"Riang!", Citra sedikit membentak anak gadisnya. Dia sadar apa yang dalam pemikiran anak sekecil Riang adalah hal yang lumrah.
Jika tugas papanya adalah menolong orang yang membutuhkan, kenapa ia tak menolong anaknya sendiri saat itu?
"Mama bentak Ruang?", tanya gadis kecil itu dengan mata berkaca-kaca.
"Maaf sayang! Mama ngga bermaksud membentak Riang! Maaf!", Citra kembali memeluk putri kecilnya itu.
Tapi Riang tak membalas pelukan mamanya seperti tadi. Dia diam. Tapi sebagai orang yang sudah mulai memahami karakter Riang, Ziyad merasa ada hal yang tidak baik-baik saja.
"Riang, bisa bicara sama papa sebentar?", tanya Ziyad. Rasa bersalahnya kian dalam saat Riang menanyakan kenapa dirinya tak menolong sang putri.
Riang menoleh pada papa yang baru ia temui beberapa hari ini.
Ziyad menggenggam tangan Riang dan mengecupnya. Di tatapnya mata lentik dengan iris kecoklatan itu. Bulu mata yang melengkung alami, alis tebal yang indah juga rapi.
"Maafkan Papa yang tidak bisa melindungi Riang dan mama selama ini! Papa tahu, papa salah! Papa mungkin tidak berhak mendapatkan maaf dari Riang, tapi...papa harap Riang mau memberikan kesempatan untuk papa ... menebus kesalahan-kesalahan papa yang sudah lama tidak menemui Riang. Maafkan papa ya Nak??!", Ziyad kembali menatap Riang.
"Heum! Riang maafin Papa. Tapi papa janji, papa ngga boleh ninggalin Riang sama mama lagi. Riang ngga mau teman-teman Riang, tante-tante jahat menghina Riang dan mama lagi! Papa harus janji!", Riang balik menatap Ziyad dengan mata berkaca-kaca.
Tidak ada yang tidak terharu di sana. Tak terkecuali Naya, istri sah Ziyad. Dia memahami psikis Riang. Gadis itu dipaksa dewasa dan memahami lingkungan sekitarnya dari usia dini.
Tak mudah bagi anak sekecil Riang mengalami tekanan dari sekitarnya. Padahal...setiap yang menghakimi mereka, belum tentu tahu apa yang sebenarnya terjadi. Mereka hanya menuding berdasarkan apa yang ada di pemikiran mereka.
"Iya Papa janji! Dan ...boleh papa berangkat kerja sekarang?", tanya Ziyad. Riang tak mengangguk dan tak menggeleng juga.
"Itu... temannya Tante Dokter kan?", tanya Riang mengarah ke Naya.
Naya tersenyum dan mengangguk ramah. Dia mendekati Riang yang di dampingi Ziyad dan Citra.
"Tante Naya?", tanya Riang. Naya mengangguk tipis. Perempuan cantik itu berdiri di samping Ziyad. Hal itu menarik perhatian Riang kecil.
"Kenapa Tante Naya dekat-dekat papa ku?", tanya Riang polos. Ziyad dan Naya saling berpandangan.
Citra menarik perhatian Riang agar ia tak terlalu banyak bertanya. Citra hanya takut Riang akan menanyakan hal-hal sensitif yang akan menyinggung perasaan Naya.
"Riang...ehem...Tante Naya ini, istri Papa!", kata Citra dengan pelan. Riang menoleh pada Citra.
"Istri papa?", Riang membeo. Citra mengangguk pelan dan berusaha tersenyum meski sudut hatinya sedikit sakit tapi tak bisa ia jabarkan.
"Iya, jadi...hormati Tante Naya seperti Riang menghormati Mama. Atau kalau Riang mau, bisa panggil Tante Naya....Bunda. Iya, bunda Naya!", kata Citra.
Naya terperanjat sepersekian detik. Bagaimana bisa Citra dengan mudahnya membiarkan Riang memanggilnya bunda???
"Bunda?", Riang bergantian menatap Naya. Naya mengangguk tipis dan tersenyum.
"Apa bunda Naya ngga akan bilang kalo Riang dan mama akan mengambil Papa? Seperti yang teman-teman dan tante-tante jahat bilang ke kita Ma?"
Citra sudah menebaknya! Anaknya bukan anak yang biasa!!!
******
Kalau bisa mau 5 bab hari ini😁😁😁😁😁
Terimakasih 🙏🙏🙏🙏
9.10
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 226 Episodes
Comments
yukmier
kenaps yaa orang yg kelewat baiknys itu cima ada didunia halu,,sprti citra ini...
2024-06-01
1
andi hastutty
luar biasa hatimu citra
2024-01-23
1
🌺zahro🌺
thor adakah part yg membuat aku tidak mengeluarkan air mata ini,sinetron di tiveh kalah sama karyamu thor,
2023-12-15
1