Pukul 14:45 Fazriel tiba di rumah sakit dengan alasan mau menjenguk Gracia . Setelah tiba di depan pintu kamar Gracia , ia membuka pintu pelan-pelan memastikan benar-benar tidak ada orang di dalam sana.
Setelah yakin tidak ada siapa-siapa di dalam,ia masuk dengan hati-hati. Dia menghampiri Gracia yang pura-pura belum sadarkan diri. Dia menatap tajam-tajam wajah Gracia yang tampak masih pucat.
"Al,asal kau tau, aku melakukan semua ini demi hidupku. Aku juga tak mengerti maksud dari permintaannya. Dia memintaku membunuhmu. Aku tidak peduli apapun alasannya. Kamu memang tidak terlalu berharga. Tapi hartamu itu yang seluas laut setinggi gunung,itu sangat berharga. Sangat-sangat berharga." Kata Fazriel sambil terus mondar mandir di samping Gracia .
Entah kenapa dada Fazriel terasa sesak. Tanpa ia sadari air matanya tampak mengintip di sudut matanya.Dengan cepat ia mengedip-ngedipkan matanya berusaha menarik kembali air mata yang hendak menetes. Dia menarik nafas dalam-dalam berusaha menstabilkan emosinya.
"Aku akan melakukan apapun untuk mendapatkan semua itu. Setelah itu aku baru bisa menukarnya dengan sesuatu yang lebih berharga lagi. Sesuatu yang lebih penting dari pada harta benda. Menyerah lah sekarang,nona kecil. Nyawamu sudah di ujung lidah. Kau tidak akan pernah bisa melawan ku lagi. Kau mau minta bantuan siapa lagi sekarang hah? Hendra? ck ck ck. Dia sudah ada dalam genggamanku. Oh ya aku lupa memberitahu mu. Mulai besok Hendra akan bekerja untuk ku. Aku mohon izin darimu, nona Presdir. Uhh.. Hah hah lucu. lucu sekali. Bagaimana bisa nona sekecil ini mampu merebut segalanya dari ku hmm??" Fazriel berjalan ke samping kanan Gracia dimana tangan Gracia di infus. Ia meraih sesuatu di balik jas nya. Kemudian ia mengeluarkan sebuah suntikan yang sudah berisi cairan.
"Nona Presdir,ajalmu sudah berjalan kemari. Aku akan membantu mu menjemputnya lebih cepat. Emm tapi sebaiknya tidak. Aku ingin melihatmu bermain dulu sebentar. Bolehkan nona manis?" Fazriel menyeringai. Ia menyuntikkan cairan itu pada infusan Gracia .
"Setelah semua cairan ini masuk ke dalam tubuhmu, kau hanya punya waktu 3 jam untuk menghirup udara di bumi ini. Setelah itu kau akan tidur dengan nyenyak, sangat nyenyak. Hah hah saya mohon undur diri nona Presdir. Selamat sore dan selamat beristirahat. Hhehe." Fazriel keluar dengan senyum percaya diri nya. Setelah terdengar suara pintu tertutup,Gracia mengintip dari sudut matanya.
Setelah yakin Fazriel sudah cukup jauh dari kamar Gracia , Damar dan yang lainnya keluar dari kamar mandi.
Damar melihat Gracia yang tampak kesulitan untuk duduk. Ia segera menghampiri dan membantunya bersandar.
"Bagaimana ini? dia memasukkan cairan itu ke dalam infusan Gracia . Apa kita harus panggil dokter?" Damar bertanya dengan suara yang bergetar hebat. Ia sangat takut kalau-kalau Fazriel benar-benar memasukkan racun ke dalam infusan Gracia .
Sedangkan Farka tersenyum penuh arti melihat kecemasan di wajah Damar. Gracia yang sudah pasti mengerti kekhawatiran Damar, paman dan bibinya segera menengok ke arah kakaknya. Farka yang mengerti maksud Gracia menatapnya segera menganggukkan kepala. Setelah mendapat anggukan dari Farka,Gracia menatap Damar dan yang lainnya sesaat. Setelah itu ia membuka hansaplast yang merapatkan jarum infus ke tangannya.
Damar sangat terkejut sekaligus lega. Ternyata jarumnya hanya menempel dan tidak masuk ke pembuluh darah nya. Farka memang meminta Gracia mencabut jarum infusnya, lalu menyumbat nya dan hanya menempelkannya untuk mengelabui Fazriel. Ternyata firasat Farka benar. Fazriel menyuntikkan sebuah cairan untuk mencelakai Gracia .
Paman Dani dan Bi Meta hanya memperhatikan ketiganya. Banyak hal yang ingin mereka tanyakan. Namun tenggorokan nya seperti tersumbat sesuatu hingga sulit untuk mengeluarkan suara. Keduanya sangat bingung dengan apa yang mereka lihat barusan.
'Ada apa sebenarnya ini?' batin keduanya.
Farka berjalan ke arah pintu. Ia berjinjit meraih sesuatu di atas pintu, tepat di lubang ventilasi.
"Kita sudah cukup bukti dan saksi untuk penganiayaan mu. Tapi untuk penggelapan dana di perusahaan, kita tinggal menunggu kabar dari Hendra. " Ucap Farka sambil menyodorkan sebuah kamera kecil.
"Ya. Kau benar kak. Sebaiknya kakak saja yang menyimpan bukti itu. Jika aku yang menyimpan ini, akan mudah ditebak oleh lawan. Dan aku yakin besok sore Hendra akan membawa kabar baik untuk kita semua" sahut Gracia .
Paman Dani dan Bi Meta hanya bengong menyaksikan itu. Mereka benar-benar tak mengerti apa yang terjadi. Gracia membaringkan tubuhnya kembali. Mereka semua mengerti Gracia hendak istirahat.
"Grace , emm.. Aku harus pulang dulu. Mommy pasti khawatir. Bagaimanapun juga aku sudah tidak pulang selama dua hari. Nanti malam aku akan kembali lagi ke sini." Kata Damar seraya mengusap kepala Gracia .
"Kau pulang dengan siapa? Apa kau bawa mobil?" tanya Gracia .
"Tidak. Tapi supir sudah menjemput. Oh ya, paman dan bibi tolong tungguin Gracia dulu di sini. Aku dan kak Farka akan pulang dulu untuk membersihkan diri biar nanti malam paman dan bibi istirahat lagi di rumah" Pinta Damar lembut.
Paman Dani dan Bi Meta yang masih terheran-heran dengan kejadian barusan hanya mengangguk menjawab permintaan Damar. Damar dan Farka akhirnya pulang duluan. Damar khawatir bundanya akan sangat cemas. Bagaimanapun juga Damar adalah anak semata wayangnya.
Sesampainya di rumah,Damar sudah ditunggu sang bunda di depan pintu.
"Ohhh manisnya putraku. Apa kau sudah puas bermain sayang?" Tanya sang bunda menghampiri Damar yang baru saja keluar dari mobil.
"Hhehe..Bunda,jangan begitu. Aku kan sudah bilang sama bunda,kalau aku nemenin adiknya kak Farka. Ayo masuk bunda sayang,di luar sangat dingin. Hhihi" Damar merangkul dan mengecup kening sang bunda. Ia mengerti maksud kalimatnya,ia sangat khawatir akan keselamatan putranya.
Shina adalah ibunya Damaresh. Ia sangat protektif pada putra kesayangannya, itulah kenapa Damar sangat manja padanya.
"Damar, Apa bunda akan segera punya mantu?" Bunda Shina bertanya dengan senyum yang lebar. Tapi Damar malah merespon dengan mengerutkan keningnya.
"Bunda,apa maksud bunda? Bunda kan sudah punya calon mantu. kok nanya nya gitu sih,Bun?" tanya Damar hati-hati.
"Ck.. Damar, kamu tahu sendiri bunda nggak suka wanita itu. Kamu juga tau sendiri sayang, dia itu jahat,matre, boros ,pemalas pula. Belum lagi dia itu jal*ng! menjijikkan. Bunda nggak mau punya mantu seperti itu." rengek bunda Shina.
"Iya,bunda. Tapi ini sudah disepakati. Kita akan menikah karena bisnis. Lagipula bunda kan belum pernah bertemu Grace sekalipun. Bagaimana bunda bisa me.."
"Tunggu! Grace ?!! Hmmm..!?" selanya dengan cepat. Bunda Shina menyipitkan matanya. Ia mendekatkan wajahnya ke wajah Damar seakan menyelidik sesuatu membuat Damar salah tingkah.
"Ehh..Emm..Itu anu Bunda.. "
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments
An Lin
nah siapa tuh tunangannya Damar?/Speechless/
2024-02-25
2