Bab 12

Ziyad melajukan kendaraannya menuju ke rumah sakit. Meski bukan jam besuk, Ziyad masih bisa masuk untuk menemui putrinya.

Ia melihat pergelangan tangannya. Jam sebelas lewat lima belas menit. Ziyad ragu-ragu apakah ia akan menggangu istirahat Citra dan Riang atau tidak.

Tapi saat ia tiba di sana, ternyata pintu ruangan Riang sedikit terbuka. Ziyad pun langsung menghampiri pintu bersamaan dengan dokter yang keluar.

"Dokter?"

"Eh, selamat malam Pak!", sapa dokter.

"Apa terjadi sesuatu di pasien? Kenapa anda berada di sini, bukankah visit dokter beberapa jam lalu?", tanya Ziyad.

"Iya pak. Tadi ibu pasien menghubungi kami karena pasien demam tinggi."

"Riang demam?", tanya Ziyad. Dokter mengangguk.

"Sebenarnya ada rencana pasien akan keluar besok, tapi melihat kondisinya seperti saat ini, mungkin kami akan kembali melakukan observasi terhadap pasien."

"Iya dok, lakukan yang terbaik!", kata Ziyad.

"Bapak ada keperluan dengan keluarga pasien?", tanya dokter tersebut dengan sedikit heran.

"Eum...iya dok. Ada hal yang harus saya sampaikan!", kata Ziyad terpaksa berbohong.

"Oh... baiklah! Kalo begitu kami permisi pak!", dokter itu pun meninggalkan Ziyad.

Ziyad langsung masuk ke ruangan Riang. Baik Riang mau pun Citra langsung menoleh ke arah pintu dimana sosok Ziyad berada.

Jika Citra terlihat canggung, tidak dengan Riang. Sikap kanak-kanaknya ia tunjukkan saat ini.

"Papa!", sapa Riang dengan sumringah meski ia berbaring di ranjangnya.

Ziyad menutup pintu ruangan tersebut lalu mendekati Riang.

"Riang demam?", Ziyad mengusap pelipis Riang. Dia tak menyangka jika sudah memiliki putri sebesar Riang. Bahkan dia bisa menyentuhnya saat ini.

Riang mengangguk lemah.

Ziyad duduk di sisi kiri Riang, sedang Citra di sisi kanan. Alhasil Riang di apit oleh kedua orang tuanya. Gadis kecil itu terlihat bahagia dengan senyumnya yang begitu menawan.

Wajah kamu perpaduan antara aku dan Citra, Riang! Batin Ziyad. Ia masih terus mengusap kepala Riang. Sedang tangan satunya menggenggam tangan Riang.

"Papa sudah di sini, Riang istirahat lagi ya!", pinta Ziyad.

Citra tak menyangka jika Ziyad benar-benar mau ke sini untuk menemui Riang. Padahal...dia belum punya cukup bukti untuk membuktikan bahwa Citra jujur atau membohongi Ziyad bukan???

"Ngga mau! Nanti kalo Riang bobo, papa pergi!", rengek Riang pelan. Mungkin obat demamnya mulai bereaksi jadi gadis kecil itu mengantuk.

"Papa di sini, sama Riang!", kata Ziyad tersenyum. Entah kenapa netranya tak bisa lepas dari sosok gadis kecil di hadapannya sejak pertama kali melihatnya. Benarkah ini yang di namakan ikatan batin? Itu yang ada di otak Ziyad saat ini.

Citra justru harap-harap cemas di bangkunya. Bagaimana ia tak khawatir? Ziyad sudah memiliki keluarga. Apa yang terjadi jika justru Ziyad ada di sini menemani Riang?

"Papa janji? Nanti kalo Riang buka mata lagi, papa masih di sini?", tanya Riang kian lirih.

"Iya. Papa ada di sini sama Riang, besok pagi papa kerja. Ngga apa-apa ya?", Ziyad mengusap kepala Riang.

Riang pun mengangguk pelan. Dan perlahan, mata gadis kecil itu pun terpejam. Sedangkan tangannya sama sekali tak mau melepas tangan Ziyad. Citra bisa melihat raut bahagia serta khawatir sang putri.Tapi...apakah semua akan baik-baik saja?

Sepuluh menit berlalu. Riang sudah terlihat mendengkur halus. Gadis kecil itu terpejam dengan mata yang sesekali bergerak.

"Tidur lah, biar aku yang menjaga Riang!", kata Ziyad.

"Riang sudah tidur, lebih baik kamu pulang. Besok pagi kamu bisa kembali ke sini. Jangan sampai keluarga mu berpikir yang ...", ucapan Citra langsung terputus setelah Ziyad memotongnya.

"Kamu dengar sendiri bukan, Riang mau aku disini saat dia bangun nanti! Dan aku juga sudah berjanji!"

"Tapi kalau kamu di sini, bagaimana dengan istri kamu Zi? Kamu juga harus menjaga perasaannya!", kata Citra. Suaranya bergetar mengingat jika papa dari putrinya sudah menikah. Dia sudah memiliki kehidupan baru.

Tapi...ini bukan salah Ziyad! Ini salah ku yang mungkin tak bisa membedakan antara cinta dan bodoh! Citra terus bermonolog dalam hatinya.

Ziyad tak menjawab ucapan Citra. Sepertinya bukan waktu yang tepat untuk menceritakan hal yang terjadi sebelum ia kemari tadi.

Citra berdiri dari bangkunya.

"Kamu ke mana Cit?", tanya Ziyad yang paham pergerakan Citra yang sepertinya akan pergi dari dekat Riang.

"Ada kamu yang menemani Riang! Biar aku yang menunggu di luar. Hanya satu orang yang diijinkan untuk menemani pasien. Sebelumnya...aku ucapkan terima kasih!", Citra pun keluar.

Ziyad memandangi punggung perempuan yang menjadi cinta pertamanya tersebut. Getaran itu masih ada, hanya saja....

Lupakan Ziyad! Lupakan! Teriak Ziyad dalam hatinya.

Sedang di luar ruangan, Citra tak langsung bisa tidur. Dia duduk bersandar dan menyilangkan tangannya. Setelah itu ia memakai masker untuk menutupi sebagian wajahnya.

Citra tak melihat siapa pun yang melintas di lorong karena memang hampir tengah malam. Ada sedikit rasa takut saat mengingat bahwa kadang ada beberapa orang yang mengaku melihat hal-hal mistis di rumah sakit. Tapi Citra berusaha menampiknya. Dia percaya jika Allah senantiasa melindunginya.

Satu jam berlalu, akhirnya Citra pun terlelap dengan posisi duduk.

Riang sudah melepaskan genggamannya dari tangan Ziyad. Dengan begitu, Ziyad pun bisa sedikit lega. Dengan sedikit gerakan yang sangat pelan, Ziyad beranjak dari bangkunya.

Lelaki itu ingin melihat Citra yang keluar dari kamar Riang. Dan pemandangan yang pertama kali ia lihat adalah Citra yang tidur sambil duduk.

Kenapa kamu harus keluar Citra? Batin Ziyad.

Ziyad melepaskan jaket yang biasa ia pakai dan selalu ada di mobil. Ia menyelimuti Citra yang hanya memakai blouse dan pasmina instan. Setidaknya, ia tak merasa kedinginan nanti. Setelah itu, Ziyad kembali ke dalam ruangan Riang.

.

.

.

Citra terbangun saat ia menyadari ada jaket yang di pakai untuk menyelimuti dirinya. Dari aromanya saja ia tahu siapa pemiliknya.

Entah reflek atau apa, Citra memeluk jaket itu dan mencium aromanya yang begitu ia kenal. Parfum Ziyad tak pernah berubah sejak dulu. Tapi bukannya bangun dari bangkunya, ia justru menyamankan tidurnya lagi sambil memeluk jaket itu.

Entah karena terlalu lelah atau terlalu nyaman memeluk jaket dari pria yang masih ia cintai, Citra masih terlelap meski hari sudah mulai terang. Bahkan ia sudah melewati masa subuhnya. Dan lalu lalang perawat serta beberapa orang tak mengusik tidurnya pagi ini.

Ziyad bermaksud untuk membangunkan Citra karena dia akan pulang agar bisa bersiap untuk pergi bekerja. Tapi pemandangan di hadapannya membuat ia enggan untuk melakukannya. Meski wajahnya meski sebagian wajahnya tertutup masker, dia terlihat sangat lelah.

Selelah apa kehidupan yang kalian jalani selama ini tanpa aku, Cit! Monolog Ziyad.

Di sisi lain, Ahmad dan istri sudah tak sabar menyambangi rumah sakit. Mereka sengaja tak mengajak Naya untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Bagaimana pun juga, Naya pasti sedih menghadapi kenyataan seperti ini.

Setelah mengetahui informasi keberadaan ruangan Riang, Ahmad dan Aisyah pun mencari ruangan tersebut. Dan mereka berdua bisa melihat sosok sang putra yang sedang berdiri di depan perempuan yang memejamkan matanya sambil memeluk sebuah jaket.

Pemandangan tersebut membuat sepasang suami istri itu terpaku beberapa saat.

Ziyad hanya berdiri memandangi mantan kekasihnya yang terlelap. Tak ada sentuhan apalagi kontak fisik yang berlebihan seperti apa yang mereka bayangkan sepanjang malam.

"Zi!", panggil Ahmad pada Ziyad yang langsung membuat Ziyad terkesiap dan menoleh ke sumber suara. Ia terlalu fokus memandangi Citra sampai tak menyadari ada orang tuanya yang datang pagi-pagi seperti ini.

"Papa! Mama! Kalian....", ucapan Ziyad terhenti saat ada pergerakan dari Citra yang sepertinya terusik mendengar suara dua orang laki-laki berbicara.

Citra menegakkan badannya lalu membuka matanya perlahan serta mengucek sebentar hingga ia menyadari bahwa ada lebih dari satu orang berdiri di hadapannya.

Dengan sedikit sempoyongan Citra bangkit dari bangkunya. Untuk Ziyad reflek menangkap tubuh Citra yang beratnya tak seberapa. Mungkin dia lebih kurus di banding saat masih remaja dulu.

Tapi dengan cepat Citra menepisnya. Dia tak ingin kedua orang tua Ziyad berpikir macam-macam.

Tanpa mereka sadari, sejak tadi ada seseorang yang mengikuti Ahmad dan Aisyah. Dia bersembunyi disisi tembok lain.

"Om, Tante!", sapa Citra kikuk. Tatapan mata Ahmad masih seperti dulu dimana Citra pertama kali di kenalkan oleh Ziyad pada mereka. Tegas dan seram!

"Kamu... tidur di luar sejak semalam?", tanya Ahmad. Citra mengangguk pelan.

"Iya, Om!"

"Kenapa?", tanya Ahmad.

"Semalam Riang demam tinggi Om. Dia ingin di temani mas Ziyad. Dan...dan...saya pikir, lebih baik saya di luar agar tidak terjadi fitnah. Mas Ziyad ke sini saja, saya sudah tidak enak terhadap istrinya. Apalagi jika kami harus berada di ruangan yang sama meski ada Riang disana. Dan mungkin istrinya memang tak melihatnya Om. Tapi...saya hanya berusaha untuk menjaga perasaan istri mas Ziyad juga...karirnya....", jawab Citra panjang lebar.

Naya yang ada di balik tembok itu meremas dadanya yang begitu sakit. Dari ucapan Citra, perempuan beranak satu itu terdengar jujur. Tapi...bolehkah Naya egois???

Ziyad menunduk begitu dalam.

"Sebesar apa cinta mu pada lelaki brengsek ini Citra??? Sampai kamu menutupi semuanya dari kami?", tanya Ahmad menohok. Ziyad tak mengelak jika yang dimaksud adalah dirinya. Lelaki brengsek yang sudah menikmati gadis tercintanya tapi pergi begitu saja.

Citra tak mampu lagi menatap Ahmad yang terdengar begitu kecewa.

Entah reflek atau apa, Citra terduduk lalu bersimpuh di depan kaki Ahmad.

"Maafkan Citra, Om! Saya hanya tidak ingin merusak masa depan yang sudah Om siapkan untuk Mas Ziyad. Saya yang salah di sini!", kata Citra.

Aisyah membantu Citra untuk bangkit. Perempuan paruh baya itu merengkuh bahu Citra yang masih tergugu.

"Banyak hal yang Om sesalkan Cit, tapi kenapa kami harus bertemu dengan mu dalam kondisi Riang yang seperti ini???", tanya Ahmad lirih.

Citra semakin erat memeluk Aisyah yang sama-sama menangis.

"Papa ingin bertemu cucu Papa!", ujar Ahmad. Aisyah dan Citra sudah melepas pelukannya.

"Ziyad antar Pa!", kata Ziyad. Lalu Aisyah dan Citra pun mengekor di belakang mereka.

Lalu bagaimana dengan Naya????

Perempuan cantik itu hanya mampu menepuk dadanya yang kian sesak. Karena kenyataannya, meski ia cemburu tapi nuraninya sebagai seorang ibu dan perempuan merasa terpanggil.

Dia sendiri tak bisa membayangkan seperti apa menjadi Citra. Dan mungkin... meski Naya sangat mencintai Ziyad, cinta Citra jauh lebih besar untuk suaminya tersebut.

Setelah merasa sedikit tenang, Naya pun memutuskan untuk meninggalkan lorong rumah sakit tersebut.

*****

16.00

Happy weekend dan selamat beristirahat. Ngga lupa ya Mak ucapin terima kasih tiap kalian selesai baca bab2 receh mamak ini 😁✌️

🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏

Terpopuler

Comments

andi hastutty

andi hastutty

citra sungguh besar cintamu yg tak terbalaskan

2024-01-23

0

Queen Mehrunnisa

Queen Mehrunnisa

sejauh ini masih lanjut bacanya..bagusss ceritanya..

2023-12-22

0

🌺zahro🌺

🌺zahro🌺

yaAllah thor sedih sekali ,kasian citra ,citra wanita kuat,2 part ini air mataku terjun bebas

2023-12-15

0

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 Bab 1
3 Bab 2
4 Bab 3
5 Bab 4
6 Bab 5
7 Bab 6
8 Bab 7
9 Bab 8
10 Bab 9
11 Bab 10
12 Bab 11
13 Bab 12
14 Bab 13
15 Bab 14
16 Bab 15
17 Bab 16
18 Bab 17
19 Bab 18
20 Bab 19
21 Bab 20
22 Bab 21
23 Bab 22
24 Bab 23
25 Bab 24
26 Bab 25
27 Bab 26
28 Bab 27
29 Bab 28
30 Bab 29
31 Bab 30
32 Bab 31
33 Bab 32
34 Bab 33
35 Bab 34
36 Bab 35
37 Bab 36
38 Bab 37
39 Bab 38
40 Bab 39
41 Bab 40
42 Bab 41
43 Bab 42
44 Bab 43
45 Bab 44
46 Bab 45
47 Bab 46
48 Bab 47
49 Bab 48
50 Bab 49
51 Bab 50
52 Bab 51
53 Bab 52
54 Bab 53
55 Bab 54
56 Bab 55
57 Bab 56
58 Bab 57
59 Bab 58
60 Bab 59
61 Bab 60
62 Bab 61
63 Bab 62
64 Bab 63
65 Bab 64
66 Bab 65
67 Bab 66
68 Bab 67
69 Bab 68
70 Bab 69
71 Bab 70
72 Bab 71
73 Bab 72
74 Bab 73
75 Bab 74
76 Bab 75
77 Bab 76
78 Bab 77
79 Bab 78
80 Bab 79
81 Bab 80
82 Bab 81
83 Bab 82
84 Bab 83
85 Bab 84
86 Bab 85
87 Bab 86
88 Bab 87
89 Bab 88
90 Bab 89
91 Bab 90
92 Bab 91
93 Bab 92
94 Bab 93
95 Bab 94
96 Bab 95
97 Bab 96
98 Bab 97
99 Bab 98
100 Bab 99
101 Bab 101
102 Bab 102
103 Bab 103
104 Bab 104
105 Bab 105
106 Bab 106
107 Bab 107
108 Bab 108
109 Bab 109
110 Bab 110
111 Bab 111
112 Bab 112
113 Bab 113
114 Bab 114
115 Bab 115
116 Bab 116
117 Bab 117
118 Bab 118
119 Bab 119
120 Bab 120
121 Bab 121
122 Bab 122
123 Bab 123
124 Bab 124
125 Bab 125
126 Bab 126
127 Bab 127
128 Bab 128
129 Bab 129
130 Bab 130
131 Bab 131
132 Bab 132
133 Bab 133
134 Bab 134
135 Bab 135
136 Bab 136
137 Bab 137
138 Bab 138
139 Bab 139
140 Bab 140
141 Bab 141
142 Bab 142
143 Bab 143
144 Bab 144
145 Bab 145
146 Bab 146
147 Bab 147
148 Bab 148
149 Bab 149
150 Bab 150
151 Bab 151
152 Bab 152
153 Bab 153
154 Bab 154
155 Bab 155
156 Bab 156
157 Bab 157
158 Bab 158
159 Bab 159
160 Bab 160
161 Bab 161
162 Bab 162
163 Bab 163
164 Bab 164
165 Bab 165
166 Bab 166
167 Bab 167
168 Bab 168
169 Bab 169
170 Bab 170
171 Bab 171
172 Bab 172
173 Bab 173
174 Bab 174
175 Bab 175
176 Bab 176
177 Bab 177
178 Bab 178
179 Bab 179
180 Bab 180
181 Bab 181
182 Bab 182
183 Bab 183
184 Bab 184
185 Bab 185
186 Bab 186
187 Bab 187
188 Bab 188
189 Bab 189
190 Bab 190
191 Bab 191
192 Bab 192
193 Bab 193
194 Bab 194
195 Bab 195
196 Bab 196
197 Bab 197
198 Bab 198
199 Bab 199
200 Bab 200
201 Bab 201
202 Bab 202
203 Bab 203
204 Bab 204
205 Bab 205
206 Bab 206
207 Bab 207
208 Bab 208
209 Bab 209
210 Bab 210
211 Bab 211
212 Bab 212
213 Bab 213
214 Bab 214
215 Bab 215
216 Bab 216
217 Bab 217
218 Bab 218
219 Bab 219
220 Bab 220
221 Bab 221
222 Bab 222
223 Bab 223
224 Bab 224
225 Bab 225
226 Bab 226
Episodes

Updated 226 Episodes

1
Prolog
2
Bab 1
3
Bab 2
4
Bab 3
5
Bab 4
6
Bab 5
7
Bab 6
8
Bab 7
9
Bab 8
10
Bab 9
11
Bab 10
12
Bab 11
13
Bab 12
14
Bab 13
15
Bab 14
16
Bab 15
17
Bab 16
18
Bab 17
19
Bab 18
20
Bab 19
21
Bab 20
22
Bab 21
23
Bab 22
24
Bab 23
25
Bab 24
26
Bab 25
27
Bab 26
28
Bab 27
29
Bab 28
30
Bab 29
31
Bab 30
32
Bab 31
33
Bab 32
34
Bab 33
35
Bab 34
36
Bab 35
37
Bab 36
38
Bab 37
39
Bab 38
40
Bab 39
41
Bab 40
42
Bab 41
43
Bab 42
44
Bab 43
45
Bab 44
46
Bab 45
47
Bab 46
48
Bab 47
49
Bab 48
50
Bab 49
51
Bab 50
52
Bab 51
53
Bab 52
54
Bab 53
55
Bab 54
56
Bab 55
57
Bab 56
58
Bab 57
59
Bab 58
60
Bab 59
61
Bab 60
62
Bab 61
63
Bab 62
64
Bab 63
65
Bab 64
66
Bab 65
67
Bab 66
68
Bab 67
69
Bab 68
70
Bab 69
71
Bab 70
72
Bab 71
73
Bab 72
74
Bab 73
75
Bab 74
76
Bab 75
77
Bab 76
78
Bab 77
79
Bab 78
80
Bab 79
81
Bab 80
82
Bab 81
83
Bab 82
84
Bab 83
85
Bab 84
86
Bab 85
87
Bab 86
88
Bab 87
89
Bab 88
90
Bab 89
91
Bab 90
92
Bab 91
93
Bab 92
94
Bab 93
95
Bab 94
96
Bab 95
97
Bab 96
98
Bab 97
99
Bab 98
100
Bab 99
101
Bab 101
102
Bab 102
103
Bab 103
104
Bab 104
105
Bab 105
106
Bab 106
107
Bab 107
108
Bab 108
109
Bab 109
110
Bab 110
111
Bab 111
112
Bab 112
113
Bab 113
114
Bab 114
115
Bab 115
116
Bab 116
117
Bab 117
118
Bab 118
119
Bab 119
120
Bab 120
121
Bab 121
122
Bab 122
123
Bab 123
124
Bab 124
125
Bab 125
126
Bab 126
127
Bab 127
128
Bab 128
129
Bab 129
130
Bab 130
131
Bab 131
132
Bab 132
133
Bab 133
134
Bab 134
135
Bab 135
136
Bab 136
137
Bab 137
138
Bab 138
139
Bab 139
140
Bab 140
141
Bab 141
142
Bab 142
143
Bab 143
144
Bab 144
145
Bab 145
146
Bab 146
147
Bab 147
148
Bab 148
149
Bab 149
150
Bab 150
151
Bab 151
152
Bab 152
153
Bab 153
154
Bab 154
155
Bab 155
156
Bab 156
157
Bab 157
158
Bab 158
159
Bab 159
160
Bab 160
161
Bab 161
162
Bab 162
163
Bab 163
164
Bab 164
165
Bab 165
166
Bab 166
167
Bab 167
168
Bab 168
169
Bab 169
170
Bab 170
171
Bab 171
172
Bab 172
173
Bab 173
174
Bab 174
175
Bab 175
176
Bab 176
177
Bab 177
178
Bab 178
179
Bab 179
180
Bab 180
181
Bab 181
182
Bab 182
183
Bab 183
184
Bab 184
185
Bab 185
186
Bab 186
187
Bab 187
188
Bab 188
189
Bab 189
190
Bab 190
191
Bab 191
192
Bab 192
193
Bab 193
194
Bab 194
195
Bab 195
196
Bab 196
197
Bab 197
198
Bab 198
199
Bab 199
200
Bab 200
201
Bab 201
202
Bab 202
203
Bab 203
204
Bab 204
205
Bab 205
206
Bab 206
207
Bab 207
208
Bab 208
209
Bab 209
210
Bab 210
211
Bab 211
212
Bab 212
213
Bab 213
214
Bab 214
215
Bab 215
216
Bab 216
217
Bab 217
218
Bab 218
219
Bab 219
220
Bab 220
221
Bab 221
222
Bab 222
223
Bab 223
224
Bab 224
225
Bab 225
226
Bab 226

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!