"Eum...maaf om ,Tante, mamanya Riang saya permisi dulu suami saya sudah jemput!", pamit Bella. Padahal dia membawa mobil sendiri hari ini. Dia tak ingin berspekulasi lebih dalam lagi yang bukan urusannya.
"Ya udah hati-hati! Lain kali main ke rumah ya?! Naya pasti senang kalau kamu datang!", kata Aisyah. Bella mengangguk pelan.
"Insyaallah Tante. Assalamualaikum!", pamit Bella.
Sepeninggal Bella, tinggallah Citra, Ahmad dan Aisyah yang duduk dibangku tunggu depan apotek.
"Tadi Bella menyebut kamu Mamanya Riang, kamu sudah menikah? Dan...apa anak kamu yang sakit?", tanya Aisyah. Bagaimana pun juga, dulu mereka begitu dekat.
"Eum...iya Tante, Riang sedang di rawat di sini sejak beberapa hari lalu", jawab Citra.
"Oh ya? Sakit apa Riang?", tanya Aisyah lagi.
"Eum...hanya demam kok Tante."
Citra meremas kedua tangannya yang ia letakan di atas pangkuannya. Ahmad menoleh ke kanan dan ke kiri, entah siapa yang sedang ia cari.
"Suami kamu di mana Cit? Apa sedang menunggu Riang?", Ahmad langsung menoleh pada Citra.
"Eum...itu Om...saya...."
Belum sempat Citra menjawab, ponsel Ahmad berdering.
"Sebentar ya Citra!", Ahmad pun mengangkat panggilan teleponnya tersebut dan menjauh dari Aisyah dan Citra.
"Citra...gimana kalau Tante dan Om nengok Riang, mumpung masih di sini!", kata Aisyah. Citra tak langsung menyahut.
Ada beberapa hal yang ia pertimbangan jika kedua orang tua Ziyad bertemu dengan putrinya. Kondisi putrinya berbeda dengan anak-anak lain pada umumnya. Dan Citra baru menyadari ternyata Riang memang mudah sekali berubah mood. Ternyata karena dia...
Dada Citra merasa nyeri jika mengingat betapa sulitnya masalah yang dia hadapi ke depannya nanti.
"Iya boleh Tante!", jawab Citra.
"Ma...!", Ahmad mendekati Aisyah dan Citra.
"Iya pa?"
"Mama papanya Naya ada di rumah. Kita pulang yuk! Ngga enak kalau mereka harus menunggu terlalu lama!", ajak Ahmad.
"Yah ... padahal mama masih kangen sama Citra. Mama juga pengen ketemu Riang! Dia pasti cantik seperti Mamanya!", puji Aisyah hingga Citra tersenyum.
"Gini aja! Citra, berikan nomor ponsel kamu. Biar nanti kami gampang menghubungi kamu. Jangan menghilang lagi! Meski kamu dan Ziyad sudah memiliki kehidupan masing-masing, tetap jangan memutuskan silaturahmi dengan om dan Tante!", kata Ahmad.
Akhirnya Aisyah menerima nomor telepon Citra. Setelah beberapa saat, sepasang suami istri itu meninggalkan Citra.
Citra memutuskan untuk ke kamar Riang.
.
.
.
Riang anak ilang!
Riang ngga punya papa!
Riang anak ilang!
Riang ngga punya papa!
Ledekan itu menggema setiap hari saat Riang kecil bermain. Anak-anak seusianya banyak yang meledek Riang seperti itu.
Anak kecil mana yang tak sakit hati di perlakukan seperti itu? Bahkan bakat bullying sudah nampak dari mereka meskipun masih kecil.
Lalu bagaimana orang tua mereka??? Orang tua mereka menganggap jika hal itu biasa dengan dalih
'Namanya juga anak-anak! Maklumi aja lah!'
Hampir setiap hari seperti itu yang harus Riang hadapi. Mamanya sibuk memasak dan menyediakan makanan untuk para pelanggan. Bukan warteg, tapi hanya berjualan nasi beserta lauk pauknya yang biasanya akan habis hingga lewat tengah hari.
'Kok Riang ngga punya papa sih?
Ayam aja punya papa lho hahahahah.....'
Riang yang kecil itu tak bisa menjawab cemooh teman-temannya. Meski penasaran , dia sudah segan ingin bertanya lagi pada mamanya tentang sang papa.
Tapi melihat mamanya selalu bersedih jika dirinya bertanya dan membahas tentang papanya, Riang memilih untuk tak bertanya lagi.
Gadis kecil itu yakin jika suatu saat ia akan bertemu dengan papanya.
'Riang kata mamaku, aku udah ngga boleh deket-deket sama kamu lagi!'
'Kenapa?'
'Katanya mama takut kalau kamu sama mama kamu ambil papa ku!'
Itu jawaban teman satu-satunya Riang. Kecewa? Tentu saja! Meski ia tidak memiliki papa, bukan berarti ia akan merebut papa orang lain kan???
Sejak itulah, Riang menjadi pemurung. Namanya Riang, tapi jarang tertawa kecuali di depan mamanya. Dia yang masih kecil saja sudah berpikir jika ia tak boleh membuat mamanya bersedih.
Riang memilih untuk menyendiri karena teman-temannya menjauh darinya. Di belakang warung kecil mamanya, ada sebuah kolam ikan milik si pemilik warung yang mamanya sewa.
Riang melihat ikan yang menggelepar di pinggiran kolam. Sepertinya ikan itu loncat dari dalam kolam yang tak dalam tersebut.
Ikan itu terus bergerak-gerak hingga menarik perhatian Riang. Gadis itu mendekati ikan yang kehabisan oksigen.
Tapi bukannya membantu ikan untuk kembali ke air, Riang justru menginjaknya. Gadis kecil itu menginjak tanpa ampun barulah setelah itu ia menendang ikan itu lagi masuk ke dalam kolam.
Dan setelah itu, sekelompok ikan mengelilingi ikan yang sudah mati karena Riang injak.
.
.
.
"Euuuggghhhh....", Riang melenguh di dalam tidurnya bersamaan dengan Citra yang masuk ke kamarnya. Gadis kecil itu berkeringat banyak.
Citra buru-buru mendekati sang putri yang sepertinya tengah bermimpi buruk.
"Sayang! Bangun nak, kamu mimpi apa kenapa sampai ketakutan seperti itu???", Citra menepuk lirih lengan Riang.
Riang mengerjapkan matanya. Mamanya dengan wajah cemas, itu pemandangan yang ada di matanya untuk pertama kalinya.
"Mama hiks...hiks...hiks...!"
"Iya sayang, mama di sini!", Citra memeluk Riang dengan begitu sayang.
"Mama, Riang mau papa! Riang mau ketemu papa!", kata Riang di sela isakkannya.
Tubuh Citra menegang karena terkejut mendengar permintaan Riang.
*****
Selamat ibadah subuh 🤗🤗🤗
03.40
Terimakasih 🙏🙏🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 226 Episodes
Comments
Nurgusnawati Nunung
sedih ya kehidupan Riang.
2024-01-28
0
andi hastutty
kasian sekali kisah citra dan riang
2024-01-23
0
🌺zahro🌺
kasian dengan kisah citra dan riang begitu banyak beban yang mereka pikul,sedih part ini
2023-12-15
1