuah sayatan berhasil melukai jarinya.

Entah...hal apa yang membuat Riang seolah menikmati rasa sakit. Darah dari jemarinya sudah menetes banyak, tapi ia masih tetap mengupas apel tersebut.

Setelah di rasa selesai, Riang makan dengan tangan kanannya. Pandangan matanya tertuju pada jarinya yang terluka.

"Sakit....???", gumam Riang tapi mulutnya tetap mengunyah apel tersebut.

Ceklekkkk....

Pintu ruangan Riang terbuka. Seorang perawat memasuki ruangan tersebut untuk mengecek kondisi pasien sebelum tukar shift.

Perawat itu mendekati Riang yang duduk memunggungi pintu. Dan betapa terkejutnya ia melihat kondisi Riang saat ini.

"Astaghfirullahaladzim!",pekik perawat itu hingga membuat Citra terbangun dari tidurnya.

******

Terimakasih semuanya yang sudah bersedia mampir di sini. Mohon koreksinya masih banyak typo dan bahkan mungkin alurnya rada2 gimana gitu.

Pokoknya apalah mak othor tanpa kalian reader's kesayangan....🙏🙏🙏🙏🙏

16.15

Terpopuler

Comments

andi hastutty

andi hastutty

Ziad merusak masa depan orang dan istrinya dikira pelakor yah.
kayanya riang menikmati lukanya

2024-01-23

0

Ina Bazil

Ina Bazil

Eh dasar Ziad udah rusak masa depan orng.bukannya tanggung jawab.malah nikah sama cewek lain. ga ingin ngecewain ortu.alasan klise. pengin sentil Ziad nih . Kasian Riang harus terima nasib pelecehan😭

2024-01-17

1

🌺zahro🌺

🌺zahro🌺

untung dulu pacaran sama polisi cuman niatan main main aja gak mau kecintaan,gak mau baper dan gak mau rugi,
Entah apa yg kamu pikirkan nak riang

2023-12-15

0

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 Bab 1
3 Bab 2
4 Bab 3
5 Bab 4
6 Bab 5
7 Bab 6
8 Bab 7
9 Bab 8
10 Bab 9
11 Bab 10
12 Bab 11
13 Bab 12
14 Bab 13
15 Bab 14
16 Bab 15
17 Bab 16
18 Bab 17
19 Bab 18
20 Bab 19
21 Bab 20
22 Bab 21
23 Bab 22
24 Bab 23
25 Bab 24
26 Bab 25
27 Bab 26
28 Bab 27
29 Bab 28
30 Bab 29
31 Bab 30
32 Bab 31
33 Bab 32
34 Bab 33
35 Bab 34
36 Bab 35
37 Bab 36
38 Bab 37
39 Bab 38
40 Bab 39
41 Bab 40
42 Bab 41
43 Bab 42
44 Bab 43
45 Bab 44
46 Bab 45
47 Bab 46
48 Bab 47
49 Bab 48
50 Bab 49
51 Bab 50
52 Bab 51
53 Bab 52
54 Bab 53
55 Bab 54
56 Bab 55
57 Bab 56
58 Bab 57
59 Bab 58
60 Bab 59
61 Bab 60
62 Bab 61
63 Bab 62
64 Bab 63
65 Bab 64
66 Bab 65
67 Bab 66
68 Bab 67
69 Bab 68
70 Bab 69
71 Bab 70
72 Bab 71
73 Bab 72
74 Bab 73
75 Bab 74
76 Bab 75
77 Bab 76
78 Bab 77
79 Bab 78
80 Bab 79
81 Bab 80
82 Bab 81
83 Bab 82
84 Bab 83
85 Bab 84
86 Bab 85
87 Bab 86
88 Bab 87
89 Bab 88
90 Bab 89
91 Bab 90
92 Bab 91
93 Bab 92
94 Bab 93
95 Bab 94
96 Bab 95
97 Bab 96
98 Bab 97
99 Bab 98
100 Bab 99
101 Bab 101
102 Bab 102
103 Bab 103
104 Bab 104
105 Bab 105
106 Bab 106
107 Bab 107
108 Bab 108
109 Bab 109
110 Bab 110
111 Bab 111
112 Bab 112
113 Bab 113
114 Bab 114
115 Bab 115
116 Bab 116
117 Bab 117
118 Bab 118
119 Bab 119
120 Bab 120
121 Bab 121
122 Bab 122
123 Bab 123
124 Bab 124
125 Bab 125
126 Bab 126
127 Bab 127
128 Bab 128
129 Bab 129
130 Bab 130
131 Bab 131
132 Bab 132
133 Bab 133
134 Bab 134
135 Bab 135
136 Bab 136
137 Bab 137
138 Bab 138
139 Bab 139
140 Bab 140
141 Bab 141
142 Bab 142
143 Bab 143
144 Bab 144
145 Bab 145
146 Bab 146
147 Bab 147
148 Bab 148
149 Bab 149
150 Bab 150
151 Bab 151
152 Bab 152
153 Bab 153
154 Bab 154
155 Bab 155
156 Bab 156
157 Bab 157
158 Bab 158
159 Bab 159
160 Bab 160
161 Bab 161
162 Bab 162
163 Bab 163
164 Bab 164
165 Bab 165
166 Bab 166
167 Bab 167
168 Bab 168
169 Bab 169
170 Bab 170
171 Bab 171
172 Bab 172
173 Bab 173
174 Bab 174
175 Bab 175
176 Bab 176
177 Bab 177
178 Bab 178
179 Bab 179
180 Bab 180
181 Bab 181
182 Bab 182
183 Bab 183
184 Bab 184
185 Bab 185
186 Bab 186
187 Bab 187
188 Bab 188
189 Bab 189
190 Bab 190
191 Bab 191
192 Bab 192
193 Bab 193
194 Bab 194
195 Bab 195
196 Bab 196
197 Bab 197
198 Bab 198
199 Bab 199
200 Bab 200
201 Bab 201
202 Bab 202
203 Bab 203
204 Bab 204
205 Bab 205
206 Bab 206
207 Bab 207
208 Bab 208
209 Bab 209
210 Bab 210
211 Bab 211
212 Bab 212
213 Bab 213
214 Bab 214
215 Bab 215
216 Bab 216
217 Bab 217
218 Bab 218
219 Bab 219
220 Bab 220
221 Bab 221
222 Bab 222
223 Bab 223
224 Bab 224
225 Bab 225
226 Bab 226
Episodes

Updated 226 Episodes

1
Prolog
2
Bab 1
3
Bab 2
4
Bab 3
5
Bab 4
6
Bab 5
7
Bab 6
8
Bab 7
9
Bab 8
10
Bab 9
11
Bab 10
12
Bab 11
13
Bab 12
14
Bab 13
15
Bab 14
16
Bab 15
17
Bab 16
18
Bab 17
19
Bab 18
20
Bab 19
21
Bab 20
22
Bab 21
23
Bab 22
24
Bab 23
25
Bab 24
26
Bab 25
27
Bab 26
28
Bab 27
29
Bab 28
30
Bab 29
31
Bab 30
32
Bab 31
33
Bab 32
34
Bab 33
35
Bab 34
36
Bab 35
37
Bab 36
38
Bab 37
39
Bab 38
40
Bab 39
41
Bab 40
42
Bab 41
43
Bab 42
44
Bab 43
45
Bab 44
46
Bab 45
47
Bab 46
48
Bab 47
49
Bab 48
50
Bab 49
51
Bab 50
52
Bab 51
53
Bab 52
54
Bab 53
55
Bab 54
56
Bab 55
57
Bab 56
58
Bab 57
59
Bab 58
60
Bab 59
61
Bab 60
62
Bab 61
63
Bab 62
64
Bab 63
65
Bab 64
66
Bab 65
67
Bab 66
68
Bab 67
69
Bab 68
70
Bab 69
71
Bab 70
72
Bab 71
73
Bab 72
74
Bab 73
75
Bab 74
76
Bab 75
77
Bab 76
78
Bab 77
79
Bab 78
80
Bab 79
81
Bab 80
82
Bab 81
83
Bab 82
84
Bab 83
85
Bab 84
86
Bab 85
87
Bab 86
88
Bab 87
89
Bab 88
90
Bab 89
91
Bab 90
92
Bab 91
93
Bab 92
94
Bab 93
95
Bab 94
96
Bab 95
97
Bab 96
98
Bab 97
99
Bab 98
100
Bab 99
101
Bab 101
102
Bab 102
103
Bab 103
104
Bab 104
105
Bab 105
106
Bab 106
107
Bab 107
108
Bab 108
109
Bab 109
110
Bab 110
111
Bab 111
112
Bab 112
113
Bab 113
114
Bab 114
115
Bab 115
116
Bab 116
117
Bab 117
118
Bab 118
119
Bab 119
120
Bab 120
121
Bab 121
122
Bab 122
123
Bab 123
124
Bab 124
125
Bab 125
126
Bab 126
127
Bab 127
128
Bab 128
129
Bab 129
130
Bab 130
131
Bab 131
132
Bab 132
133
Bab 133
134
Bab 134
135
Bab 135
136
Bab 136
137
Bab 137
138
Bab 138
139
Bab 139
140
Bab 140
141
Bab 141
142
Bab 142
143
Bab 143
144
Bab 144
145
Bab 145
146
Bab 146
147
Bab 147
148
Bab 148
149
Bab 149
150
Bab 150
151
Bab 151
152
Bab 152
153
Bab 153
154
Bab 154
155
Bab 155
156
Bab 156
157
Bab 157
158
Bab 158
159
Bab 159
160
Bab 160
161
Bab 161
162
Bab 162
163
Bab 163
164
Bab 164
165
Bab 165
166
Bab 166
167
Bab 167
168
Bab 168
169
Bab 169
170
Bab 170
171
Bab 171
172
Bab 172
173
Bab 173
174
Bab 174
175
Bab 175
176
Bab 176
177
Bab 177
178
Bab 178
179
Bab 179
180
Bab 180
181
Bab 181
182
Bab 182
183
Bab 183
184
Bab 184
185
Bab 185
186
Bab 186
187
Bab 187
188
Bab 188
189
Bab 189
190
Bab 190
191
Bab 191
192
Bab 192
193
Bab 193
194
Bab 194
195
Bab 195
196
Bab 196
197
Bab 197
198
Bab 198
199
Bab 199
200
Bab 200
201
Bab 201
202
Bab 202
203
Bab 203
204
Bab 204
205
Bab 205
206
Bab 206
207
Bab 207
208
Bab 208
209
Bab 209
210
Bab 210
211
Bab 211
212
Bab 212
213
Bab 213
214
Bab 214
215
Bab 215
216
Bab 216
217
Bab 217
218
Bab 218
219
Bab 219
220
Bab 220
221
Bab 221
222
Bab 222
223
Bab 223
224
Bab 224
225
Bab 225
226
Bab 226

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!