Nyata Bukan Fiksi
“Ha... Ha... Aku ingin sekali tertawa jika mengingat bahwa dunia sangat lucu”
Gadis berseragam dengan jepit rambut dikepalanya, rambut panjangnya yang menari berdiri mematung di depan pagar rumah kecil di depannya menikmati semilirnya angin. Memikirkan apa yang terjadi dengan dunia saat ini? Waktu seakan terhenti di tempat, gadis itu mulai kembali dalam pikirannya dan berlari kencang menuju tujuannya.
Senyum lebar terpatri dalam bibirnya berlari sembari menyapa beberapa orang yang dilewatinya. Tetes demi tetes peluh menjalar di pelipis tak di hiraukannya ia berhenti setelah 20 menit lamanya di sebuah pagar menjulang tinggi yang telah di buka. Inilah kesehariannya dari Senin hingga Jumat.
“Pagi pak.”
Sapuan suara gadis itu terdengar dan terus berlari setelah menyapa seorang paruh baya berkumis dengan seragam putih hitam khas seorang satpam. Ia menyusuri lorong-lorong kelas tanpa menghiraukan orang-orang yang menatapnya dan dengan santai masuk ke dalam ruangan yang bertuliskan “X1” yang baru di tempatinya selama satu bulan lebih tiga hari.
Hiruk pikuk terdengar jelas di kelas itu seperti adanya antrean sembako. Jelas gosip adalah salah satu dari sekian banyaknya hobi yang dinikmati semua siswa gen z, tidak terkecuali gadis itu.
“Re, Rea Andana, lo tahu yang namanya Raka Adijaya?” Tanya seorang gadis dengan kacamata dan berambut sebahu. Dia Cilia Rakit.
Cilia Rakit. Nama yang sangat unik, itu yang dipikirkan seorang Rea Andana saat pertama kalinya mereka berkenalan.
“Ngga, enggak penting juga gue tahu siapa dia,” sahutku ogah ogahan.
“Omo... omo... omo..., lo dari planet mana sih. Kak Raka senior kita yang cakepnya minta ampun itu loh masa lo nggak tahu, parah banget lo.” Cila mendengus kecil setelah mendengar jawabanku.
Aku memandang Cila aneh. “Apa untungnya gue tahu dia, apa gue bisa dapat uang kalau gue tahu dia, nggak kan. Mending gue buat novel biar bisa dapat uang daripada ngurus yang kayak begituan,” balasku.
Tanpa menjawab sepatah kata lagi Cila pergi dengan mengentakkan kakinya aku pun juga tidak peduli dan mengambil kertas folio di dalam tas di atas meja melanjutkan topik yang akan kubuat menjadi novel online ku nanti.
Menaruh earphone di telingaku dan mendengarkan musik membuatku lebih fokus untuk mencari sebuah topik. Samar, aku masih bisa mendengar cerita dari setiap siswa dan siswi yang berbeda. Dari apa yang aku dengar sepertinya senior ini cukup menarik dan misterius.
Sebagai seorang author online sebenarnya aku cukup tertarik dengan karakter seseorang dan mencoba mendalami lebih dalam untuk dimuat dalam tulisanku.
Ya, tidak jarang juga aku menuliskan karakter tokoh dengan melihat karakter orang yang aku temui setiap harinya, tentunya sebagai seorang penulis online dan seorang pembaca mengetahui sifat orang lain hanya dengan sekali lirik.
Kali ini “Raka Adijaya” orang yang benar sifat benar menarik untuk dibahas. Samar aku bisa mendengar beberapa patah kata dan ya, ku pikir dia adalah orang yang “misterius” sangat cocok untuk ku jadikan tokoh novel onlineku yang selanjutnya.
Raka Adijaya. Kali ini aku seharusnya tidak bermain main dengannya. Beberapa orang berkata, “jangan mengusik seorang Raka Adijaya jika tidak ingin hilang.” Pepatah yang sangat menarik untuk diucapkan.
Sepertinya aku memang tidak bisa mengusiknya, bagaimanapun aku hanya orang kecil akan sulit untuk kembali jika sudah tersesat di jalan neraka. Aku menggelengkan kepala mengusir semua yang ada dalam pikiranku.
“Ci. Gue pengen buat cerita baru, bisa spil nama nggak?” Aku menoleh, bertanya pada gadis itu.
“Oh, gunain aja nama Raka sama gue. Cocok kan, Raka-Cilia,” Cila menjawab sambil tersenyum.
Aku hanya membuat ekspresi seakan ingin muntah di hadapannya yang mendapat tabokan maut di lenganku.
“Apa sih lo!” desisku.
“Cocok tahu, memang lo mau bikin novel judulnya apa?” tanya Cila dengan wajah songongnya.
“Nggak tahu gue lagi cari inspirasi,” sahutku.
“oh, iya. Nanti pulang sekolah kita ke cafe ya soalnya gue lagi pengen banget tiramisu.”
“Ogah, duit gue menipis nih biasa akhir bulan,” sahutku.
Cila memutar matanya ke arahku, “lo kebiasaan ngomong gitu padahal di kartu lo banyaknya bejibum.”
Begitulah kehidupanku sehari-hari bersama sahabat gilaku. Bisa di bilang kami memiliki sifat berbanding terbalik, sifat Cila yang luar biasa akan membuatku ikut gila sedikit demi sedikit.
Banyaknya kata aku hanya bisa menikmati diriku sendiri karena dunia yang berputar di sekelilingku sangat berbeda dengan dunia yang dimiliki orang lain. Aku hanya ingin merasakan bagaimana aku hidup seperti orang lain, dunia orang lain memang terlihat lebih menarik.
Tak ayal kadang aku merasa lelah dengan kehidupanku saat ini. Aku ingin menyerah tapi ini belum waktunya, aku selalu sadar hidup itu bukan sebuah ilusi yang bisa diganti dengan sekelebat dan dijalani sesuka hati.
Rasa yang kumiliki mati yang tersisa hanyalah perasaan sedih ketika berada di balik tembok putih aku tertawa bahagia, dan di balik tembok hitam aku menangis sejadi jadinya. Jika bisa aku ingin hidup di dunia ilusi yang selalu aku ciptakan karena kapan pun aku mau mengubah, aku bisa mengubah seluruhnya sesuka hatiku.
Sebagai penulis novel online banyak hal hingga aku bisa berada di titik ini. Mengubah tangisku menjadi tawa, ini berkat satu satunya sahabatku.
Kandang terlalu menakutkan, aku tidak berani bersama mereka yang berada di dalam satu kandang denganku. Konyol memang, tapi inilah aku si gadis penakut dengan pemikiran orang lain denganku.
Berada di tempat keramaian akan membuatku sedikit menciut karena sebuah ketakutanku adalah mata orang-orang beserta pikirannya. Mata mereka bagaikan menghukumku seakan aku tidak layak hidup di dunia ini.
Kadang aku berpikir kenapa mereka mengurus urusan orang lain daripada urusannya sendiri. Banyaknya wajah menakutkan dengan kata-kata, pada dasarnya mereka menggunakan wajah itu. Si wajah manipulasi dan munafik.
Sejauh yang aku lihat saat ini orang yang memiliki wajah munafik adalah yang paling menjengkelkan, mereka berkata seolah olah mereka benar, mereka berteman dengan satu dan yang lainnya seolah mereka benar-benar tulus dalam pertemanan tapi berbicara di belakang.
Seharusnya aku tidak harus berpikiran sempit untuk menyebut semua orang sama memiliki pemikiran munafik. Nyatanya, mungkin ada banyak juga orang menjadi munafik untuk mendapatkan teman. Sungguh, orang munafik lebih berbahaya dari siapa pun.
Ini adalah kehidupanku, kehidupan penuh dengan drama memuakkan. Hidup jauh dari kandang lebih baik daripada di dalamnya. Bisa dikatakan aku adalah seorang figuran di sebuah kandang. Sebagai figuran, aku lebih baik menjauh daripada mendekat ke setiap pemeran utama dan beberapa peran penting lainnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments
Kiya Riskiyah
novel nya bermakna bagi semua pembaca di novel ini
2023-11-12
1