“Kini adalah masaku, masa dimana untuk memulai semuanya dari awal. Mengubah kenangan buruk menjadi kenangan bahagia tanpa bayang-bayang yang menghantui. Ragaku telah bebas dari penderitaan, kini mulai yang baru. Awal dimana aku akan menulis kisahku sebagai peran utama.”
Semangat bangkit dari ragaku membuatku tak hentinya tersenyum. Rasanya semua beban yang berada di pundakku runtuh tak tersisa, tak ada lagi rasa tersiksa dalam diriku. Kini aku menjadi aku yang baru, aku yang ingin mengalahkan dunia kejamku, aku yang akan melawan takdirku dengan apa pun caranya karena aku pantas untuk hidup. Aku pantas menginjakkan kakiku di semesta ini. Menjadikan pijakan ini sebagai baru loncatan untuk aku hidup dengan benar.
Bagaimanapun aku, aku tetap makhluk hidup yang harus dan harus memiliki apa yang pantas aku miliki, dan aku juga pantas memiliki apa yang aku ingin dalam perjuangan hidupku.
Rasa kebahagiaan, senang maupun sedih. Semua emosi harus kudapatkan di dunia ini, karena itulah aku diciptakan. Menguasai, tujuh emosi dan enam keinginan adalah sifat manusia. Tidak salah jika aku menginginkan semua itu.
Senyum lebar terpatri dalam bibirku, berlari sembari menyapa beberapa orang yang dilewatiku. Tetes demi tetes peluh menjalar di pelipis tidak kuhiraukan. Kali ini bukan senyum terpaksa melainkan senyum tulus untuk menyambut hari baru, kekuatan baru, dan dunia baru.
Mentari juga menyambutku dengan bahagia dan pohon ikut menari bersama rambutku mengikuti langkah pelanku. Kali ini aku menikmati langkahnya kakiku yang terasa ringan tanpa beban.
Sampai di lorong sekolah senyum tak pernah pudar sedikit pun, aku sangat menikmati hari ini. Kali ini aku akan menjadi pemeran utama dalam kisahku, membuang peran figuran yang tidak lagi penting untukku. Banyaknya peran yang kubuang dalam kisahku karena kini yang berperan hanya aku, sang pemeran utama.
Semua mimik wajah yang selalu kututupi kini keluar dengan sendirinya tanpa celah.
“Hallo duniaku, kali ini aku yang akan jadi peran utama untukmu,” gumamku pelan sebelum memasuki kelas.
Walau orang lain tidak menyadari bahwa aku berubah, aku bisa merasakan diriku berubah. Aku hanya menunggu alur yang tepat untukku. Alur yang bisa ku lewati tanpa aku sadari darimana dan kapan awal mulanya dialog ku tertulis.
Kelas masih sama seperti tidak terjadi apa-apa. Tidak terjadi perubahan signifikan, semuanya masih tetap pada alurnya masing-masing. Hanya aku yang menyadari bahwa diriku benar-benar berubah seutuhnya.
Waktu masih pagi tapi kelas sudah heboh yang mengatakan bahwa Raka Aditiya akan bertanding basket saat jam istirahat tiba. Aku yang tidak pernah tertarik kini mendengarkan dengan seksama, tidak ada satu informasi yang terlewat di telingaku.
Raka Aditiya, dia yang membuatku bisa membuka mataku agar melihat dunia yang luas. Menurutku, slogan yang diberi orang tentang Raka itu salah besar, mereka seharusnya memberi slogan mendekatlah denganku jika kamu ingin aku menjadi doktermu. Tanpa sadar pipiku memanas.
“Ra, pokoknya nanti kita harus lihat kak Raka main basket. Ada tanding antara pemain basket dan kelas kak Raka,” papar Cila yang kini duduk disampingku.
“Dih, kayak nggak ada kerjaan lain.”
Mataku memicing ke arahnya, untuk apa aku menonton pertandingan yang tidak menguntungkan buatku. Aku lebih suka ke kantin untuk mengisi perutku jujur saja, perutku lebih penting dibandingkan yang lain. Walaupun aku harus berterima kasih pada pemilik black eyes itu.
“Nggak mau tahu gue, lo harus ikut gue pokoknya. Kita lihat berapa gantengnya seorang Raka Aditiya.”
Kata Cila yang terlalu lebay menurutku. Se ganteng apa pun orang yang bernama Raka, dia tidak se bad boy dan tidak sebagai karakter yang aku ciptakan, mungkin hanya itu yang kurang dari seorang Raka di hadapanku.
Pencinta cogan dalam fiksi membuatku terlalu berangan di dunia ini, mungkinkah ada orang yang setega mafia? Atau seorang bad boy yang bucin akut. Aku menggeleng mengusir pikiran absrutku.
Aku menghianati kepercayaan dalam diriku, nyatanya kini aku berada di pinggir lapangan basket bersama tribunan siswi yang sorak-sorai. Kali ini, aku berjanji hanya untuk kali ini.
Aku memandang ke tengah lapangan mencari sosok lelaki pemilik mata hitam itu. Ghosh... aku menemukannya, dia sedang berlari menggiring bola dengan lihainya dan melakukan lay up bagaikan pemain basket yang sangat handal.
Mataku seolah tertarik untuk terus menatap tubuh yang tengah menari melemparkan bola ke dalam ring basket, seolah apa yang di tunggu semua orang untuk menembakkan golnya. Aku menahan nafas seiring bola berada di udara hingga akhirnya...
Bola itu masuk ke dalam ring dengan sempurna diiringi suara peluit menandakan waktu telah habis, suara jeritan yang tiada henti menyoraki kemenangan dari kelas sang dewa sekolah. Aku ikut tersenyum dalam hati.
“Re, re. Menang re, menang akh...” jerit Cila di antara seruan penonton.
“Gue punya mata,” jawabku malas dengan bola mata mengerling.
“Ye... nggak asik lo jadi orang.”
“Terus, gue jadi demit gitu?” tanyaku balik padanya membuatnya menatapku kesal.
“Lo lihat nggak tadi, kak Raka demegnya keluar semua. Coba aja yang jadi cowok gue bisa kayak kak Raka, udah pintar, badas, gentle dan masih banyak lagi. Kak Raka di hati gue yang paling the best.”
Cila mengatakan dengan semangatnya membuatku menggeleng mengamatinya. Gila. Cila memang sebegitu gilanya membanggakan seorang Raka sang dewa sekolah.
“Udahkan, yuk cabut.”
Kami berjalan kembali ke kelas, lorong-lorong tampak ramai dengan pembicaraan yang sama. Tokoh yang masih hangat dibicarakan khalayak orang Raka, sepertinya nama itu terus saja masuk ke telingaku tiada henti. Sepopuler itukah seorang Raka Adijaya hingga menjadi gosip yang tiada hentinya.
“Ya ampu, calon masa depan gue di gibahin. Nggak tahu aja kalau calon istrinya disini,” nyinyir Cila sambil berjalan.
“Ci, sadar. Sadar. Halu lo terlalu ketinggian, awas jatuh sakit,” aku meledek nya.
Cila menatapku sebal dengan tangan yang terlipat depan dadanya. “Lo sebenernya sahabat gue bukan sih,” sentaknya. “Bentar, kok kayaknya lo agak berubah ya.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments
Melanie
Jalan ceritanya dapet banget, tiap konflik bikin hati deg-degan.
2023-11-03
2