“Jadi ceritanya berhasil nih.” Aku berkata dengan senyum main menggodanya.
Dengan polosnya Aca mengangguk seperti halnya anjing yang terlihat bodoh. “Iya, untuk ucapan terimakasih gue mau ngajak lo belanja di mal nanti pulang sekolah.”
“Tapi gue punya anjing yang selalu ikut gue, gimana dong...” kataku menggodanya, terlebih menyebut Cila sebagai anjing. Jika Cila tahu aku akan habis ditangannya setelah ini.
“Oke. Yang berhubungan sama lo gue traktir sepuasnya, satu gedung juga kalau lo mau bakal gue borong.” Aca berkata dengan menggebu menatapku dengan bintang dimatanya.
Aku tergelak mendengar jawabanya yang sedikit nyeleneh. “Kalau begitu tunggu pulang sekolah. Btw lo bawa mobil kan?” tanyaku. Tidak lucu jika nanti ke mall harus menunggu angkutan umum atau taxi.
“Hmm. Iya gue bawa.”
“Bagus, kalau gitu gue pergi dulu.” Aku berdiri dan berjalan meninggalkan Aca yang juga mengikutiku dibelakang sedikit jauh dariku. Jika ku perhatikan, Aca dia terlihat bisa bahagia dan tertawa dengan hal-hal yang sepele.
...“Menambah teman itu tidak masalah. Masalahnya adalah kita yang tidak bisa memilih teman tanpa kualitas. Tentu saja teman untuk kebaikan bukan untuk keburukan.”
...
“Gila, gue masih nggak nyangka lo temenan sama Aca diam-diam.” Bisikan dari Cila menjadi temanku dalam perjalanan terus berdengung di sepanjang jalan hingga kini berada di mall.
“The best lah. Jadi lo bisa temenan sama yang lain juga. Re, sebenarnya gue juga seneng apalagi Aca tajir. Kalau mau belanjain gini kan gue jadi seger.” Cila berkata sambil memilih baju yang tergantung rapi di sebuah gantungan.
Aku menggeleng pelan mengamati reaksi Cila. Aca. Tadinya aku hanya berpikir jika Aca hanya berkata tanpa bobot untuk menraktirku belanja di mall, kini semuanya terjadi dan aku sedikit merasa tidak enak padanya apalagi aku membawa satu sahabat dugongku.
Aca yang tadinya berada sedikit jauh denganku dan Cila mendekat, “nanti kalau udah langsung bawa ke kasir aja. Gue mau ke toilet dulu.” Aca berkata yang kujawab dengan anggukan.
“Ca,” panggil Cila membuat Aca menoleh. “Lo nggak bakalan kabur kan,” lanjutnya main-main.
Aca hanya mendengus sebagai jawaban dan berbalik pergi.
Aku memandang Cila mendelik. Bisa-bisanya dia berkata seperti itu, lagipula jika Aca tidak membayarpun kami masih bisa membayarnya sendiri. Tidak menggubrisnya lagi, aku tertarik dengan salah satu gaun biru yang berada di patung. Gaun itu memiliki lengan yang menjuntai memperlihatkan sedikit bahunya dengan rok diatas lutut. Itu dress dengan jenis ala korea yang sangat pas sekali dengan gayaku yang menyukai berbagai hal tentang korea, salah satunya yaitu baju. Aku memilihnya.
“Ci, udah belum?” tanyaku pada Cila.
“Udah, nih.” Cila mengangkat tangan kanannya menunjukkan baju yang sudah berada di tangan. Baju itu berwarna ungu dengan model yang hapir sama dengan pilihanku.
“Kalau gitu kita nunggu Aca dikasir.” Aku menyeret Cila menuju kasir.
^^^"Cila yang gila juga membuatku sedikit gila. Apa hebatnya dia hingga membuatmu tergila-gila?"
^^^
^^^
^^^
“Aduh. Sorry ya, gue nggak bisa nganter kalian berdua pulang.” Aca berkata dengan wajah bersalah.
“Santai aja kali, kita berdua bisa pulang pakai taxi,” jawabku santai.
Tadi saat Aca ke toilet, dia mendapat pesan dari bunda tersayangnya untuk menjemputnya di bandara jadi dia terpaksa harus meninggalkan kedua teman barunya untuk menjemput bundanya tersayang.
Aku dan Cila juga tidak keberatan dengan ini dan memakluminya. Kami berdua sudah menenteng dua tas di tangan masing-masing hasil dari morot Aca barusan. Sedikit memalukan memang, tapi mau bagaimana lagi aku melihat gaun ini saat akan membayar di kasir dan aku langsung menyukainya. Tadinya aku berpikir untuk membayar sendiri untuk gaun pilihan terakhirku, tapi Aca membayar langsung dengan sedikit memaksa.
Huh. Enaknya punya teman orang kaya. Sebentar, mungkinkah aku sudah menambahkan Aca sebagai daftar sahabatku. Setelah dipikir tidak ada salahnya menambahkan daftar teman untuk Aca.
“Kalau gitu gue duluan ya, bye.”
“Bye.” Aku dan Cila menjawab barengan.
Aca segera memasuki mobil dan pergi dari tempatnya.
“Ci, pesen taxi dong. Ponsel gue mati.”
Cila mendelik dan membuka ponselnya menemukan bahwa ponselnya juga mati. “Punya gue juga.”
Aku menggeleng. Apalagi ini, kenapa disaat seperti ini malah ada saja halangan. Aku menatap jalan di depan banyaknya mobil yang berlalu lalang dan polusi bertebaran. Raka.
Tiba-tiba saja melintas di pikiranku, disaat genting atau aku butuh pertolongan dia akan muncul tapi saat ini tidak mungkin. Dulu aku sangat membenci kemunculannya tapi sekarang aku malah berharap kemunculannya.
Sedikit konyol jika aku berharap Raka akan datang saat ini. Aku sadar aku tidak boleh berharap, mungkin saat ini Raka juga sudah masuk dalam daftar teman bagiku.
Cit.
Suara rem mobil berhenti di depanku dan Cila membuat kami mengernyit heran. Aku ingin marah tapi apa daya, mungkin yang membawa mobil takut terlewat jadi mengerem mendadak.
Seorang pria jakung dengan kacamata hitam muncul dari balik jendela mobil saat kaca diturunkan. Benar-benar Raka? Aku tidak mempercayainya. Panjang umur, aku baru saja memikirkannya dan sekarang dia ada di depanku.
Apakah dia hantu atau orang yang memiliki kekuatan super atau mungkin Raka ingin berbelanja disini. Entah itu juga bukan urusanku.
“Re. Gue nggak halu kan, masa gue lihat kak Raka.” Cila menepuk pundakku pelan.
“Bodoh. Masuk.” Raka berkata sambil menatapku.
Suara itu terdengar sangat menyebalkan ditelingaku. Kini aku menyesali apa yang aku pikirkan tadi, aku lupa bahwa dia sangat menyebalkan baik itu sifat maupun omongannya yang membuat orang ingin meledak marah. Tidak mau mendengar omelan Raka yang selanjutnya dengan cepat aku menarik tangan Cila untuk duduk di mobil belakang bersamaku.
Brak. Suara mobil ditutup.
“Lo pikir gue sopir lo,” desis Raka mengarahkan mata siletnya padaku.
Tidak ingin berdebat, aku keluar dari pintu belakang dan masuk ke pintu depan. Berdebat dengan Raka akan sama saja karena aku tahu jika nantinya aku akan kalah mengingat betapa hebatnya seorang Raka dalam berdebat hingga lawan bicaranya sampai mati kutu dan meledak. Bukan Raka jika seseorang bisa lepas dari cengkraman mulutnya yang setajam silet.
Di dalam mobil.
From : Cicila
Mimpi apa gue semalam sampai bisa pulang bareng kak Raka! Gila, gue rasa gue nggak bakalan bisa tidur nanti malam. Dan, lo. Dari kapan dekat sama kak Raka?
Melihat pesan text dari Cila membuatku mengernyit. Mobil sangat hening, tidak ada yang berani bersuara dan hanya pesan text yang berfungsi untuk komunikasiku dan Cila. Aku menoleh ke belakang tempat Cila berada, disana Cila tengah menggigit jari-jarinya gemas dan menatapku dengan mata berbinar. Aku tersenyum tanpa sadar mengetikkan balasan.
For : Cicila
Gue nggak dekat Ci. Lagi, lo jangan mandang kak Raka dari segi fisik. Aslinya fix, dia ngeselin banget.
From : Cicila
Ngeselin dari mananya? Nih ya Re, gue kasih tahu. Orang ganteng mah kalau ngeselin jadi seksi banget, Re.
Aku menoleh menatap Cila dengan tidak setuju dan dibalas tatapan nyolotnya. Menggelengkan kepala dan menatap ke depan, aku kembali menatap ponselku yang bergetar.
From : Cicila
Lihat Re, tanganya kekar banget. Bahunya bahuable yang buat cewek meronta pengen nyandar!
Mataku membola seketika menatap layar ponsel, Cila sebenarnya ingin masuk rumah sakit jiwa kewarasannya perlu dipertanyakan.
For : Cicila
Ci. Lo masih waras kan?
From : Cicila
LO KIRA GUE GILA!!! YANG BENER AJA RE! FIX LO NGGAK SEPENDAPAT SAMA GUE!! BAHKAN CEWEK LAINPUN AKAN SEPENDAPAT SAMA GUE! GILA REA!! JANGAN-JANGAN LO LESBI!! JAUH-JAUH LO SAMA GUE!!!!
Pesan capslook terpampang dilayar ponselku membuatku mendengus. Lesbi dari mananya, aku masih doyan cowok terutama cowok modelan *******. Cowok ******* emang the best walaupun cuma fiksi reaksi Cila benar-benar berlebihan hingga menyebutku sebagai lesbi.
For : Cicila
Lo belum tahu aja mulutnya yang setajam silet. Gue yakin lo juga bakal nganggep kalau dia ngeselin.
“Gila.” Suara Raka datang dari samping membuatku menoleh kikuk dengan senyum kaku.
For : Cicila
TUH, GUE BILANG JUGA APA!! LO SIH NGGAK PERCAYA!!
“Lo belum makan kan, kita cari makan dulu. Mau makan dimana?” Raka bertanya tanpa mengalihkan pandangannya dari depan.
From : Cicila
LAKI PERHATIAN ITU SEKSI BANGET RE!!!!!
Aku memutuskan untuk tidak melihat ponsel lagi setelah mendapat pesan dari Cila dan menoleh kearah Raka yang masih menunggu jawabanku.
“Kita udah makan. Iya kan Ci?
“Belum. Kapan kita makan, Re?”
Sialan, si Cila. Jika bisa aku ingin menggigitnya dengan gemas sekarang, Cila tidak bisa diajak kerja sama sekali. Aku tidak berniat berlama-lama dengan Raka membuatku sedikit berbohong, tapi Cila? Dia malah menghancurkan keinginanku seketika.
“Mau makan dimana?” tanya Raka menoleh padaku.
“Di rumah. Beli aja gado-gado di pinggir jalan tapi dibungkus, makannya nanti di rumah gue. Iya kan Ci?” aku memberi kode pada Cila dengan kedipan mata.
“Ha... ha... iya, gue mau nginep ke rumah Rea. Bungkus aja makanannya.” Cila menjawab dengan sedikit terpaksa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments