“Dari banyaknya orang yang ku takuti, kenapa harus kamu yang membuatku..."

“Dari banyaknya orang yang ku takuti, kenapa harus kamu yang membuatku takut seperti orang kesetanan. Kita tidak saling mengenal, tapi aku sudah setakut ini padamu. Sebenarnya ada apa dengan dirimu” 

Ketakutan itu terpampang jelas dalam pikiranku. Apa yang sebenarnya terjadi dan apa hubungannya dengan lelaki bernama Raka Adijaya. Aku baru melihatnya dua kali dan aku langsung ketakutan, seberapa menakutkannya lelaki itu terpampang gamblang di matanya.

Dia, Raka. Dia seperti bisa melihatku dalam sekali tatap, seluruh ketakutanku terkuak di hadapannya tanpa celah. Mungkin Raka mengerti tentang psikolog, entah aku tidak tahu, aku terlalu takut pada matanya yang sangat dalam.

Sangat menyesatkan, mungkin dia bisa menebak dan mengumbar seseorang termasuk diriku. Tidak bisa, aku tidak bisa hidup dalam ketakutan seperti ini. Menjauhi seorang Raka, mungkin pilihan yang paling baik. Kenapa, bahkan dari sekian banyaknya orang kenapa harus dia orang yang bahkan tidak aku kenal.

Sial. Sialnya mereka berada di sekolah yang sama dan lagi kenapa harus kakak kelasnya yang katanya siswa populer yang di juluki sebagai dewa sekolah. Aku menghembuskan nafasku kasar sembari menenangkan diriku. “Tidak apa, aku tidak memiliki masalah apa pun dengannya. Ya, tenang Rea. Tidak akan terjadi apa pun padamu selama kamu tidak berurusan dengannya,” gumamku menyemangati diri.

“Re, lo nggak pa-pa kan?” Cila terus memberondong ikut dengan pertanyaan itu dan langsung aku jawab gelengan kepala terus menerus.

Sudah berakhir. Tidak perlu memikirkannya lagi, aku menelungkupkan ke pelaku di meja. Hari ini terasa sangat lelah daripada biasanya, tanpa sadar aku tertidur lelap hingga bel pulang berdering.

..."Indahnya dunia fiksi membuatku tak sadar dengan dunia nyata. Banyak kata yang ingin kusampaikan pada dunia yang tidak tersampaikan."

...

Setelah kejadian itu, rupanya tidak berpengaruh padaku sampai saat ini kecuali black eyes yang kadang aku temukan tanpa sengaja. Soalnya, daya pikat black eyes terlalu sulit untuk dilawan hingga setiap kali mataku tidak sengaja melihat matanya aku akan langsung mengalihkan pandanganku.

Benar tidak ada yang terjadi, tapi aku terjerat dalam bahaya yang aku sendiri tidak tahu. Seperti ada mata yang terus mengikuti diriku yang membuatku selalu merinding dan memikirkan banyaknya wajah makhluk yang tidak ingin kulihat dan tidak sekasta denganku.

Hal gaib memang akan membuat siapa saja merinding, tidak wajar jika tidak. Diriku yang penakut juga membuatku tidak bisa menulis novel ber genre horor. Itu salah satu skil ku yang tidak akan pernah aku coba. Hanya membayangkannya saja membuatku takut apalagi mencoba untuk menulis.

Fiksi memang dunia harianku. Kadang membedakan mana fiksi dan mana yang nyata sangat sulit bagiku, hingga menjadi perdebatan antara aku dan Cila dimana kadang membuatku muak. Aku ingin tapi aku tidak bisa.

Lingkunganku bagaikan drama dalam fiksi dan aku adalah seorang tokoh figuran tanpa nama.

Tokoh yang membuatku bahagia, karena hanya itu yang bisa membuatku bahagia selain sahabatku. Tokoh dimana aku tidak harus, bahkan tidak akan terlihat di dalamnya. Hanya seorang figuran yang di anggap sebagai pelengkap dan penonton setia para pemain tokoh utama.

Satu lagi sesuatu yang membuatku sulit keluar dari dunia fiksi. Dunia fiksi sangat indah dibandingkan dengan realita, itu membuatku sangat betah hingga menganggap dunia yang kutempati sama dengan dunia fiksi.

Dunia fiksi, dunia itu bisa mewujudkan semua keinginan terpendamku tanpa bersusah payah, tanpa perlu menangis pada saat tembok gelap. Aku hanya perlu menulis dan membayangkan apa yang kuinginkan.

..."Satu kelemahan membuatku takut terhadap dunia. Tidak lagi ingin berusaha dan mencapainya karena aku tahu, semua akan sia-sia."

...

Pada dunia, aku menyerah. Pada alam aku juga menyerah. Aku menjalani hidupku bagaikan mayat mati, kehilangan nyawa seperti zombie berjalan. Zombie, mereka tidak berpikir dan tidak menggunakan akalnya, otak mereka seakan mati.

Tidak ada bayang bayang kehidupan, tidak memiliki rasa sakit, senang, maupun sedih. Satu yang mematahkanku jika aku seorang zombie adalah, aku masih memiliki rasa sedih itu, aku memiliki rasa takut yang amat dalam. Masih banyak lagi yang kutakutkan.

Tak pantas jika aku menyamakan diriku sama zombie karena kami masih memiliki perbedaan. Lalu psikopat? Itu sama sekali berbeda denganku. Aku tidak haus darah sepertinya, aku juga masih memiliki belas kasih. Aku masih manusia yang hidup menumpang sebagai figuran.

Kesenangan. Dimana aku dapat merasakan rasa senang? Aku masih bingung, apa aku tidak memilikinya atau aku tidak bisa merasakannya, rasa setitik kebahagiaan yang sulit kudapatkan dalam hidupku sampai saat ini.

Apa aku senang saat bersama sahabatku Cila? Aku tidak mengerti apakah aku senang atau tidak. Saat bersamanya kadang aku ingin egois agar Cila hanya memilikiku sebagai sahabat. Mungkinkah itu sebuah obsesi, setelah lamanya dan banyaknya orang hanya satu orang yang mau menjadi sahabatku.

Kadang aku berpikir, apakah semenjijikkan itu berteman denganku. Apakah aku sejelek itu, banyak kata yang ingin aku sampaikan. Dunia dan alam yang jijik karena aku menginjakkan kakiku di atasnya. Alam yang tak merestuiku. Mereka yang memandangku jijik seakan aku seorang hama yang memang pantas dijauhi.

Dunia seperti mengatakan bahwa akulah peran utama dan mereka adalah peran pendukung, pada nyatanya akulah sebenarnya yang peran pendukung. Sekitarku terlalu sepi untuk menjadi peran utama, sangat tidak cocok.

Anehnya, aku masih mau bertahan di dunia ini setelah banyaknya kesakitan yang menerpaku. Aku masih mengharap setitik bayangan kebahagiaan dapat hinggap dan menemukannya walaupun harus menggali lebih dalam lagi.

..."Sedikitnya kemungkinan. Tapi aku percaya pada tuhan yang menciptakan alam semesta akan memberimu kebahagian yang tak terduga setelah ini. Kebahagiaan yang membuatku terus menjalani hidup."...

Setidaknya aku masih mempercayai adanya Tuhan. Aku percaya, maka dari itu harapanku tidak pernah padam. Kepercayaanku padanya membuatku semakin kuat dan tetap bertahan. Pertahanan kokoh walau kadang aku sendiri.

Kesendirianku. Kadang aku bertanya pada Tuhanku setiap harinya. Apa aku pentas bahagia? Kenapa aku merasa diriku menderita. Atau mungkin memang ada hadiah yang menantiku setelah sekian lama aku berdoa padamu?

Kata itu terus terngiang dalam benakku setiap harinya. Pada dasarnya manusia memang harus bergantung pada Tuhannya yang telah menciptakan alam semesta, walau kadang kita merasa tak adil.

Kebahagiaan itu akan hadir setelah adanya rasa sakit, dan aku masih menantikannya datang. Secuil harapan yang masih menggebu. Juga ketika kita dijauhi seseorang niscaya mereka tidak baik untuk kita. Banyak yang harus kuperbaiki dalam kehidupan. Perbaiki menjadi yang lebih baik, tidak pernah menyerah. Kini aku berjuang untuk menggapai mimpiku.

..."Walau semesta tidak menyukaiku aku masih memiliki seorang sahabat yang menuntunku untuk keluar dari neraka."

...

Cila. Gadis yang berada di hadapanmu ini kini menatapku dalam membuatku sedikit tidak nyaman. Tatapan menelisik setelah melihat tangan kananku memiliki baret dari benda tajam.

“Lo nggak ngelakuin hal aneh-aneh kan?” tanya Cila menyelidik.

Aku menghembuskan nafas kasar. “Nggak usah ngarang lo, gue nggak gila sampai ngelakuin hal seperti itu,” jelasku.

Cila bersedih, “ya siapa tahu lo udah gila.”

Kini aku dan Cila berada di cafe x untuk sekedar berbicara. Bukan girls time, hanya untuk menumpahkan beban yang selama ini mendera. Walau aku sudah tidak takut akan keramaian seperti ini yang dimana bukan aku yang menjadi peran, tetap saja aku masih sedikit kesulitan mengatur diriku.

Mengatur agar aku bisa beradaptasi dengan lingkungan ramai seperti ini membuatku sedikit muak. Ini dimana aku mengeksploitasi seluruh rupa wajah. Dimana adanya wajah munafik, wajah protagonis asli atau juga antagonis pria. Aku tidak bisa menghentikan kebiasaanku. Menilai seperti ini seperti sudah mendarah daging di tubuhku.

“Lihat gue, bukan sekitar.” Cila berkata pelan padaku saat melihat diriku terus menoleh kesana kemari melihat rupa.

Aku berdehem pelan menangkis semua rasa gugupku dan mulai fokus pada Cila. “Maaf,” gumamku pada Cila.

“Ci, gue takut di sekolah Pelita. Gue mau pindah aja,” kataku pelan.

Cila memandangku lamat. Memandang tanpa berkata-kata dengan jari mengetuk di meja bagai dentuman malaikat maut yang sudah di hitung mundur.

“Sampai kapan?” tanya Cila.

Aku hanya menunduk tak bersuara.

“Mau sampai kapan lo menghindar, Re. Bahkan sampai kiamat jika lo masih hidup lo nggak bisa. SMA Pelita... apa yang buat lo takut dari kata itu, lo menghindar dari masalah, ketakutan yang nggak pernah lo hadapi, dan lo mau ninggalin gue sendiri disana?”

Aku bingung dengan pertanyaannya. Benar, bisakah aku lepas dari bayang-bayang ketakutan yang selalu menghampiri jika aku menghindar. Aku ingin melawan tapi tidak bisa, apa salah dengan menghindar dan muncul ketika masalah sudah selesai.

“Katanya lo figuran. Figuran Re, figuran juga bisa berubah jadi peran utama kalau lo lupa. Figuran yang mau bertahan dan melawan banyak ketakutan dalam dirinya, mengubah jalur laju hidupnya hingga menjadi seorang protagonis utama. Gue tahu tidak mudah untuk figuran, tapi gue masih berharap.” Cila menggebu-nggebu menyampaikan isi hatinya.

“Tapi sayangnya pemeran utama itu bukan gue. Gue nggak punya banyak dialog di dalamnya,” gumamku.

“Maka dari itu. Ubah dialog lo jadi yang terbanyak, lo nggak perlu lihat mata dan pikiran mereka. Lo hanya perlu mengambil alih semua dialog yang bisa membuat lo jadi peran utama,” papar Cila yang kini juga menunduk.

Episodes
1 “Ha... Ha... Aku ingin sekali tertawa jika mengingat bahwa dunia sangat lucu”
2 “Lebih baik jika kita hidup sebagai simulasi dari sebuah komputer..."
3 “Banyaknya keinginan yang hanya bisa kuraih dalam sebuah fiksi.” 
4 “Dari banyaknya orang yang ku takuti, kenapa harus kamu yang membuatku..."
5 “Keinginan yang membara membuatku maju sedikit demi...
6 “Kini adalah masaku, masa dimana untuk memulai semuanya...
7 “Aku mulai merasakan kehidupan yang melegakan, semoga...
8 “Sedikit kata tentang belenggu. Aku masih terlalu awam untuk...
9 "2"
10 “kini aku mengerti. Kadang kalanya menggertak orang merupakan...
11 "Mengubah beberapa sifat untuk membuat seseorang nyaman...
12 “Awal baru dan perjalanan baru untuk mengubah hidupku...
13 “Semuanya bukan tentang kata motivasi. Motivasi bisa...
14 “Kita tidak dapat mengulang masalalu tapi kita bisa memper...
15 "Bersama denganmu membuatku sedikit tidak nyaman. Jangan...
16 “Fiksiku terlalu tinggi dan kini aku tertampar.”
17 “Lihatlah kehidupan seorang antagonis. Nyatanya dia protagonis...
18 "2"
19 “Banyak orang yang sama seperti Cila. Ketika dia salah tapi tidak
20 “Lo yakin kalau mereka semua akan melakukan semua itu...
21 "Tingkahnya membuatku bingung. Sebenarnya apa..."
22 “Camping yang sungguh membagongkan. Aku masih tidak...
23 “Tanpa sadar aku ikut masuk dalam kerumunan, canda tawa...
24 “Mempunyai kalian berdua sudah cukup untukku sebagai...
25 “Kenangan ini akan selalu berada di pikiranku. Kalian berdua...
26 “Dia mendekatiku bagaikan aku makanan lezat yang dapat
27 “Aku masih bingung dengan keputusanku karena Jalan apa...
28 “Kata “ikhlas” memang mudah tapi sulit untuk hati kita. Tapi aku
29 “Antagonis yang bertindak bagai protagonis. Mungkin...
30 “Mengerti dan tidak mengerti cara menggiring bola dan
31 “Kejadian itu membuatku harus mencari jalan memutar. Aku...
32 "Jangan cari masalah denganku, aku bukan orang yang...
33 “Terpaksanya aku harus menggunakannya, entah kemana lagi...
34 "Dia mengintai seperti mata-mata, tapi aku tidak dapat melihatnya. Bahkan...
35 “Cilia Rakit. Itu namaku, betapa aku berharap bahwa sahabatku...
36 “Jangan salahkan aku jika kamu tidak bisa lepas dariku setelah
37 "Apa kataku, dia tetap mengintai bahkan setelah kita sampai
38 "Seluruh tubuhku terasa ringan setelah masalah ini terpecahkan. Aku...
39 "Nyatanya jadi babu seorang Raka Adijaya sangat mengerikan. Dia
40 "Kini, aku menjalani hariku tanpa rasa khawatir karena sepertinya aku...
41 “Antagonis muncul dengan sangat cepat. Dia... Aku sudah...
Episodes

Updated 41 Episodes

1
“Ha... Ha... Aku ingin sekali tertawa jika mengingat bahwa dunia sangat lucu”
2
“Lebih baik jika kita hidup sebagai simulasi dari sebuah komputer..."
3
“Banyaknya keinginan yang hanya bisa kuraih dalam sebuah fiksi.” 
4
“Dari banyaknya orang yang ku takuti, kenapa harus kamu yang membuatku..."
5
“Keinginan yang membara membuatku maju sedikit demi...
6
“Kini adalah masaku, masa dimana untuk memulai semuanya...
7
“Aku mulai merasakan kehidupan yang melegakan, semoga...
8
“Sedikit kata tentang belenggu. Aku masih terlalu awam untuk...
9
"2"
10
“kini aku mengerti. Kadang kalanya menggertak orang merupakan...
11
"Mengubah beberapa sifat untuk membuat seseorang nyaman...
12
“Awal baru dan perjalanan baru untuk mengubah hidupku...
13
“Semuanya bukan tentang kata motivasi. Motivasi bisa...
14
“Kita tidak dapat mengulang masalalu tapi kita bisa memper...
15
"Bersama denganmu membuatku sedikit tidak nyaman. Jangan...
16
“Fiksiku terlalu tinggi dan kini aku tertampar.”
17
“Lihatlah kehidupan seorang antagonis. Nyatanya dia protagonis...
18
"2"
19
“Banyak orang yang sama seperti Cila. Ketika dia salah tapi tidak
20
“Lo yakin kalau mereka semua akan melakukan semua itu...
21
"Tingkahnya membuatku bingung. Sebenarnya apa..."
22
“Camping yang sungguh membagongkan. Aku masih tidak...
23
“Tanpa sadar aku ikut masuk dalam kerumunan, canda tawa...
24
“Mempunyai kalian berdua sudah cukup untukku sebagai...
25
“Kenangan ini akan selalu berada di pikiranku. Kalian berdua...
26
“Dia mendekatiku bagaikan aku makanan lezat yang dapat
27
“Aku masih bingung dengan keputusanku karena Jalan apa...
28
“Kata “ikhlas” memang mudah tapi sulit untuk hati kita. Tapi aku
29
“Antagonis yang bertindak bagai protagonis. Mungkin...
30
“Mengerti dan tidak mengerti cara menggiring bola dan
31
“Kejadian itu membuatku harus mencari jalan memutar. Aku...
32
"Jangan cari masalah denganku, aku bukan orang yang...
33
“Terpaksanya aku harus menggunakannya, entah kemana lagi...
34
"Dia mengintai seperti mata-mata, tapi aku tidak dapat melihatnya. Bahkan...
35
“Cilia Rakit. Itu namaku, betapa aku berharap bahwa sahabatku...
36
“Jangan salahkan aku jika kamu tidak bisa lepas dariku setelah
37
"Apa kataku, dia tetap mengintai bahkan setelah kita sampai
38
"Seluruh tubuhku terasa ringan setelah masalah ini terpecahkan. Aku...
39
"Nyatanya jadi babu seorang Raka Adijaya sangat mengerikan. Dia
40
"Kini, aku menjalani hariku tanpa rasa khawatir karena sepertinya aku...
41
“Antagonis muncul dengan sangat cepat. Dia... Aku sudah...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!