“Aku mulai merasakan kehidupan yang melegakan, semoga...

“Aku mulai merasakan kehidupan yang melegakan, semoga hari lainku juga sama. Aku ingin mencoba keluar dari zona amanku dan membuat kekacauan dunia dengan ulahku tanpa memperdulikan orang lain. Inilah saatnya mari kita ubah sekarang juga. Bagaimana dunia baruku dimulai!”

Terik sinar matahari membuatku sedikit mengernyit. Hari senin adalah awal yang sebenarnya, aku datang terlambat ke sekolah. Sebenarnya saat bertata barisan upacara aku sudah berada di depan gerbang sekolah, aku hanya malas karena pasti juga akan kena hukum dan aku lebih memilih nongkrong di kedai samping sekolah menunggu upacara selesai.

Tidak ku sangka, rencana setelah upacara aku masuk kedalam sekolah malah aku digrebek sekretaris osis di kedai yang aku tempati saat ini. Nama osis itu Wanda Ocktavia.

Flasback on

Pagiku yang cerah terasa buruk. Kini aku duduk di sebuah kedai yang menjual batagor, disini banyak siswa dan aku adalah satu satunya siswi yang duduk dalam lingkaran mereka. Aku tidak merasa takut sama sekali.

“Bang, batagor 1 pedas.” Aku memesan batagor tanpa melihat beberapa siswa yang memandangku sedikit aneh, ada juga siswa yang tengah menggeletakkan kepalanya telungkup di meja. Mungkin karena aku siswi sendiri disini dan dengan berani aku membolos sekolah jadi mereka menemukan hal yang tidak biasa. Entah. Aku mengangkat bahuku tak memperdulikan mereka.

“Ini neng batagornya.”

Tanpa basa basi aku memakannya dengan perlahan. Batagor ini lebih enak dari yang di jual di kantin sekolah, jujur saja aku lebih menyukai jika ada kantin outdoor di sekolah ini sayangnya semua hanyalah mimpiku belaka.

“Wih, si eneng. Nggak takut dihukum bolos begini?” celetuk seorang siswa bergaya tengil dengan baju dikeluarkan, anting tindik hitam bulat tidak mencerminkan jika ia seorang siswa.

“Siapa?” jawabku tanpa meliriknya.

“Cantik cantik budeg,” gumamnya yang masih bisa ku dengar dan ku balas dengan mata berang. “Ya eneng lah,” lanjutnya.

“Yang nanya,” balas ku dongkol. Siapa yang tidak dongkol ditanya baik baik jawabnya kek tai. Sungguh aku tidak suka plin-plan apalagi modelan seperti mereka yang terlihat fuckboy.

“Wadaw, jik langsung ultimatum. Lu kagak ada cakep cakepnya pakek mau nggoda orang, ketampanan lo udah luntur tuh,” timbal orang yang sama seperti orang sebelumnya, memakai sepasang tindik di telinganya tapi orang ini memiliki topi berwarna putih dikepalanya.

“Enak aja, gini-gini mantan gue udah bejibeum sampai mana mana,” balas orang tengil itu menimpali orang tindik.

“Iya, kalau pacar satu ketemu pacar satunya langsung kena gaplok. Kayaknya itu deh yang buat ketampanan lo luntur,” balas orang tindik mengejek.

Perdebatan itu terus berlanjut hingga ada suara serak khas orang bangun tidur menginstruksi.

“Diam”

Wajah pria yang dari tadi menelungkupkan kepalanya di atas meja mendongak. Aku pun ikut menatap laki-laki di depanku yang dari tadi tidak terlihat wajahnya dengan kaget.

“Kabur, kabur. Ada anak osis tuh.” Kedua orang di hadapanku langsung ngacir keluar kedai tanpa lupa membayarnya.

Aku mengernyit bingung. Ada apa sebenarnya? Aku masih melihat kedua laki-laki yang sudah ngacir pergi seolah melihat setan. Kini aku tinggal berdua dengan Raka yang masih bermuka bantal. Melihat Raka yang menatapku tanpa mengalihkan pandangannya membuatku tersenyum kaku.

“Mereka kenapa?” tanyaku lirih.

Bukannya menjawab Raka malah menatap samping membuatku ikut menatap apa yang ia lihat. Mataku membola ketika aku melihat Wanda yang dijuluki si mulut mercon sudah ada di pintu masuk dengan tangan yang berada di pinggangnya bersama sekelompok anggota osis.

“Lo,” Wanda menunjukku dengan ekspresi dongkol. “Lo cewek kenapa kayak brandalan,” lanjutnya tanpa menurunkan jari yang menunjuk ke arahku.

Aku mengikuti telunjuknya yang mengarah padaku. Melakukan hal yang sama seperti yang dia lakukan padaku, “gue? Brandalan gimana? Coba sebutin darimana gue bisa jadi brandalan. Lo osis tapi mulut lo nggak dijaga,” ucapku tidak terima.

“Sialan, lo jangan berani sama gue ya, gue sekretaris osis disini!”

Aku menatapnya remeh, “yakin banget kalau lo anggota osis? Kok bisa ya sekolah milih anggota osis kayak lo. Lo nggak punya antittude yang baik, pantaskah anggota osis menggunakan kekuasaannya untuk hal seperti ini. Kayaknya osis harus rombak deh, sayang kalau sekolah aja elite tapi pengurusnya nggak tahu etika sama sekali.”

“shitt...”

“Lagi, gue nggak sendiri lho disini. Lo nggak lihat ada orang di samping gue, kenapa cuma gue yang kena semprot,” ujarku memotong dengan malas.

Wanda langsung beralih ke sampingku dengan mata berbinar, dengan perlahan ia menyampaikan rambut yang menjuntai ke belakang telinganya dan aku hanya berdecih.

“Eh, ada kak Raka. Kak Raka balik aja langsung ke kelas Wanda yang cantik ini ngizinin kok, khusus buat kak Raka,” ujarnya membuatku ingin muntah seketika.

Hell dimana wajahnya yang nyolot tadi, wajah bagaikan singa yang seakan ingin menerkam mangsanya dengan segala kearoganan dan kesombongan seperti sang raja. Aku muak dengan semua ini.

Dengan sadar aku menarik lengan Raka yang berada di seberang meja dan dengan mata yang kubuat lembut, aku menatap dewa sekolah seperti seekor kelinci kecil putih lalu menggoyangkan lengannya dengan manja.

“Eh, ada kak Raka. Kak Raka balik aja langsung ke kelas. Wanda yang cantik ini ngizinin kok, khusus buat kaka Raka,” ujarku menirukan apa yang dikatakan Wanda genit.

Seolah kesurupan, keberanianku memegang dewa sekolah kuacungi jempol untuk diriku sendiri. Tidak ada yang lebih berani dibandingkan denganku, aku hanya berkata pada diriku sendiri untuk tidak sombong. Bagi para gadis di sekolah ini, menyentuh dewa sekolah bagaikan menyentuh berlian yang sangat langka.

Jika langkah yang kulakukan saat ini tersebar ke seatreo sekolah aku membayangkan betapa tempatnya sekolah, hidupku yang akan menjadi tidak tenang. Banyak adegan pembullyan yang terbayang di depanku yang langsung ku tepis jauh.

Tersadar aku langsung melepas tanganku yang berada di lengannya dan menatap Wanda yang menatapku bagaikan nenek sihir yang akan mengutuk kapan saja. Hanya, sepertinya dia masih menahan amarahnya dan langsung tersenyum dan mengalihkan perhatiannya menuju Raka kembali.

Aku memutar mataku malas. Serigala bermata putih. Orang seperti Wanda akan bermain di belakang tanpa sepengetahuan orang lain, inilah sifat manusia yang berbahaya dimana dia akan baik di depan seolah yang terjadi di depannya adalah hal biasa dan sebaliknya, di belakang dia akan menggunakan kekuatannya.

“Kak...”

“Ayo pergi.” Raka memutus perkataan Wanda dan menarik tanganku dan pergi menuju sekolah dengan keadaanku yang melonggo kaget.

Hal menarik disampingku kuabaikan. Dunia yang luas ku anggur kan, tapi aku tidak bisa untuk menganggurkannya. Dia yang membuatku menyadari dunia dan menghadapinya dengan terbuka, jadi bagaimana aku bisa mengabaikan atau bahkan melupakan sosok dermawan yang menyelamatkan duniaku. Walau dia terlihat seperti serigala berperut hitam, dia tetap dermawan ku yang akan aku ingat seumur hidup.

Aku mendongak guna melihat orang yang berdiri di sampingku bagaikan tiang bendera yang menjulang tinggi. Dia, Raka.

Setelah kejadian aku membolos upacara dan bahkan dengan enaknya nongkrong di kedai samping sekolah, kini aku berada di tengah lapangan dengan satu tanganku terangkat posisi hormat berdera. Aku kira setelah Raka menarikku, dia tidak akan mengerjakan hukuman yang membuatku senang bukan kebayang. Tapi tebakanku salah kali ini, ia malah menyeretku ke tengah lapangan dan menyuruhku hormat tiang berdera seperti ini.

Sedikit ada rasa kesal memang, dia dengan gampangnya berkata “hormat bendera. Jalani hukumanmu sebagai konsekuensi.”

Aku selalu berpikir, orang seperti Raka yang memiliki harta kekayaan yang berlimpah dan terlihat bad boy akan semena-mena saat berada di sekolah. Kini aku menyadari bahwa identitasnya sebagai bad boy, semua itu omong kosong, bagaimana bisa bad boy bertingkah seperti ini.

Hanya saja, dia memang terlihat menakutkan. Mata hitamnya seperti jurang yang bisa menembus siapa pun yang lewat di depan matanya. Mungkin mata itu dengan kepribadiannya berbeda, terbukti sekarang dengan dia yang membuatku kesal dengan perlakuannya.

Sudah setengah jam lamanya aku berdiri dan aku sudah tidak sabar lagi, melirik orang yang berada di sampingku yang kini masih serius dengan hukuman yang dijalaninya. Aku sedikit menghembuskan nafasku dengan pipiku yang kini sedikit memerah karena sengatan panas matahari. Aku tidak betah dengan suasana ini, biasanya akan ada Cila yang akan menjadi burung beo di sampingmu dan kini aku terjebak dengan orang yang sebelas dua belas dengan kutub utara dan selatan.

“Btw, thanks untuk omongan lo hari itu.” Aku memulai pembicaraan dengan kata terimakasih, bagaimanapun aku masih harus berterimakasih pada Raka yang notabenya sekarang adalah seorang dermawan bagiku. Anggap saja seperti itu, julukan itu memang cocok untuknya di hadapanku saat ini.

Bisa kulihat dia mengerutkan kening dengan salah satu alisnya yang terangkat dia terlihat bingung, tidak lama dia berujar, “oh, gue cuma nggak mau ada yang bunuh diri di atap sekolah,” ujarnya santai membuatku ingin mencekiknya sampai mati.

Andai Raka bukan dermawanku, aku pastikan akan ku bejek-bejek begitu pulang sekolah atau kujadikan bakwan. Tapi sekarang aku hanya bisa menarik nafas dan menghembuskannya dengan wajah dongkolku.

“Ya, gue cuma mau bilang terimakasih aja sih.” Aku menimpalinya dengan sedikit malas.

Raka terkekeh pelan, “iya. Nyatanya sekarang lo masih susah melepas belenggu lo,” jawabnya membuatku sedikit berpikir.

Apa sekarang aku masih terbelenggu? Masihkah aku memikirkan semua masalah di masa lalu? Ketakutan yang terus menyerang, apakah aku benar-benar sudah menghilangkan semua ketakutanku terhadap dunia ini? Pertanyaan terus berputar di otakku hingga sebuah suara mengembalikanku pada dunia.

“Nggak perlu dipikirin, lo hanya perlu menjalani sebisa lo. Jangan sampai lo malah mau bunuh diri sekarang juga karena terlalu memikirkan.”

Sialan. Omonganya tidak bisa di filter sama sekali, setidaknya dia bisa memberitahuku apa yang harus kulakukan bukannya malah mengataiku seperti ini. Dasar.

Aku hanya menahan kekesalanku di dalam hati, setelah ini aku akan terus berdoa agar dunia tidak akan mempertemukanku dengannya lagi, dan tidak pula mempertemukanku dengan orang yang memiliki sifat seperti Raka Adijaya.

“Lo bisa angkat beban berapa kilo?” tanyaku mengalihkan pembicaraan.

“Kenapa?” tanyanya acuh.

“Enggak papa. Gue cuma tanya.” Aku kembali terdiam dan kembali mendongak menatap tiang bendera yang sesungguhnya.

“Hey, gue hanya 42 kilo... seharusnya lo bisa angkat gue jadi gue bisa tenang.” Setelah mengatakan itu mataku menggelap tidak tahu apa yang terjadi setelahnya.

Terpopuler

Comments

anonymous

anonymous

Sukses membuat saya terhanyut dalam dunianya.

2023-11-04

0

lihat semua
Episodes
1 “Ha... Ha... Aku ingin sekali tertawa jika mengingat bahwa dunia sangat lucu”
2 “Lebih baik jika kita hidup sebagai simulasi dari sebuah komputer..."
3 “Banyaknya keinginan yang hanya bisa kuraih dalam sebuah fiksi.” 
4 “Dari banyaknya orang yang ku takuti, kenapa harus kamu yang membuatku..."
5 “Keinginan yang membara membuatku maju sedikit demi...
6 “Kini adalah masaku, masa dimana untuk memulai semuanya...
7 “Aku mulai merasakan kehidupan yang melegakan, semoga...
8 “Sedikit kata tentang belenggu. Aku masih terlalu awam untuk...
9 "2"
10 “kini aku mengerti. Kadang kalanya menggertak orang merupakan...
11 "Mengubah beberapa sifat untuk membuat seseorang nyaman...
12 “Awal baru dan perjalanan baru untuk mengubah hidupku...
13 “Semuanya bukan tentang kata motivasi. Motivasi bisa...
14 “Kita tidak dapat mengulang masalalu tapi kita bisa memper...
15 "Bersama denganmu membuatku sedikit tidak nyaman. Jangan...
16 “Fiksiku terlalu tinggi dan kini aku tertampar.”
17 “Lihatlah kehidupan seorang antagonis. Nyatanya dia protagonis...
18 "2"
19 “Banyak orang yang sama seperti Cila. Ketika dia salah tapi tidak
20 “Lo yakin kalau mereka semua akan melakukan semua itu...
21 "Tingkahnya membuatku bingung. Sebenarnya apa..."
22 “Camping yang sungguh membagongkan. Aku masih tidak...
23 “Tanpa sadar aku ikut masuk dalam kerumunan, canda tawa...
24 “Mempunyai kalian berdua sudah cukup untukku sebagai...
25 “Kenangan ini akan selalu berada di pikiranku. Kalian berdua...
26 “Dia mendekatiku bagaikan aku makanan lezat yang dapat
27 “Aku masih bingung dengan keputusanku karena Jalan apa...
28 “Kata “ikhlas” memang mudah tapi sulit untuk hati kita. Tapi aku
29 “Antagonis yang bertindak bagai protagonis. Mungkin...
30 “Mengerti dan tidak mengerti cara menggiring bola dan
31 “Kejadian itu membuatku harus mencari jalan memutar. Aku...
32 "Jangan cari masalah denganku, aku bukan orang yang...
33 “Terpaksanya aku harus menggunakannya, entah kemana lagi...
34 "Dia mengintai seperti mata-mata, tapi aku tidak dapat melihatnya. Bahkan...
35 “Cilia Rakit. Itu namaku, betapa aku berharap bahwa sahabatku...
36 “Jangan salahkan aku jika kamu tidak bisa lepas dariku setelah
37 "Apa kataku, dia tetap mengintai bahkan setelah kita sampai
38 "Seluruh tubuhku terasa ringan setelah masalah ini terpecahkan. Aku...
39 "Nyatanya jadi babu seorang Raka Adijaya sangat mengerikan. Dia
40 "Kini, aku menjalani hariku tanpa rasa khawatir karena sepertinya aku...
41 “Antagonis muncul dengan sangat cepat. Dia... Aku sudah...
Episodes

Updated 41 Episodes

1
“Ha... Ha... Aku ingin sekali tertawa jika mengingat bahwa dunia sangat lucu”
2
“Lebih baik jika kita hidup sebagai simulasi dari sebuah komputer..."
3
“Banyaknya keinginan yang hanya bisa kuraih dalam sebuah fiksi.” 
4
“Dari banyaknya orang yang ku takuti, kenapa harus kamu yang membuatku..."
5
“Keinginan yang membara membuatku maju sedikit demi...
6
“Kini adalah masaku, masa dimana untuk memulai semuanya...
7
“Aku mulai merasakan kehidupan yang melegakan, semoga...
8
“Sedikit kata tentang belenggu. Aku masih terlalu awam untuk...
9
"2"
10
“kini aku mengerti. Kadang kalanya menggertak orang merupakan...
11
"Mengubah beberapa sifat untuk membuat seseorang nyaman...
12
“Awal baru dan perjalanan baru untuk mengubah hidupku...
13
“Semuanya bukan tentang kata motivasi. Motivasi bisa...
14
“Kita tidak dapat mengulang masalalu tapi kita bisa memper...
15
"Bersama denganmu membuatku sedikit tidak nyaman. Jangan...
16
“Fiksiku terlalu tinggi dan kini aku tertampar.”
17
“Lihatlah kehidupan seorang antagonis. Nyatanya dia protagonis...
18
"2"
19
“Banyak orang yang sama seperti Cila. Ketika dia salah tapi tidak
20
“Lo yakin kalau mereka semua akan melakukan semua itu...
21
"Tingkahnya membuatku bingung. Sebenarnya apa..."
22
“Camping yang sungguh membagongkan. Aku masih tidak...
23
“Tanpa sadar aku ikut masuk dalam kerumunan, canda tawa...
24
“Mempunyai kalian berdua sudah cukup untukku sebagai...
25
“Kenangan ini akan selalu berada di pikiranku. Kalian berdua...
26
“Dia mendekatiku bagaikan aku makanan lezat yang dapat
27
“Aku masih bingung dengan keputusanku karena Jalan apa...
28
“Kata “ikhlas” memang mudah tapi sulit untuk hati kita. Tapi aku
29
“Antagonis yang bertindak bagai protagonis. Mungkin...
30
“Mengerti dan tidak mengerti cara menggiring bola dan
31
“Kejadian itu membuatku harus mencari jalan memutar. Aku...
32
"Jangan cari masalah denganku, aku bukan orang yang...
33
“Terpaksanya aku harus menggunakannya, entah kemana lagi...
34
"Dia mengintai seperti mata-mata, tapi aku tidak dapat melihatnya. Bahkan...
35
“Cilia Rakit. Itu namaku, betapa aku berharap bahwa sahabatku...
36
“Jangan salahkan aku jika kamu tidak bisa lepas dariku setelah
37
"Apa kataku, dia tetap mengintai bahkan setelah kita sampai
38
"Seluruh tubuhku terasa ringan setelah masalah ini terpecahkan. Aku...
39
"Nyatanya jadi babu seorang Raka Adijaya sangat mengerikan. Dia
40
"Kini, aku menjalani hariku tanpa rasa khawatir karena sepertinya aku...
41
“Antagonis muncul dengan sangat cepat. Dia... Aku sudah...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!