Ada rasa tertampar dal lubuk hati Naya dan Ziyad. Ziyad seolah berdiri ditepian jurang. Salah bergerak, dia akan jatuh. Mungkin kalau dia jatuh seorang diri, tak masalah.
Yang jadi masalah adalah saat ia mengambil keputusan yang salah nantinya akan menyakiti salah satu dari para perempuannya!
Ishhhh...para perempuannya??? Kesannya gimana ya???
Tapi memang benar, ketiga perempuan yang ada di hadapan Ziyad adalah para perempuan berharga, selain ibunya tentunya ya!
"Bunda tidak akan mengatakan Riang seperti yang Riang bilang tadi!", Naya tersenyum setelah ia menguasai dirinya usai mendengar pertanyaan Riang.
Gadis kecil itu memang polos, dia tak bisa menutupi apa yang membuatnya penasaran. Yang dia tahu, apa yang ada dalam pikirannya itu yang akan dia sampaikan.
"Apa anak bunda Naya tidak marah?", tanya Riang lagi. Naya menggeleng lemah.
Ziyad memalingkan wajahnya agar tak melihat kesedihan diwajah sang istri. Pertanyaan tentang anak, merupakan hal paling sensitif bagi seorang Naya.
"Memang Riang marah?", tanya Naya balik. Riang menukikkan alisnya.
"Kenapa Bunda Naya malah balik bertanya Ruang marah apa ngga?", tanya gadis kecil itu.
Naya bergantian menggenggam kedua tangan Riang yang masih berbalut perban di tangannya.
"Buat bunda, anak papa yang cantik ini...anak bunda juga!", kata Naya dengan mata berkaca-kaca. Citra mengusap lelehan air di pipinya.
Sungguh! Ziyad benar-benar beruntung memiliki istri sesempurna Naya. Wajah yang rupawan hatinya juga sungguh luar biasa sabar.
Kamu tega membiarkan perempuan sebaik Naya hancur karena kehadiran kamu dan Riang, Citra???? Batin Citra.
Aisyah memeluk pinggang Ahmad yang menyaksikan anak, menantu serta cucunya yang berinteraksi layaknya keluarga bahagia.
Padahal...dalam hati mereka masing-masing ada luka dan rasa sakit yang entah bagaimana cara menyembuhkannya. Terutama gadis kecil yang masa depannya saja sudah terenggut paksa.
Ahmad berharap suatu saat nanti, akan ada pria baik yang menerima kondisi sang cucu dengan apa adanya tanpa menuntut hal-hal yang tak semestinya. Karena...semua di luar kendali Ruang sendiri!
Riang menoleh ke Ziyad dan Citra bergantian lalu setelah itu ia melepas tangan Naya dari genggamannya.
Gadis itu menunduk memainkan jemarinya yang terluka. Tapi Citra mencegahnya.
"Riang sudah janji tidak akan melukai diri sendiri kan? Lupa?", tanya Citra yang berusaha memasang lagi perban di jari mungil itu. Tak ada jawaban dari bibir tipis berwarna pink alami tersebut.
"Sayang! Riang ngga lupa kan untuk menjaga diri Riang baik-baik, demi Mama biar mama ngga sedih lagi? Ngga nangis lagi?", Citra mengangkat dagu Riang dengan telunjuknya.
Riang berkedip lalu menatap Naya dan Ziyad bergantian.
"Apa Riang salah sama Bunda Naya kalau Riang mau sama papa dan Mama juga? Seperti teman-teman Riang?"
Citra memejamkan matanya. Dia harus ekstra sabar menghadapi setiap pertanyaan dari mulut kecilnya tersebut. Semakin bertele-tele ia menjawab, maka akan ada pertanyaan berikutnya yang tak kalah bikin kepala pening.
"Riang ngga salah! Bunda ngga masalah kalo Riang mau sama papa dan mama juga! Eum...besok kalo Riang sudah sehat dan sudah pulang, Riang bisa kok sama mama dan papa juga!", kata Naya meyakinkan gadis kecil itu.
"Maaf Naya, jangan membuat Riang berharap terlalu tinggi seperti itu. Riang memang bisa bertemu papanya tapi buk...", sayangnya Naya buru-buru menyela ucapan Citra.
"Riang, kalau misalnya dalam satu Minggu papa bersama Riang tiga hari mau?", tawar Naya.
"Naya! Apa-apaan kamu!!", Ziyad sudah tidak tahan dengan sikap Naya yang semaunya sendiri tanpa meminta persetujuan darinya.
"Riang mau Bund! Mau!", sahut Riang dengan senyuman lebar. Baru kali ini Citra melihat senyuman Riang yang begitu lebar, berbeda dari biasanya.
"Kamu dengar kan mas? Riang mau! Riang dan aku bersedia mas! Apa lagi?", desak Naya.
"Tapi aku tidak, Naya!!!", sahut Citra cepat. Riang menoleh seketika pada mamanya. Tawanya yang tadi lebar sekarang memudar.
"Mama tidak mau?", tanya Riang. Suaranya bergetar seperti ingin menangis.
"Sayang... maksud mama...?!"
"Riang ngerti kok, Ma! Riang nakal! Riang suka melukai diri sendiri dan orang lain. Makanya sekarang mama udah ngga sayang sama Riang! Hiks...hiks...!"
"Astaghfirullahaladzim!", Citra merengkuh bahu Riang. Tapi gadis kecil itu meronta-ronta.
"Pergi! semua pergi! Ngga ada yang sayang sama Riang! Mama jahat! Mama udah ngga sayang sama Riang!!?"
Ziyad bergantian memeluk Riang dengan erat.
"Tenang sayang, tenang ya! Mama sayang sama Riang, sayangnya mama ke Riang melebihi siapapun! Jangan bicara seperti itu, nanti mama makin sedih! Tenang sayang....!", pinta Ziyad masih memeluk Riang.
Ternyata Ahmad tadi memanggil dokter. Dokter yang menangani Riang pun bergegas untuk mengambil tindakan agar Riang bisa istirahat dan tenang.
Drama panjang tadi menyita waktu Ziyad yang seharusnya sudah berangkat ke kantor. Tapi dia tak tega meninggalkan Riang dalam kondisi seperti itu.
"Ini kunci mobil ku Mas. PDH mu dan peralatan mandi juga sudah aku siapkan di mobil ku! Kita tukar saja mobilnya!", kata Naya memberikan kunci mobilnya.
Aisyah sebagai seorang perempuan, seorang ibu...merasakan kesedihan Citra dan Naya dalam waktu yang bersamaan. Tapi...dia sendiri bingung! Meski keduanya layak untuk di bela, bukan berarti ia harus condong ke salah satunya bukan?
Tapi...di sini Naya adalah menantunya yang sah, seharusnya ia lebih berat pada sang menantu. Di sisi lain, Citra adalah ibu kandung dari cucunya. Jadi, dimana ia harus menempatkan diri????
******
Udah bab ke 2 nih hari ini....🤫🤫🤫
Terimakasih 🙏🙏🙏
11.32
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 226 Episodes
Comments
kalea rizuky
ini anak lama lama ngeselin
2024-02-21
0
andi hastutty
aduh Thor membuat pening mau pilih yg mana tapi klo saya citra ngga perlu dinikahi
2024-01-23
1
bung@ter@t@i
can nanaon Atos lieur ya Bu Aisyah.. minum bodrek dulu biar gak oleng 🤭🤭🤭
2024-01-14
1